in

Gerombolan Bandit Ditembak

Gasak Rp 200 Juta di Bukittinggi dan Payakumbuh

Gerombolan bandit lintas Sumatera yang menggasak ratusan juta rupiah uang milik nasabah bank di Payakumbuh dan Bukittinggi, ditembaki polisi setelah penyergapan di Jalan Sudirman Payakumbuh, Selasa siang (4/3).

Tiga di antaranya kena tembak di bagian paha dan betis. Sedangkan satu lainnya selamat dari gempuran timah panas petugas berseragam preman dan dinas.

“Gerombolan bandit lintas provinsi ini terpaksa ditembak, karena mencoba kabur saat petugas mengembangkan kasus pencurian uang sebesar Rp 200 juta yang melibatkan mereka. Tadinya, mereka sempat dirawat di rumah sakit, tapi kini sudah dibawa ke markas kami,” kata Kapolsekta Payakumbuh Kompol Russirwan yang memimpin penangkapan keempat bandit tersebut.

Russirwan menyebut, bandit yang kena tembak, teridentifikasi sebagai Andre Ruka Wijaya, 38, pria asli Jawa yang lahir di Batam dan pernah beristri ke Padangtarok, Baso, Sumbar.

Kemudian, Dodi alias Pak Cang alias Sajik, 48, pria asli Bandung yang tinggal di Kemayoran, Jakarta. Serta, Fernando Krisna Siregar, 26, pemuda asal Jorlanghataran, Simalungun, Sumatera Utara yang biasa menetap di Pekanbaru, Riau.

Sedangkan teman mereka yang selamat dari terjangan peluru polisi bernama Almansyah alias Amel, 38, warga Muaraburnai, Lempuingjaya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Amel bernasib lebih mujur karena saat ditangkap anggota Polsekta Payakumbuh bersama Satreskrim dan Satlantas Polres Payakumbuh, dia kooperatif dan tidak mencoba kabur.

Sampai tadi malam, Amel bersama Fernando, Dodi dan Andre masih diperiksa di Mapolsekta Payakumbuh, kawasan Kaniangbukik. Berdasarkan hasil penyidikan sementara, Andre, Dodi, dan Fernando mengakui terlibat pencurian uang nasabah bank di Payakumbuh dan Bukittingi. Sedangkan Amel menggaku baru sekali kemarin diajak merampok, tapi duluan ditangkap petugas.

“Pengakuan keempat tersangka yang sudah kami konfrontir, Andre, Dodi dan Fernando, memang terlibat pencurian uang nasabah bank. Sedangkan Amel mengaku baru pertama kali diajak bergabung dengan komplotan ini,” kata Kompol Russirwan didampingi Kasat Reskrim Polres Payakumbuh Iptu Wawan Dermawan, Kanit Reskrim Polsekta Payakumbuh Ipda Aiga Putra, dan sejumlah penyidik Reskrim.

Russirwan menjelaskan, pencurian uang nasabah bank di Bukittinggi dan Payakumbuh dilakukan Andre, Dodi dan Fernando pada bulan lalu. Di Payakumbuh, mereka pada Selasa (28/2), menggasak uang sebesar Rp 159,5 juta milik Fatmawilis, 48, pedagang yang tinggal di Padang Tinggi Piliang, Payakumbuh Barat.

“Kejadiannya berawal sewaktu korban habis mengambil uang tunai dari BRI Cabang Payakumbuh sebesar Rp 250 juta dan telah ditransfer sebesar Rp 90,5 juta. Sisanya sebesar Rp 159,5 juta, disimpan korban dalam jok motor Honda Beat-nya, sebelum korban meninggalkan bank. Kemudian, korban pergi ke Jalan Tembakau. Motor diparkir sebentar di depan toko Moris. Setelah korban pulang membeli buah, ternyata jok motornya sudah terbuka dan uang sudah dibawa kabur gerombolan bandit,” kata Kompol Russirwan.

Atas kejadian itu, korban kemudian melapor ke Mapolsek Payakumbuh. Laporan polisi dengan NoPol: P/K/3D/II/2017/Sekta itu dipelajari penyidik Unit Reskrim Polsek Payakumbuh.

