in

Dibolehkan Masuk Rumah jika Sudah Mandi

SIDIK JARI: Andi Heriansyah mengambil sidik jari mayat yang meninggal tidak wajar, belum lama ini. f-istimewa/dokumen Andi Heriansyah

Andi Heriansyah 10 Tahun Sebagai Inafis Polres Tanjungpinang

Tanjungpinang – Banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada dirinya, alasannya memilih pekerjaan sebagai pengurus mayat? Jelas pekerjaan ini menakutkan karena berkaitan dengan mayat yang meninggal tidak wajar.

Umumnya orang akan menolak jika diminta menjalankan tugas seperti Andi Heriansyah. Pertanyaan ini kerap diajukan kepada Andi Heriansyah ketika berada di tempat kejadian perkara (TKP) yang berkaitan dengan pembunuhan.

Kadang Andi yang dikenal dengan panggilan Aak asli Bugis ini merasa kewalahan menjawab pertanyaan itu. Hanya satu andalan jawaban atas pertanyaan itu.

”Saya hanya bisa menjawab, kalau saya atau rekan lain berpikiran sama dengan Anda kemudian siapa yang akan melakukan pekerjaan ini,” jawab personel berpangkat Bripka ini.

Pertanyaan ini bukan hanya sekali dua kali diajukan. Bukan hanya dari warga di tempat kejadian, bahkan juga dari sahabat dan keluarganya. Saking seringnya, Aak mengaku bosan menjawab pertanyaan itu. Namun, dia mengaku senang warga bertanya seperti itu.

”Sering mas. Setiap saya nongkrong dengan warga pas di lokasi atau teman-teman polisi mereka menanyakan hal yang sama,” ujar personel Unit Indonesia Automatic Fingerprint Identificatios System (Inafis) Polres Tanjungpinang.

Aak beranggapan, pekerjaannya sebagai Inafis buat sebagian orang memang menjijikan karena bau, kotor dan jijik bahkan membuat muntah siapapun yang melihat atau menciumnya.

Akan tetapi, profesi ini dinilai punya filosofi hidup yang sebenar-benarnya.

”Manusia akan merasa berharga ketika masih hidup. Tapi apakah ketika sudah mati dan busuk rekan atau sahabat mau mendekat atau menolong membantu mengurusi si mayat. Tak seorangpun berlomba berjabat tangan. Ini mengajarkan kita harus mawas diri dalam hidup bahwa hidup ini hanya singkat di dunia,” sebutnya.

Tim Inafis yang ditekuni Aak bekerja untuk membuat benda mati berbicara. Anggota kepolisian ini selalu ditunggu-tunggu ketika terjadi sebuah kejadian kriminal.

Warga bahkan personel lainnya dilarang mendekati TKP, apalagi menyentuh atau bahkan merusaknya. Anggota Inafis harus orang yang pertama mengamankan TKP dan mengumpulkan barang bukti.

Pekerjaan ini membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi. Ketika tim ini sudah mulai mengeluarkan berbagai piranti seperti kamera, mistar lalu menggunakan kaus tangan khusus, mereka tidak banyak bicara saat olah TKP, tapi membuat TKP berbicara untuk mengungkap kasusnya.

Menekuni dan bergelut dengan TKP kriminalitas sudah ditekuni Aak sejak tahun 2006 akhir. Saking banyaknya TKP yang sudah dia datangi saat terjadi pembunuhan atau penemuan mayat, dirinya sampai lupa berapa sudah TKP.

”Rahasia Kehebatan di Balik Sidik Jari” ini mengaku tak dapat menghitung berapa jumlah mayat yang pernah dia identifikasi.

”Kalau seingat saya seandainya mayatnya saya apelkan di lapangan udah lebih dari 1 kompi kali mas karena seringnya ketemu mayat dengan berbagai kondisi,” bebernya.

Aak mengaku, pekerjaan bergelut dengan mayat ini membuatnya bahagia. Sebab, mendapatkan ketenangan dan pahala. Dia bahkan merasa timbul rasa bersalah jika tidak berangkat ke lokasi TKP jika mendengar informasi ada kriminalitas.

”Yang lucunya setiap saya lagi belanja atau dari mana sama istri dan mendengar ada TKP mayat atau pembunuhan pasti dia sudah tahu kalau harus antar saya pulang,” ungkapnya.

Jika Aak mengaku berani dengan mayat, istrinya justru takut. Ketika Aak pulang dari lokasi penemuan mayat, ada SOP yang harus dipatuhi ketika tiba di rumah.

”Saya tidak boleh masuk rumah sebelum mandi jika pulang dari TKP mayat. Pakaian dan handuk disiapkan di kamar depan dan saya tidak boleh masuk kamar utama kalau belum mandi,” katanya.

Lalu sampai kapan bergelut dengan mayat?

”Saya berharap bisa terus di Inafis sampai pensiun. Prinsip saya menolong mereka mengungkap nama dan bahkan pelaku pembunuhnya. Jadi Insya Allah pekerjaan saya di ridhoi Allah bahkan si mayat,” jawabnya.

Profesi ini kata Aak mungkin memang nyeleneh dibandingkan pekerjaan orang pada umumnya. Akan tetapi, dia mengaku dari pekerjaan ini ia mendapat kepuasan batin.

”Saya banyak melihat kondisi mayat dengan berbagai rupa. Baik waktu maupun tempat yang kadang membuat saya bertanya-tanya, kenapa kematian yang baru kondisinya seperti sudah lama dan begitu sebaliknya. Percaya atau tidak selama saya bersentuhan dengan jari mayat saya selalu berdoa Ya Allah mudahkan pekerjaanku untuk mengambil jari mayat Alhamdulilah mayat tadi jarinya jadi lemas mas,” jelasnya.

Aak mengaku, tugas INAFIS ini butuh kata keikhlasan agar langkah dimudahkan. Selain itu, profesi ini menantang untuk berpikir dan menganalisa untuk mencari titik terang sebuah peristiwa agar terungkap.

”Jadikan pekerjaan ini sebagai ladang amalan buat di akhir nanti yang akan menolong kita dari siksa kubur,” katanya.

Dalam melakukan olah TKP, Aak memberikan tips agar tidak mudah mual atau muntah saat mencium aroma mayat.

Sesampai di TKP, berjarak 15 meter dirinya harus diam dulu untuk mencium bau di sekitar lokasi temuan mayat.

Baru kemudian, dia maju lima meter lagi untuk penyesuaian atau beradaptasi kepada lingkungan dan terakhir selalu berdoa untuk meminta kemudahan. (Raymon Sandy)

What do you think?

Written by virgo

Aktif Diskusi dan Tidak Pernah Mengeluh

Terjun Total di Tari