Bayang-bayang resesi melanda dunia tahun 2023 mendatang, benar-benar menjadi kabar petakut banyak orang. Lebih-lebih, kondisi negara belum sepenuh pulih dampak pandemi Covid-19.
“Terjadinya ancaman resesi pada 2023, salah satunya terganggunya sistem pangan dunia memicu terjadinya krisis pangan, karena itu tidak ada jalan lain selain meningkatkan teknologi pertanian,” ujar Wakil Rektor III Unand Insannul Kamil PhD usai membuka 2nd Agrifood System International Conference (2nd ASIC) di Fakultas Pertanian Unand di Padang, kemarin (8/11).
Seminar internsional hasil kolaborasi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unand ini, bertajuk “Research advancement and innovations in Agroecology and SmartAgrifood System”.
“Kita berharap melalui seminar internasional ini, bisa melahirkan inovasi dalam teknologi pertanian pintar,” ujar Nanuk–panggilan akrab Insannul Kamil. Teknologi pertanian pintar bisa dimanfaatkan untuk mencegah terjadinya ancaman krisis pangan,” ujarnya.
Sementara itu, akademisi Fakultas Pertanian Unand Padang, Sumatera Barat Dr Indra Dwipa mengemukakan pertanian pintar salah satu solusi yang bisa diambil untuk mengatasi ketergantungan pangan dari negara lain dan meningkatkan produksi dalam negeri.
“Pandemi Covid-19 telah banyak mengubah kondisi dunia khususnya kondisi pangan global, membuat banyak negara eksportir menghentikan ekspor komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, ini membuat negara yang bergantung dari impor kesulitan,” kata dia di Padang, Selasa.
Menurut Dekan Fakultas Pertanian Unand itu, selain dampak pandemi Covid-19, perang antara Rusia dan Ukraina sejak awal 2022 menyebabkan dunia mengalami ancaman serius bagi umat manusia yaitu ancaman krisis pangan global.
Suatu konsep pertanian yang ideal, karena budidaya tanaman tidak hanya memperhatikan kesehatan lingkungan, tetapi juga memperhatikan produksi tanaman sehingga mendukung pertanian berkelanjutan. (cr7)