in

Tiga Terduga Teroris Dibekuk

Densus 88 Antiteror kembali melakukan penangkapan terhadap terduga teroris kemarin (9/12). Lokasi berada di, Surabaya, Sidoarjo, dan Malang. Muh Muhidin Gani, alias Abu Faros, alias Denis ditangkap terlebih dahulu di Kedinding Lor, Surabaya pada pukul 07.30.

Jalan Ampel Kembang kemarin mendadak heboh. Puluhan polisi terlihat sedang melakukan pengamanan. Tidak hanya dengan senjata api, mereka juga menggenggam sebuah tongkat bambu, dan nunchaku (ruyung) di sakunya. Pengamanan tersebut mereka lakukan tepat di depan rumah nomor 23 gang tersebut.

Setelah melakukan penangkapan, korps Bhayangkara langsung menuju ke rumah Muhidin. Tim Densus meminta bantuan anggota Polres Pelabuhan Tanjung Perak untuk melakukan pengamanan. Mereka mensterilkan area rumah terduga teroris tersebut. Karena tim Brimob, saat itu masih dalam perjalanan.

 Terduga teroris tersebut tinggal dengan istri dan tiga anaknya. Sehari-hari, Muhidin lebih akrab disapa Denis. Selama ini, warga sekitar mengenal pria tersebut sebagai orang yang baik. Dia selalu menjadi imam di masjid dekat rumahnya. Nama Denis tidak hanya terkenal pada warga Jalan Ampel Kembang saja. Harum namanya, semerbak hingga ke warga gang lainnya.

Novel Salim contohnya. Pria yang tinggal berselisih gang tersebut mengenal baik Denis. Pertemuannya dengan Denis dimulai ketika dia diimami langsung. Setelah beberapa kali bertemu di masjid, dia pun penasaran. Rasa penasaran itu lah yang menghantarkan Novel untuk lebih mengenal Denis. “Dia itu orang campuran, ibunya orang India/Pakistan, bapaknya orang Jawa,” ucapnya.

Di mata warga sendiri, Denis merupakan orang yang ramah. Tidak pernah sekali pun Denis keluar rumah tanpa menyapa tetangganya. Setiap malam, dia bahkan menyempatkan diri untuk bermain domino dengan warga sekitar. Tak jarang dia juga sering bermain dengan anak-anak kecil. Denis terkenal sering memberikan wejangan-wejangan. Dia tidak pernah sekali pun menunjukan gerak-gerik yang mencurigakan. “Makanya saya heran, kenapa kok dia bisa ditangkap,” celetuk pria 52 tahun tersebut.

Sehari-hari Denis bekerja sebagai pedagang herbal. Dia menghidupi keluarganya dari hasil dagangannya. Pria tersebut selalu menjual barang dagangannya dengan cara keliling. Denis juga tidak pernah terlihat menerima tamu. Apalagi mengadakan acara pengajian yang mencurigakan. “Setahu saya, dia bahkan tidak pernah ke luar negeri,” pungkas Novel.

Kepindahannya ke Ampel sendiri terjadi tiga tahun yang lalu. Sebelumnya, dia tinggal di kawasan Kalimas. Kepada warga, dia hanya mengaku tidak betah. Denis tinggal di rumah nomor 25 tersebut hingga, sebelum ditangkap polisi.

Padahal, Denis alias Muhidin tersebut tidak sekali pun tinggal di Kalimas. Pada tahun 2013 yang lalu, dia berangkat ke Suriah. Keberangkatannya kala itu, adalah untuk bergabung dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Dia tercatat sebagai foreign terorist fighter (FTF) dan sudah melakukan pelatihan militer. “Dia kembali ke Surabaya dan langsung menetap di sini (Jalan Ampel Kembang),” kata Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Ronny Suseno.

Dia datang untuk memberikan bantuan berupa pengamanan. Setidaknya 40 orang anggota diterjunkan ke lokasi. Mereka berasal dari gabungan Satfung yang ada di Polres. Karena, setelah tertangkap, Muhidin langsung dikeler menuju ke Tanggulangin. Dia diperintahkan untuk menunjukkan di mana rekannya berada. Sehingga pada hari yang sama polisi juga melakukan penangkapan terhadap Paripung Dhani Pasandi, alias Ipung, di Jalan Raya Sumorame, Sidoarjo.

