Jakarta (ANTARA) – Akhir-akhir ini, Djakarta Warehouse Project (DWP) ramai diperbincangkan di media sosial.
Perhatian publik tertuju setelah akun X @Twt_Rave mengunggah cerita tentang dugaan pemerasan yang dialami oleh sekitar 400 warga Malaysia yang menghadiri festival musik ini pada 13-15 Desember 2024 di JIExpo Kemayoran.
Dalam unggahan pada 17 Desember 2024, komunitas penggemar musik rave menyebut bahwa polisi Indonesia menangkap dan melakukan tes urine mendadak terhadap ratusan penonton asal Malaysia.
Kejadian ini langsung memicu banyak tanggapan dari warganet. Namun, apa sebenarnya Djakarta Warehouse Project (DWP) itu?
Penyuka musik EDM sering disebut sebagai generasi ravers. Julukan ini berasal dari akronim RAVE, yaitu Radical Audio Visual Experience, yang merujuk pada pesta dansa dengan musik elektronik berirama cepat, dipadukan dengan pertunjukan lampu dan dipandu oleh seorang DJ.
Baca juga: Dugaan pemerasan di acara DWP, Menpar: Apresiasi langkah cepat Polri
Bagi para pecinta musik, khususnya genre Electronic Dance Music (EDM), festival musik DWP tentu bukan nama yang asing. Festival ini telah menjadi salah satu acara tahunan terbesar yang menarik perhatian ribuan pengunjung, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Dilansir dari laman djakartawarehouse.com, Djakarta Warehouse Project (DWP) adalah festival musik elektronik tahunan yang pertama kali diadakan pada tahun 2008. Awalnya, DWP merupakan sebuah acara klub bernama Blowfish Warehouse Project yang digelar di klub Blowfish, Jakarta.
Seiring waktu, DWP berkembang menjadi salah satu festival musik terbesar di Asia Tenggara dengan menampilkan beragam sub-genre musik dansa melalui panggung-panggung unik, termasuk panggung utama berbentuk burung bernama “Garuda Land” yang terinspirasi oleh lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila.
Baca juga: Polri: Korban kasus DWP sebanyak 45 orang
Sepanjang perjalanannya, DWP telah menampilkan banyak artis internasional ternama seperti Calvin Harris, Steve Aoki, Tiesto, Skrillex, Martin Garrix, David Guetta, hingga Armin van Buuren.
Festival ini awalnya hanya berlangsung selama satu hari, tetapi pada tahun 2014 diperpanjang menjadi dua hari. Pada tahun 2018, untuk pertama kalinya DWP diadakan selama tiga hari di GWK Cultural Park, Bali dalam rangka merayakan edisi ulang tahun ke-10.
DWP terus berkembang dan menarik perhatian ribuan pengunjung dari seluruh dunia. Pada tahun 2016, misalnya, festival ini dihadiri oleh lebih dari 20.000 pengunjung internasional dari 39 negara. Setelah sempat digelar secara virtual pada tahun 2020 dan 2021 akibat pandemi, DWP akhirnya kembali ke format offline pada tahun 2022 dan menyambut pengunjung dari 34 negara.
Tahun lalu, DWP merayakan ulang tahun ke-15 di Bali. Tahun ini, festival tersebut kembali ke Jakarta dengan menghadirkan pengalaman dan penampilan baru yang menarik bagi para penggemar musik elektronik.
Baca juga: Propam Polri dalami motif 18 anggota polisi pada kasus DWP
Baca juga: Kompolnas: Polri buka desk pengaduan kasus DWP di Malaysia
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2024