Bahkan, penyidik sempat mengambil hasil rekaman kamera pengintai di gedung BRI, saat korban melakukan transaksi. Penyidik kemudian mengidentifikasi wajah-wajah terduga pelaku yang sudah mengintai dari bank.

Beberapa wajah yang dicurigai, termasuk Andre, Dodi dan Fernando, terus  dipantau penyidik selama sebulan. Puncaknya, kemarin siang, sejumlah wajah yang dicurigai itu terpantau berada di kantor cabang Bank Nagari dan Bank Mandiri di ruas Jalan Sudirman.

“Awalnya mereka berada di Bank Nagari, tapi karena tak ketemu korban, mereka pindah ke Bank Mandiri. Sebelum beraksi, mereka disergap anggota kami berkoordinasi dengan Satreskrim,” kata Kompol Russirwan.

Begitu penyergapan berlangsung disaksikan ratusan masyarakat dan pengemudi kendaraan, gerombolan bandit Lintas Sumatera itu akhirnya mengakui mereka terlibat pencurian di Payakumbuh dan berniat hendak merampok kembali. Mereka yang sempat bermalam pada salah satu hotel di Bukittinggi juga mengaku, sudah berbagi tugas satu sama lainya.

“Andre Ruka Wijaya yang diduga kuat sebagai otak gerombolan ini, bertugas memantau situasi di luar bank dan mengemudikan sepeda motor. Sedangkan Fernando Krisna Siregar bertugas mengeksekusi korban. Adapun Dodi alias Cang alias Sajik, standy by dengan mobil. Sementara Almansyah alias Amel ditugaskan sebagai tukang gambar calon korban di dalam bank,” kata Kompol Russirwan yang akrab dipanggil Ayah.

Polisi menduga, gerombolan bandit lintas yang memiliki mobil dan sepeda motor milik sendiri ini, tidak hanya piawai dalam kasus pencurian dengan pemberatan (curat) terhadap nasabah bank. Tapi juga diduga terlibat perampokan dan serangkaian kejahatan lain.

“Melihat keberanian mereka masuk dari luar daerah dan cara kerja yang terencana, kita yakin, mereka tak hanya terlibat curat, tapi juga curas,” ujar Russirwan.

Untuk itu, masih dilakukan penyelidikan lebih mendalam. Informasi sementara, tersangka Fernado Krisna Siregar yang bertubuh tambun dan masih lajang, pernah dijatuhi pidana tujuh bulan penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru, Riau, atas kasus kekerasan terhadap orang yang dilakukan secara bersama-sama pada 2012 silam.

Akan tetapi, saat ditanya petugas, termasuk petugas yang datang dari Polres Limapuluh Kota dan Polres Bukittinggi, Fernando membantah pernah dipenjara. “Baru sekali ini pak. Sumpah,” kata Fernando yang mengaku sebagai anak ketiga dari lima bersaudara.

Senada dengan Fernando, bandit lainnya, yakni Andre, Dodi dan Atmel yang masing-masing memiliki empat dan dua anak, juga mengaku baru sekali ini tersandung kasus hukum.

“Kami tak pernah pakai senjata api Pak. Saya juga pernah terlibat perampokan di Pemalang, Jawa Tengah,” kata Andre Ruka, meski nama yang sama dikabarkan pernah ditangkap Polres Pemalang bersama tujuh orang lainnya pada 2010 silam.

“Iya Pak, saya juga baru sekali ini. Sebelumnya, saya jualan durian di Lampung. Saya baru berangkat ke Jakarta 1 April lalu. Sampai di Jakarta, ketemu Pak Dodi diajak ke Sumbar. Tak tahunya apes dan tertangkap,” tukuk Atmel.

Sedangkan Dodi yang berusia paling gaek tak banyak bicara. Dia hanya meringis kesakitan, karena bekas luka tembaknya masih mengucurkan darah segar, sehingga tadi malam, dia kembali  dilarikan petugas ke rumah sakit. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Sebut Indonesia Curang, Trump Bisa Digugat ke WTO

Gugatan Wandel-Fitrial Ditolak MK