Ronny mengaku, keterbukaan Muhidin sendiri merupakan sebuah taktik. Untuk menyamarkan identitasnya yang sebenarnya. Dia membentuk diri menjadi Denis yang disegani warga. Sehingga, tidak ada satu pun dari mereka yang curiga. Bahwa sebenarnya dia masih terkait di jaringan terorisme. “Kalau menutup diri itu sudah terlalu biasa, makanya dia menciptakan alias lain untuk menyamar,” jelas perwira dengan dua melati di pundak tersebut.

Ketika ditanya, terkait jaringan apa Ronny enggan berkomentar. Sebab, penyelidikan masih berjalan hingga saat ini. Dia tidak mau berkomentar terlebih dahulu. Namun, kabarnya pria tersebut terlibat di dalam jaringan Abu Jandal. Jaringan tersebut masih memiliki keterkaitan dengan pelaku terorisme terakhir yang diamankan oleh Mabes Polri.”Masih ada kaitannya dengan yang ditangkap di Jakarta sebelumnya, tapi saya tidak bisa menjelaskan jaringan apa itu,” tegas mantan Kapolres Poso tersebut.

Jam menunjukkan pukul 16.15 ketika Densus 88 Antiteror kembali untuk melakukan penggeledahan. Kali ini mereka datang dengan pasukan brimob berbaju hitam. Ada enam anggota yang terlihat datang untuk mengamankan kala itu. Beberapa anggota densus juga datang dengan berpakaian preman.

Sigap, Ronny lantas memerintahkan anggotanya untuk melakukan pengamanan. Para anggota Satsabhara Polres Pelabuhan Tanjung Perak membentuk sebuah barrier di mulut gang. Baik di depan gang, hingga di sisi lain dari jalan tersebut. Lengkap dengan tongkat bambu yang mereka jadikan senjata.

Anggota Polres Pelabuhan Tanjung Perak tersebut, melarang semua orang untuk masuk ke dalam gang tersebut. Sekali pun mereka merupakan warga yang tinggal di Jalan Ampel Kembang. “Ini tidak terjadi 20 tahun sekali juga, jadi tolong pengertiannya,” ucap salah satu anggota saat mengamankan.

Menurut pantauan Jawa Pos (grup Padang Ekspres) di lapangan, penggeledahan tersebut berjalan alot. Selama satu jam lebih, polisi berseragam hitam itu masih ditahan di luar rumah. Istri Muhidin tidak memperbolehkan mereka masuk. Sehingga, tim negosiator pun dipanggil. Dua polwan, terlihat datang ke lokasi untuk memberikan bantuan. Penggeledahan baru saja selesai pada pukul 17.30. Ronny menyatakan bahwa, pihak keluarga sangat kooperatif. “Kami tadi langsung dipersilahkan untuk masuk,” ungkap alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1997 tersebut.

Ada berbagai macam barang bukti yang disita oleh polisi. Barang bukti tersebut dimasukan ke dalam kotak tool kit berwarna oranye. Sebelumnya, kotak tersebut memang terlihat dimasukan oleh beberapa anggota. Di dalamnya berisi dokumen terkait dengan aksi terorisme yang dilakukan Muhidin. “Ada beberapa atribut ISIS yang kami sita di dalamnya,” kata Ronny lugas.

Atribut tersebut berupa bendera dan atribut lainnya yang bergambar logo ISIS. Meskipun, tim Densus tidak bersedia untuk menunjukannya ke khalayak umum. Namun, Ronny menyatakan benda tersebut bisa menjadi bukti otentik. Bahwa, Muhidin memang terlibat di dalam jaringan terorisme.

Dugaan penggalangan bantuan untuk aksi terorisme tentu saja ada. Apalagi keinginan Muhidin untuk merekrut anggota baru untuk melakukan aksi terorisme. Tapi, Ronny menjelaskan bahwa kegiatan tersebut tidak terjadi. Karena polisi terlebih dahulu melacak keberadaan mereka. Penyergapan kali ini juga dianggap menggagalkan aksi terorisme yang hendak dilakukan oleh Muhidin dan rekan-rekannya. “Mau apa mereka, kami sudah tangkap terlebih dulu kok,” terang Ronny lantas tertawa. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Saatnya Membumikan Asuransi

Produser Musik Minang Hadapi Ancaman Digital