Hari Ini Matahari Persis di Atas Kabah
Fenomena alam matahari berada persis di atas kabah kembali terulang. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan, fenomena yang terjadi dua tahun sekali itu akan terjadi tepat pada 16.18. Fenomena ini bisa menjadi momentum untuk mengecek arah kiblat masjid atau mushala.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menuturkan sumbu rotasi bumi miring 23,5 derajat. Akibanya posisi matahari secara berkala berada di selatan, utara, dan pas di ekuator atau garis khatulistiwa. Posisi matahari paling utara terjadi pada 22 Juni dan paling selatan pada 22 Desember. Sementara posisi matahari persis di ekuator pada 21 Maret.
“Nah ketika lintasan matahari bergerak ke utara, akan melewati lintang Makkah. Sekitar 25,75 derajat,” jelasnya di Jakarta kemarin (27/5). Ketika matahari melewati lintang Makkah itu, maka pada tengah hari posisi matahari persis di atas kabah. Tahun ini posisi matahari persis di atas kabah terjadi hari ini (28/5) dan 16 Juli nanti.
Thomas mengatakan ketika matahari persis di atas kabah, ibaratnya ada sebuah tiang tinggi ke angkasa yang ditancapkan ke kabah. Kemudian atas tiang ini diberi lampu raksasa. Jadi jika kita di Indonesia pada saat itu menancapkan tongkat, maka bayangan yang timbul menunjukkan arah ke kabah.
Masjid atau mushala yang ada pintu atau lubang di bagian imaman, bisa dengan mudah mengecek arah kiblat. Dengan menegakkan tongkat di imanan, maka akan bisa diketahui apakah kiblatnya sudah mengarah ke kabah atau melenceng. Menurut guru besar astronomi itu, cara mengecek kiblat dengan bantuan matahari ini lebih mudah ketimbang menggunakan kompas.
Thomas mengatakan pernah menjumpai sebuah masjid di Indramayu yang arah kiblatnya persis ke barat. Tidak serong sedikit ke arah utara. Padahal arah kabah itu agak serong ke utara sekitar 25 derajat. Menurut Thomas tidak ada salahnya takmir masjid atau mushala untuk mempraktikkan pengecekan posisi arah kiblat berbasis cahaya matahari.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kemenag Muhammad Thambrin mengatakan, fenomena alam matahari berada di atas kabah dikenal juga dengan nama Istiwa A’dham atau Rashdul Qiblah. “Yaitu ketentuan waktu dimana bayangan benda yang terkena sinar matahari, menunjuk arah kiblat,” katanya.
Dia menuturkan momentum tahunan itu bisa digunakan umat Islam untuk memverifikasi kembali arah kiblat di musala atau masjid masing-masing. Caranya cukup mudah, yakni dengan menyesuaikan kiblat selama ini dengan bayangan saat matahari berada di atas kabah.
Thambrin mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mengecek arah kiblat. Di antaranya adalah memastikan tongkat atau patokan lain harus berdiri tegak lurus. Kemudian permukaan lantau harus benar-benar datar dan rata. Lalu jam pengukuran harus disesuaikan dengan jam BMKG atau Telkom. (*)
LOGIN untuk mengomentari.