in

Berlayar dengan Kapal Pesiar Sekelas Hotel Bintang Lima

Bikin Penumpang Lupa Sedang Berada di Tengah Laut

Bagaimana rasanya menumpang kapal pesiar sekelas hotel bintang lima dengan 18 dek, 18 restoran, 2 bioskop, plus water park, serta sebuah mal? Berikut catatan wartawan koran ini yang saat ini mengikuti pelayaran kapal Ovation of the Seas dari Marina Bay, Singapura, hingga Penang, Malaysia. 

Puluhan tahun Isambard Kingdom Brunel bermimpi membangun sebuah perusahaan pelayaran lintas Atlantik. Dia lalu merintisnya dengan menciptakan kapal berpedal kayu dan bermesin uap SS (steamship) Great Western. 

Perlahan melintasi sejarah, bisnis kapal pesiar terus berkembang. Mulai zaman SS Great Western yang berbobot 1.700 GT (gross tonnage, ukuran berat), lalu ke zaman RMS Titanic yang mengharu biru, hingga kapal pesiar raksasa MS (motor ship) Harmony of  the Seas dengan berat lebih dari 226 ribu GT.  

Ovation of the Seas memang tidak sebesar MS Harmony. Tapi, penampakannya tetap saja membuat mulut menganga. Dia tampak lebih tinggi daripada atap gedung Marina Bay Cruise Center, Singapura, saat kapal sandar pada Senin (3/4).

Dari samping, Ovation akan terlihat seperti susunan kotak-kotak balkon yang berisi kursi-kursi dan ruang tamu. Jika saja tidak ada cerobong asap, menara radar, dan lambung melengkung di bawahnya, orang akan mengira bahwa pemerintah Singapura baru saja membangun hotel baru di pinggir Marina Bay. 

Operator Ovation, Royal Caribbean International (RCI), hingga kini memang masih merajai bisnis sektor pelesir mewah dengan kapal pesiar. Harmony dari kelas Oasis adalah kapal terbesar, tapi Ovation dari kelas Quantum adalah kapal terbaru dalam armada mereka. Mulai dioperasikan April tahun lalu, dua tahun lebih muda daripada dua saudara sekelasnya, Quantum of  the Seas dan Anthem of the Seas.  

MS Ovation of the Seas baru saja mengawali debutnya di Asia. Khususnya Asia Tenggara. Itu adalah pelayaran kedua kapal berbobot 168 ribu GT itu setelah Maret lalu ngetem di Tianjin, Tiongkok, lalu balik ke Singapura. 

Marketing Manager RCI Indonesia Andi Indana mengatakan, pelayaran Ovation merupakan penjajakan RCI untuk merambah pasar industri kapal pesiar di Asia Tenggara. Pasar Asia kini dianggap lebih menjanjikan bagi perusahaan kapal pesiar yang berbasis di Miami, Amerika Serikat, tersebut.

Tidak tanggung-tanggung, untuk memantapkan penetrasi pasar, dengan armada 23 kapal pesiar di seluruh dunia, RCI menempatkan 4 unit khusus untuk wilayah Asia, Asia Tenggara, dan Australia. Perinciannya, 2 unit dari kelas Voyager (Voyager of the Seas dan Mariner of the Seas) dan 2 unit lainnya dari kelas Quantum (Ovation of the Seas dan Quantum of the Seas). “Jadi, bisa dikatakan bahwa ini semacam test drive,” kata Andi.

Bagaimana rasanya menumpang salah satu kapal pesiar termegah di dunia itu? Jawabannya, tidak terasa. Begitu masuk ke dek 5, mulai saat itu juga penumpang akan lupa bahwa dirinya sedang berada di atas benda terapung. Kapal tersebut sepenuhnya stabil meski berbodi sangat besar dan tinggi. Tidak terasa goyangan ombak di lautan.

