in

Tujuh Mobil dan Puluhan Orang Masuk Jurang

Empat Tewas Dihantam Longsor di Jalan Sumbar-Riau

Sedikitnya tujuh mobil dihantam material longsor di Jalan Negara Sumbar-Riau, persisnya di Kotoalam, Pangkalan, Limapuluh Kota, Sumbar, Jumat (3/3) dini hari. Sekitar 50-an penumpang termasuk sopir, ikut tercampak ke dalam jurang di pinggir jalan.

“Empat dari 50-an orang yang masuk jurang bersama ketujuh mobil, meninggal dunia. Sedangkan 15 orang luka-luka. Sisanya shock berat,” kata Wakapolres Limapuluh Kota Kompol Eridal kepada Padang Ekspres, tadi malam.

Eridal menyebut, ketujuh mobil dihantam material tebing longsor dan terlempar ke jurang, ketika melaju dari arah Sumbar menuju Riau. “Kejadiannya, sekitar pukul 04.00, saat hujan turun di lokasi tersebut,” ujarnya.

Sampai tadi malam, ketujuh mobil termasuk angkutan jasa travel dan armada pembawa sembako masih berada di dalam jurang yang dasarnya penuh bebatuan, lumpur, dan semak belukar. Sedangkan penumpang yang selamat dalam insiden ini sudah dievakuasi.

“Penumpang yang mengalami luka-luka, sekitar 15 orang dibawa ke puskesmas. Sedangkan penumpang yang shock berat, sudah dibawa ke kantor wali nagari Kotoalam,” kata Eridal.

Mantan Kasat Reskrim Polres Payakumbuh itu belum bisa memastikan nomor polisi ketujuh mobil yang dihantam longsor, hinggga masuk jurang. Begitu pula dengan identitas keempat penumpang yang dinyatakan tewas.

“Pelat nomornya tertutup lumpur. Sedangkan korban meninggal baru satu orang berhasil dievakuasi. Identitasnya belum ditemukan. Sementara tiga penumpang lainnya yang meninggal masih di dalam mobil yang tertimbun longsor. Belum bisa dievakuasi,” ujarnya.

Dia mengelak menyebut proses evakuasi berlangsung lambat, karena medan di Tempat Kejadian Peristiwa (TKP) cukup berat. Ditambah faktor cuaca yang terus hujan dan berpotensi menyebabkan longsor susulan.

“Kita sudah berupaya maksimal mengevakuasi korban. Sejak, pagi tadi, jalur lalu-lintas kita alihkan untuk mempercepat evakuasi dan mengantipasi longsor susulan. Bahkan, Polda Sumbar turunkan satu pleton Brimob. Kita juga dibantu BPBD dan Basarnas Sumbar, serta BPBD Limapuluh Kota. Tapi memang, medannya berat. Cuaca hujan terus,” ujarnya.

Beratnya medan di lokasi longsor, juga dirasakan Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi. Saat hendak meninjau korban banjir di Pangkalan dan Kapur IX Jumat siang, Irfendi yang membawa mobil dapur umum dan puluhan relawan, termasuk Taruna Siaga Bencana (Tagana), dihadang longsor di Kotoalam.

“Saat kami tiba di Kotoalam longsor belum berhenti. Bahkan, pohon-pohon masih banyak yang tumbang. Cuaca, hujan terus. Kami sudah tetapkan status tanggap darurat atas banjir dan longsor hari ini,” kata Irfendi Arbi.

Longsor di Kotoalam dan banjir di Pangkalan, juga membuat kendaraan yang melintas di antara kedua kawasan tersebut, terjebak dalam  antrean panjang. Sebagian pengemudi dan penumpang yang terjebak macet mulai kelaparan. Tapi, mereka juga tidak mau beranjak dari kendaraaan masing-masing. 

Dampak Ekonomi

Pantauan Padang Ekspres, truk besar pengangkut sawit, kendaraan pedagang sayuran, kelapa, telur dan kebutuhan pokok mendominasi antrean kendaraan yang macet total karena tidak bisa lewat akibat adanya longsor. Apalagi ini merupakan jalur vital ekonomi Sumbar-Riau. Sebagian pasokan kebutuhan pokok Riau dipasok dari Sumbar.

