Diposkan pada: 26 Jan 2018 ; 0 View Kategori: Berita
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, tujuan kunjungannya ke negara-negara di kawasan Asia Selatan adalah agar bisa memberikan keseimbangan sebagai negara muslim terbesar di dunia.
Saat ini, menurut Presiden, Indonesia sangat dekat misalnya dengan Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kuwait.
“Kita juga ingin sekarang ini lebih dekat lagi dengan Pakistan, Bangladesh, dan Pakistan, karena ini merupakan sebuah kekuatan politik negara kita,” kata Presiden Jokowi saat bersama Ibu Negara Iriana bertemu dengan masyarakat Indonesia di Shamandan Hall, Hotel Serena, Islamabad, Pakistan, Jumat (26/1) sore.
Kepada masyarakat Indonesia yang memadati Shamandan Hall, Hotel Serena, Islamabad, Presiden Jokowi juga mengingatkan, bahwa Indonesia adalah negara besar, dan saat ini masuk ke negara G20.
“Ini sering tidak kita sadari dan lupa. Sebagai negara besar dengan penduduk hampir 260 juta, dan memiliki 17 ribu pulau, 714 suku, 34 provinsi, dan 514 kabupaten/kota. Semuanya kalau saya sampaikan selalu menyampaikan Indonesia negara besar,” ujar Presiden.
Infrastruktur Untuk Persatuan
Diakuinya, saat ini fokus pembangunan pada pembenahan infrastruktur yang tertinggal dari negara tetangga. Namun setelah ini, pemerintah akan fokus pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
Menurut Kepala Negara, sekarang ini dalam proses pembangunan jalan tol Sumatra Bandar Lampung-Bakauheni dan Aceh atau jalan tol Trans Sumatera, karena ini hal mendasar dalam rangka kita berkompetisi dengan negara lain.
Pemerintah juga membangun pelabuhan besar misalnya Pelabuhan Kuala Tanjung dekat Sumatra Utara, dan akan dimulai tahun ini di Sorong, Papua. Kepala Negara berharap pembangunan pelabuhan besar ini dapat menyambungkan 17 ribu pulau.
Lebih lanjut, Presiden juga mengemukakan, bahwa saat ini pemerintah tengah membangun pelabuhan kecil di Halmahera, Pelabuhan Tobelo yang sangat dibutuhkan rakyat. Selain itu, pemerintah juga membangunan airport juga di kabupaten dan pulau.
“Untuk apa? Bukan hanya urusan ekonomi tapi kita ingin agar persatuan negara kita utuh. Jangan sampai yang dibangun hanya Jawa sehingga yang di luar Jawa ketinggalan,” terang Presiden.
Presiden juga menyampaikan mengenai pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Entikong, Motamasin, dan Mota’ain. Hasilnya, lanjut Presiden, kalau dulu orang Indonesia yang mau selfieharus menyeberang dulu ke Timor Leste namun setelah dibangun sekarang orang Timor Leste yang datang ke Indonesia.
“Saya kira ini hal-hal seperti ini yang sering kita lupakan. Jadi kita merasa lebih besar tapi dengan negara tetangga kok kantornya saja ketinggalan. Hambatan psikologis ini sedang dalam proses kita bangun. Oleh sebab itu, kita akan terus-menerus membangun dari pinggiran, perbatasan, pulau terluar,” tambah Presiden.
Pembangunan infrastruktur ini, lanjut Presiden, merupakan hal fundamental bagi negara Indonesia, dan dirinya tidak ingin kehilangan momentum.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi meminta kepada masyarakat Indonesia di Pakistan agar menjaga nama baik bangsa dan negara karena mereka ada di negara lain.
Presiden mengisahkan, saat turun pesawat dirinya kaget karena dijemput langsung Presiden Pakistan di airport. “Tidak terbiasa seperti itu di manapun, biasanya jumpan di istana. Ini sebuah penghargaan dari Pakistan,” uca Presiden seraya menyampaikan bahwa dirinya dua kali dijemput di bandara yakni oleh Raja Salman dan kedua di Pakistan.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh 300 Warga Negara Indonesia, yang terdiri dari 80 orang keluarga Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Islamabad, 33 WNI Rawalpindi, 86 WNI Lahore, dan 101 mahasiswa.
Turut mendampingi Presiden dalam kunjungan kenegaraan di Islamabad, Pakistan diantaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dan Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki. (EN/RAH/ES)