Silaturahmi dengan para kiai, ulama, dan santri sudah sering dilakukan Presiden Joko Widodo. Setiap kunjungan pun selalu dihiasi kejadian unik dan menarik, termasuk saat Presiden mengunjungi Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salafi Induk, Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Sabtu, 23 Maret 2019.
Saat itu Presiden meminta seorang santri untuk maju dan berdialog dengannya. Seorang santri tampak mengacung-acungkan sebuah papan berisi sebuah tulisan yang menarik perhatian Presiden.
Bisri Mustofa adalah santri yang dipilih Kepala Negara untuk berinteraksi dengannya. Lelaki asal Kendal ini pun maju sambil membawa papan yang ia acung-acungkan.
“Perkenalkan nama saya Bisri Mustofa, dipanggil Bisma,” kata Bisri ketika diminta Presiden memperkenalkan namanya.
“Ini belum apa-apa sudah kreatif,” ujar Presiden disambut riuh tawa para hadirin.
“Ini tulisannya ‘Jangan lupa bahagia’. Kenapa nulis jangan lupa bahagia? Untuk siapa?” tanya Presiden.
“Untuk kita semua, Pak. Khususnya panjenengan karena berkat panjenengan santri diakui,” jawab Bisri lugas.
Pengakuan terhadap santri yang ia maksud adalah Hari Santri. Presiden pun memaparkan pada akhir tahun 2018, pemerintah telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri.
“Itu pengakuan negara terhadap peran ulama, peran santri atas semua pembangunan yang ada di negara ini,” ucap Presiden.
Masih penasaran dengan alasan Bisri menulis pesan “Jangan lupa bahagia”, Presiden kembali meminta Bisri untuk menjelaskannya. Presiden pun menuturkan bahwa dirinya selalu mensyukuri apa pun yang diberikan Allah kepadanya.
“Kita dilahirkan ibu kita. Hakikat kita dilahirkan di dunia untuk bahagia, Pak,” ungkap Bisri disambut tepuk tangan ratusan santri yang hadir.
“Bahagia itu apa?” tanya Presiden.
“Bahagia itu taat ibadah kepada Gusti Allah. Takzim kaleh pemerintah. Nderek kalih syekh. Selalu tersenyum dalam keadaan apapun,” tutur Bisri.
Pembawaan Bisri yang santai dan humoris pun membuat suasana pertemuan semakin hangat. Ia kemudian diminta untuk menjelaskan tulisan di sisi lain papan tersebut, yaitu “Ojo nesu”.
“Nesu itu sifat yang tidak baik. Ojo nesu berikan prinsip kabeh kuwi ojo nganggo emosi. Jadi semua sesuatu kalau pakai emosi akan tidak baik dan memberikan banyak mudharat buat orang lain,” ungkap Bisri.
“Jadi ojo nesu itu kalau bahasa Indonesianya apa? Jangan marah, betul. Jadi segala sesuatu kalau dibawa emosi, dipikir dengan cara marah itu pasti menghasilkan sebuah hal yang tidak baik. Baik dalam memutuskan, baik dalam mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kita nggih,” kata Presiden mengamini pernyataan Bisri.
Di penghujung dialog, Presiden memberikan Bisri sebuah kenang-kenangan berupa album foto berisi foto keduanya saat berdialog. Bisri pun spontan mengucapkan rasa syukurnya atas kenang-kenangan tersebut.
“Ini kalau ditukar sepeda insyaallah bisa dapat lebih dari 20 sepeda,” canda Presiden menutup dialog.