Jonaidi, salah seorang pedagang yang setiap hari membawa dagangan ke Riau mengaku tidak bisa berbuat apa-apa ketika bencana longsor terjadi dan memutus hubungan lalu lintas. Dirinya tidak bisa memasok sayuran ke Kota Pekanbaru. “Saya membawa sayuran dan beras, jika telat sampai di Pekanbaru, tentu sayur sudah menjadi layu. Namun beras bisa bertahan lama,  tidak masalah,” kata Jonaidi macet yang terjebak di Nagari Kotoalam, Jumat(3/3).

Pasokan kebutuhan pokok berupa beras, telur dan sayuran serta kebutuhan lainnya tentu  akan berpengaruh signifikan terhadap pasokan ke Riau.  Alhasil, barang kebutuhan akan langka dan menyebabkan terjadinya kenaikan harga. “Sudah pasti itu, bukan sekali dua-kali namun seperti ‘langganan’ tahunan,” sebut Parida, salah seorang pedagang asal Limapuluh Kota.

Bahan pangan yang langka, akibat memutar jalur distribusi melewati jalur lain ke arah Sijunjung lewat Kiliranjao bukanlah jarak yang pendek. Jarak tempuh, bahan bakar dan biaya angkut yang dibutuhkan juga besar. “Penjualan sayuran, beras, telur dan kebutuhan lainnya yang kita angkut tentunya disesuaikan dengan biaya transportasi.  Jika tidak demikian tentu akan rugi,” tambah ibu empat orang anak yang biasa berjualan di Petapahan, Riau ini.

Darurat Banjir dan Longsor

Selain longsor, Pangkalan juga dilanda banjir yang hingga kemarin belum surut. ”Ribuan masyarakat, masih mengungsi. Material longsor pada 9 titik, belum bisa dibersihkan, karena cuaca yang masih hujan. Jikapun bersih dan banjir surut, kendaraan masih belum bisa lewat, karena ada badan jalan yang amblas di kawasan Sibumbun, sebelum Nagari Tanjuangbalik dari arah Sumbar,” kata Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi dan Wakapolres Limapuluh Kota Kompol Eridal, tadi malam.

Sebagai alternatif, pengemudi dari arah Sumbar dan Riau, diarahkan lewat jalan alternatif Kiliranjao, Sijunjung, terus ke Telukkuantan, Riau. “Mohon, jangan masuk dulu ke Pangkalan. Ini demi keselamatan berkendara. Kami terus melakukan penanganan. Besok (hari ini-red), 500 relawan, termasuk TNI dan Polri, dikerahkan ke Pangkalan,” kata Irfendi.

Banjir, longsor, dan jalan amblas di Pangkalan, membuat Pemkab Limapuluh Kota kewalahan. “Biasanya banjir saja atau longsor saja. Tapi kali ini, sekaligus. Tak hanya di Kecamatan Pangkalan, tapi juga di (tujuh) kecamatan lainnya. Kami sudah tetapkan, status tanggap darurat, untuk mempercepat penanganan bencana ini,” kata Irfendi.

Banjir yang melanda Nagari Pangkalan sejak Jumat dini hari, tercatat sebagai banjir terparah, dalam sepuluh tahun terakhir. Meski setiap musim hujan, kampung asal Pj Gubernur Riau Arsyajuliandi Rachman ini selalu dilanda banjir. Namun biasanya, banjir sudah surut dalam tempo 5 atau 6 jam. Sementara saat ini, sudah dekat 24 jam, air tidak kunjung surut.

“Banjir yang melanda Pangkalan, sangat parah. Ketinggian air, di titik tertentu, mencapai tiga meter. Bantuan relawan dan pasokan logistik, belum bisa dikirim, karena jalan ke lokasi banjir, juga dilanda longsor,” kata Kalaksa BPBD Limapuluh Kota Nasriyanto ditemani Sekretarisnya Nur Akmal.

