Level gampang curiga kini tampak tetap tinggi. Penganiayaan sadis atas Hermansyah pun segera dikaitkan dengan kesaksian ahli TI itu dalam “membela” Habib Rizieq Shihab di Indonesia Lawyers Club (ILC). Kecurigaan tersebut memang “berdasar”, terpicu oleh pelajaran dari beberapa kasus misterius.
Kasus penyiraman air keras Novel Baswedan dikaitkan dengan orang berbintang dan risiko kerjanya memberantas korupsi. Kecurigaan belum bisa dibantah karena belum juga terkuak di bulan ketiga peristiwa keji itu.
Tak sekali ini Habib Rizieq terkait dengan kasus tak tuntas. Mungkin masih ada yang ingat ada mobil “terbakar” di dekat pengajiannya di saat ramai-ramainya musim pilkada DKI lalu. Aparat menemukan mobil lain yang berisi jeriken-jeriken bensin. Hingga saat ini, kasus yang dicurigai sebagai teror kepada Rizieq itu tak terkuak dengan gamblang. Apakah kasus serupa akan “hilang” apabila mobil berjeriken bensin dan peristiwa “kebakaran” itu di dekat aparat yang sedang upacara? Dengan cepat mungkin densus sudah menemukan terorisnya.
Ingat pula kasus nasi bungkus di mobil yang ditinggalkan di dekat rumah mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu, kediaman SBY baru saja didemo sekelompok mahasiswa. Alasannya, SBY dianggap memanas-manasi situasi. Nomor polisi mobil itu diketahui, tapi tak terkuak gamblang juga. Bayangkan seandainya yang didemo presiden sekarang. Apakah aparat tak juga menyelidiki “sponsor” nasi bungkus “makar” itu?
Inti dari semua ini adalah mari bersikap profesional dan fair. Keadilan hukum bisa didapatkan mulai kejujuran di level penyelidikan dan penyidikan. Jangan berpikir ada “pihak sini” dan “pihak sana”. Orang jalanan dan anak pembesar. Penegakan hukum yang terkesan pilih kasih sebenarnya “merobohkan” tiang keadilan. (*)
LOGIN untuk mengomentari.