Dari 18 dek, penumpang bisa mengakses 16 dek. Untuk menjelajahi lantai demi lantai kapal, penumpang bisa memanfaatkan 2 rute anak tangga utama dan 18 elevator (lift) –6 lift di bagian depan dan 12 lainnya di belakang. Beberapa elevator dibuat transparan seperti yang ada di mal. 

Dek 4 dan 5 didesain sebagai pusat perbelanjaan onboard. Sebuah mal yang bisa dipakai cuci mata. Di kanan dan kirinya berderet toko perhiasan, jam tangan, hingga butik mewah.    

Akomodasi untuk penumpang pun terhitung cukup mewah. Pelayanannya sekelas hotel bintang lima. Hampir tidak ada kabin yang jelek. Sebanyak 2.091 kamarnya berkarpet tebal, berpendingin dengan kamar mandi dalam, dan berperabot luks. Bila beruntung, penumpang akan mendapat kamar yang menghadap laut lepas. Kelas eksklusif punya bar dan pelayan sendiri.   

Untuk hiburan, penumpang tidak perlu khawatir. Kapal itu dibuat untuk nonstop fun. Fasilitas hiburan indoor meliputi pentas musik Two70 di dek 5 sisi buritan.

Dengan giant screen yang bisa bergerak, berpisah, dan berpencar sendiri, serta elevated stage yang bisa naik dan turun, performer bisa begitu saja muncul di tengah-tengah penonton berkat kecanggihan kapal tersebut. Sementara itu, untuk tontonan pasif, tersedia bioskop Royal Theater dengan kapasitas 1.000 tempat duduk.     

Pihak manajemen kapal dari Cruise Department sudah menyiapkan serangkaian pertunjukan tari dan musik untuk dapat dinikmati penumpang. Mulai yang paling seru sampai yang paling glamor dan dewasa. Bosan dengan pertunjukan musik dan tari, penumpang bisa “membuang uang” di kasino lantai 4.   

Tentu saja hal paling krusial dari pelayaran kapal pesiar adalah faktor keselamatan penumpang. Seperti yang terjadi saat kapal yang ditumpangi rombongan dari Indonesia, termasuk koran ini, akan berlayar. Tiba-tiba petugas sekuriti kapal menggedor-gedor pintu kamar. 

Belum sempat dibuka, si petugas sudah membuka paksa dengan kunci duplikat. Seorang petugas keturunan India yang berperawakan tinggi besar muncul dari balik pintu. “Waktunya latihan keselamatan, Sir. Its mandatory,” katanya dengan logat Inggris-India. 

Safety drill “berjamaah” dilakukan beberapa saat sebelum kapal berangkat. Di kartu sail pass yang dipegang setiap penumpang, tertera nomor kamar dan tempat berkumpul (muster station) bila kondisi darurat.

Kami lalu diarahkan ke music hall di dek 4 dengan kode assembly point B2. Penumpang beriringan turun lewat tangga yang sesak dengan manusia dari seluruh penjuru Asia. Mulai turis Tiongkok, Eropa, Australia, hingga India. Di assembly point, para penumpang diajari memakai pelampung dan menonton video prosedur keselamatan. 

Demi faktor keselamatan itu pula, Ovation menyiapkan 18 sekoci besar berbentuk kapsul. Tujuannya, mencegah air masuk dan berpotensi menenggelamkan kapal. Setiap sekoci punya mesin, propeller, dan bow thruster sendiri. Cukup untuk ditumpangi ratusan orang dan bisa diluncurkan dalam waktu kurang dari 5 menit. Ada pula life raft ukuran raksasa. 

Setelah 15 menit berlatih, petugas mempersilakan penumpang menuju kamar masing-masing. Tak tampak lagi wajah petugas sampai hari terakhir pelayaran. Ternyata, untuk faktor keselamatan, kru kapal harus galak agar penumpang mau memperhatikan. Pada pukul 18.30 waktu Singapura, kapal mengangkat sauh dan berlayar ke Selat Malaka. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Cegah Perang Tarif Perusahaan Asuransi

QS. Ar Ruum: 19