Parahnya bencana banjir di Pangkalan, terlihat pula dari video dan foto-foto yang diunggah di jejaring soal.  Selain ratusan rumah penduduk, bangunan yang terendam banjir adalah masjid, mushalla, dan sekolah. Kemudian, Mapolsek, kantor Koramil, kantor camat, kantor Cabjari, dan infrastruktur umum lainnya, termasuk tiang listrik.

Banjir di Nagari Pangkalan sendiri, terjadi akibat meluapnya empat aliran sungai. Yakni, Batang Maek, Batang Kapur, Batang Manggilang, dan Batang Samo. Keempat alirat sungai ini, di Kampar, Riau. Diduga karena kapasitas waduk PLTA Kotopanjang terus mengecil akibat sendimentasi, air dari keempat sungai tidak tertampung.

Sehingga mengakibatkan banjir di Nagari Pangkalan. Untuk mengatasinya, pengelola PLTA Kotopanjang, dalam hal ini PLN Sektor Pembangkitan Pekanbaru sudah melepas pintu waduk (pintu air pelimpah).

Banjir di Pangkalan, membuat PLN ikut merugi. Banyak jaringan listrik yang terendam air. Sehingga mengakibatkan kondisi listrik di Pangkalan dan sekitarnya, padam total. Akibatnya, saluran komunikasi juga tersendat. Tadi malam, dalam kondisi gelap-gelapan, warga korban banjir Pangkalan, terutama yang rumahnya berada di pinggir sungai, sudah menyelamatkan diri dan dievakuasi ke tempat lebih tinggi.

Proses evakuasi, selain swadaya masyarakat, juga melibatkan BPBD, Polri dan TNI. Namun, belum semua warga yang terevakuasi, dapat bantuan logistik. “Memang, masih ada warga yang belum kebagian logistik, karena posisi mereka yang masih terpencar-pencar. Sementara, jumlah perahu karet masih terbatas. Ini yang kita fokuskan dulu, untuk penanganannya. Terutama, anak-anak, balita, penyandang disabilitas, dan lansia,” kata Irfendi.

Menyikapi itu, Pemkab Limapuluh Kota menyatakan daerahnya darurat bencana banjir dan longsor sejak kemarin (3/3). “Ini namanya memang sudah darurat bencana. Karena banjir dan longsor terjadi pada 8 dari 13 kecamatan,” kata Irfendi Arbi. Kendati status darurat bencana itu belum ditetapkan secara resmi lewat keputusan, namun Irfendi memastikan Pemkab Limapuluh Kota dibantu Polri, TNI, BPBD Sumbar, relawan dan masyarakat sudah melakukan langkah-langkah tanggap darurat.

Proses tanggap darurat yang dilakukan sepanjang Jumat kemarin, difokuskan kepada evakuasi warga yang rumahnya terendam banjir atau terkena longsor. Sedangkan untuk kebutuhan logistik, pada sebagian kecamatan sudah ada yang didirikan tenda darurat dan dapur umum. ”Tapi memang kami akui masih banyak yang belum kebagian logistik. Kami butuh perahu karet dalam jumlah banyak,” kata Irfendi. Dia meminta, seluruh jajaran Pemkab Limapuluh Kota turun tangan ke lokasi-lokasi banjir dan longsor.  “Pastikan, masyarakat kita selamat dari bencana ini,” tegas Irfendi.

Data yang dihimpun Padang Ekspres dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Limapuluh Kota, Polres Limapuluh Kota, Polres Payakumbuh, beserta sejumlah camat dan anggota DPRD, menyebutkan, banjir dan longsor sepanjang hari kemarin terjadi pada 15 nagari. Diperkirakan masih ada tambahan, karena BPBD terus melakukan pendataan.

