Denpasar (ANTARA News) – Festival Film Eropa ke-17 “Europe on Screen” (EOS) 2017 menyuguhkan 74 judul film pilihan akan dilaksanakan di Bali selama tiga hari, 7-9 Mei 2017.
“Kegiatan tersebut bekerja sama dengan Alliance francaise Bali (AF Bali) dan Bentara Budaya Bali, lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar,” kata Penata Acara tersebut Juwitta K. Lasut di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, pemutaran film tersebut berlangsung di Bentara Budaya Bali, Jalan Bypass Prof Ida Bagus Mantra, No 88A, Ketewel, Gianyar.
Sejumlah film-film yang akan diputar antara lain The Visitors : Bastille Day (Jean-Marie Poir, 2016), Under The Shadow (Babak Anvari, 2016), The New Adventures of Aladdin (Arthur Benzaquen, 2015), Our Kind of Traitor (Susanna White, 2016), Ballerina (ric Summer, ric Warin, 2016), The Girl with All The Gifts (Colm McCarthy, 2016).
Sementara Direktur AF Bali Amandine Salmon mengharapkan adanya variasi penonton untuk perhelatan Europe on Screen tahun ini.
Film-film Europe on Screen untuk di Bali lebih variatif dari sisi jenis film. Beberapa film juga diputar dengan teks Bahasa Indonesia. Semoga hal ini dapat menarik minat penonton film di Bali, ujar Amandine.
EOS 2017 secara keseluruhan akan memutar 74 film karya sutradara film ternama asal Eropa.
Kegiatan tersebut berlangsung dua minggu, 5-14 Mei 2017 di enam kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta dan Bali, semua film diputar secara gratis.
“Film merupakan bagian penting dari budaya Eropa dan kami bangga mempersembahkannya kepada penonton di Indonesia memalui festival ini. Film merupakan aset penting dari perekonomian Eropa,” kata Charles-Michel Geurts, Kuasa Usaha (Charg dAffaires a.i.) Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia.
Industri film Eropa yang merupakan bagian dari industri budaya dan industri kreatif yang secara kolektif menyediakan tujuh juta pekerjaan dan menghasilkan 4,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) Uni Eropa secara internasional diakui sebagai salah satu sentra produksi film beragam dan terbesar di dunia.
“Saya harap Festival ini dapat terus menjadi jembatan antar warga walaupun berbeda kepercayaan, pemikiran dan nilai-nilai, serta melalui cara yang menyenangkan dan memancing diskusi, sekaligus menginspirasi penonton Indonesia untuk mengembangkan industri film Indonesia sebagai aset budaya yang penting dengan potensi kreatif yang luar biasa,” ujarnya.
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2017