Palembang, BP
Ungkonan Astana Gubah Talang Keranggo yang merupakan komplek pemakaman tokoh penting di Kesultanan Palembang Darusalam yang sebelumnya terlantar dan dipenuhi tanaman liar akhirnya dibersihkan, Jumat (17/2) pagi. Pembersihan dipimpin Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang Sudirman Teguh.
Di Ungkonan Astana Gubah Talang Keranggo dimakamkam Kemas Kiranggo Wiro Sentiko bin Kemas Ranggo Diwangso bin Kms Ngabehi Rakso Upayo bin Kms. Temenggung Yuda Pati alias Khalifah Kecik yang merupakan seorang alim dalam bidang agama. Dia juga ahli dalam bidang arsitektur bangunan sekaligus menjabat sebagai menteri dalam Kesultanan Palembang Darusallam.
“Selama ini setiap Jumat kita gelar senam bersama, namun sekarang kita ganti dengan kegiatan bersih-bersih makam. Khusus kemarin kita bersihkan makam Ki Ranggo Wirosentiko. Apalagi selama ini, makam tersebut kurang terawat baik oleh warga sekitar maupun zuriat atau keturunan dari Ki Ranggo Wirosentiko,” kata Sudirman Teguh didampingi Camat Ilir Barat II A Halim Machmud.
Dijelaskan Sudirman, setelah hari ini dibersihkan, maka langkah selanjutnya dengan perbaikan dan pemugaran. Apalagi diakui mantan Kepala DP2H Kota Palembang tersebut, di Palembang ini terdapat 20 makam bersejarah baik dari zaman Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Palembang maupun Kesultanan Palembang Darussalam.
“Bila kita tidak memiliki kepedulian terhadap makam sejarah ini, maka lambat laun makam ini akan beralih fungsi. Bahkan ada beberapa makam sejarah yang beralih fungsi dan dibangun ruko dan ini yang kita sayangkan. Dan untuk perbaikan dan pemugaran kita akan libatkan dari BUMN maupun BUMD yang ada di Kota Palembang,” katanya.
Di samping itu, menurut Sudirman, tanpa adanya makam bersejarah ini, keberadaan Kota Palembang tidak akan pernah ada. Terlebih lagi, makam-makam bersejarah ini memiliki hubungan historis sejarah langsung dengan keberadaan Kota Palembang.
“Kalau tidak kita mulai dari sekarang, generasi muda akan banyak tidak tahu dengan sejarahnya. Tanpa sejarah, kita tidak akan pernah ada dan mengetahui asal mula Palembang,” katanya .
Untuk saat ini difokuskan pada pendiri Kota Palembang dan zuriatnya. Selain itu, dirinya juga mengimbau ke seluruh zuriat atau keturunan juga memiliki kepedulian yang sama dengan masyarakat lainnya.
“Kalau zuriatnya saja tidak punya keinginan untuk merawatnya, bagaimana masyarakat yang lain akan ikut merawatnya,” katanya.
Selain itu setelah makam ini dibersihkan maka akan disiram dengan pestisida agar tanaman liar tidak lagi tumbuh di makam tersebut. Selanjutnya akan dilakukan perbaikan untuk makam tersebut dengan terlebih dahulu di kaji oleh tim arkeologi makam tersebut.
Pengamat sejarah Kesultanan Palembang Darusallam Andi Syarifuddin mengatakan, awalnya makam yang ada saat ini dan sedang dibersihkan ini, merupakan makam pertama yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo yang dipersiapkan untuk makam Kesultanan Palembang Darussalam kala itu. Bahkan setelah ditinjau oleh SMB I, terlihat sangat cantik dan indah.
“Tapi sayang Sultan (SMB I,red) ketika itu kurang berkenan untuk menggunakannya sebagai makam kesultanan. Akhirnya, dipilihlah makam yang berada di Kawah tekurep sebagai makam kesultanan dan Sultan-sultan Palembang Darussalam. Hanya setelah wafatnya Ki Ranggo Wirosentiko, makam ini digunakan sebagai makam beliau (Ki Ranggo Wirosentiko-red) dan sampai hari ini makam ini terkenal dengan makam Talang Kerangga yang mengambil dari nama Ki Ranggo Wirosentiko,” katanya.
Bahkan diakuinya, Ki Ranggo Wirosentiko sendiri semasa hidupnya, merupakan salah satu menteri dari Kesultanan Palembang Darussalam atau sebagai menteri pertahanan sekaligus juga besan dari SMB I.
“Jabatan utamanya sebagai menteri pertahanan. Tapi karena salah satu putrinya menikah dengan anak dari SMB I, maka beliau juga menjadi besan dari SMB I. Dan kegiatan ini sangat baik untuk mengenang sejarah serta mengajarkan kita untuk tidak lupa dengan sejarah,” katanya.
#osk