“Untuk sementara, laporan yang masuk ke kami sudah 16 nagari dilanda banjir dan longsor. Khusus di Kecamatan Pangkalan, banjir tidak hanya terjadi di Nagari Pangkalan, tapi juga di Nagari Gunuangmalintang. Kemudian di Nagari Kotoalam yang masuk Kecamatan Pangkalan, juga ada tiga titik longsor,” kata Kepala BPBD Limapuluh Kota Nasriyanto, didampingi sekretarisnya Nur Akmal. 

Longsor Tanahdatar

Selain Limapuluh Kota, bencana longsorjuga menimbun 2 hektare areal pertanian masyarakat di Jorong Kototuo, Nagari Salimpaung, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten tanahdatar, kemarin. Akibatnya sekitar 100 kepala keluarga yang menggarap panen itu mengalami kerugian. Sebelumnya, longsor skala kecil terjadi dua kali di jorong tersebut.

Longsor merusak tali aliran irigasi yang membuat saluran irigasi rusak, dan masyarakat tak dapat bercocok tanam. Diduga hal itu dipicu serapan air di hutan masyarakat dekat hutan Marapi telah rusak sehingga terjadi longsor. Sedangkan longsor kali ini menimpa empat bandar, yaitu bandar manangkodok, bandar gabung, bandar sawah gugur dan bandar sawah tatungga.

Longsor awalnya melanda sawah manangkodok, kemudian menimpa bandar lainnya hingga merusak areal pertanian masyarakat. “Sawah masyarakat yang terkena longsor tersebut tanamannya ada yang baru ditanam dan ada yang beberapa minggu lagi mau panen. Selain itu, juga ada sayuran dan palawija,” kata Wali Jorong, Mawardi. 

Cuaca Ekstrem dan Pembalakan

Menyikapi terjadinya banjir parah yang melanda Pangkalan di Kabupaten Limapuluh Kota,  Direktur Walhi Sumbar Uslaini menduga bahwa hal itu tidak terlepas dari keberadaan bendungan PLTA Kotopanjang yang merupakan pertemuan aliran Batang Mahat dan Sungai Kampar. “Air tertahan di bendungan, ketika terjadi hujan cukup lama, maka air itu akan meluap dan merendam kawasan yang ada aliran sungai tersebut,” ujarnya.

Di samping itu banjir dan longsor di daerah itu, katanya dipicu adanya upaya alih fungsi hutan menjadi hutan produksi sehingga daya serap hutan terhadap air semakin berkurang dan memicu banjir dan longsor. “Kalau kita lihat banyak hutan yang dialih fungsi menjadi perkebunan gambir, tentunya akan mengakibatkan berkurangnya daya serap hujan. Ketika hujan lebat akan memicu banjir dan longsonr,” ucapnya.

Oleh karena itu, dia mengharapkan pemerintah segera mengembalikan kondisi hutan di Limapuluh Kota tersebut.  “Mesti ada upaya mengembalikan fungsi dan memperbaikinya. Kemudian, edukasi terhadap warga yang tinggal dikawasan rawan longsor dan banjir,” tutupnya. 

Terpisah, Kepala Satuan Polisi Hutan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Zulmi mengungkapkan, bencana longsor di Limapuluh Kota saat ini sedang menjadi perhatian BKSDA. Menurutnya, ada dua kemungkinan pemicu bencana itu, yakni cuaca ekstrem yang dua minggu sebelumnya panas dan beberapa hari terakhir tiba-tiba hujan sehingga tanah menjadi retak dan retakan itu dimasuki air hingga timbul longsor.

Kemungkinan kedua, katanya, akibat banyaknya pembalakan liar yang membuat berkurangnya pohon dan menyebabkan penahanan tanah tebing tidak ada sehingga menimbulkan longsor.

“Tim kami sudah melakukan peninjauan ke lapangan apa-apa saja yang menjadi penyebab terjadinya bencana tanah longsor dan banjir di Limapuluh Kota ini. Apabila sudah ada data, kami evaluasi dan lakukan penindakan. Sebab, di daerah itu masih banyak hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi,” tambah Zulmi. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Jalan Taruko Rusak Parah

Minang Mart Hadir di G-Sport