Sempat menggairahkan selama tiga bulan, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), kembali anjlok. Harga sebelumnya Rp 1.500 per kilogram turun jadi Rp 1.100 per kilogram.
Kondisi itu jelas membuat para petani kelapa sawit kecewa, sebab turunnya harga TBS, hampir bersamaan dengan berakhirnya tahun ajaran baru bagi anak sekolah. Otomatis berbagai kebutuhan anak juga meningkat.
Masrul, 54, warga Nagari Lakitan Selatan Kecamatan Lengayang mengatakan, tidak stabilnya harga TBS, selalu dirasakan masyarakat di daerah itu setiap tahunnya. Penurunan ini telah terjadi sejak dua pekan terakhir. Padahal tiga bulan lalu, harganya cukup menggembirakan. Sebab berada pada kisaran Rp Rp 1.500 per kilogram.
Keluhan yang sama juga dikatakan, Syafrigon petani sawit lainnya di Kecamatan Lengayang. Katanya, tidak tertutup kemungkinan bisa turun hingga di bawah Rp 1.000 per kilogram. “Itu sudah pernah kami rasakan tahun lalu, bahkan sampai menembus hingga Rp 500 per kilogram,” ujarnya.
Anggota DPRD Pessel dari Dapil III, Zarfideson ketika dihubungi kemarin menjelaskan, sebagian besar masyarakat bagian selatan Pessel merupakan petani kelapa sawit. “Berdasarkan data yang saya dapatkan, ada seluas 46.067 hektare lahan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat di Pessel, lahan ini tersebar di 11 kecamatan dan 15 kecamatan yang ada,” ujarnya.
Menurutnya, lahan seluas itu tidak sebanding dengan kemampuan pabrik kelapa sawit di Pessel. ”Sebab jumlahnya hanya lima unit. Itu pun milik perusahaan, yang tentunya lebih mengutamakan TBS yang dipanen dari lahan milik perusahaan itu sendiri,” ujarnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Pessel, Jumsu Trisno ketika dihubungi kemarin, (7/4) mengatakan, untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit di daerah itu, pihaknya mendorong pembentukan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo).
Karena melalui Apkasindo itu, petani akan memiliki jangkauan membina kemitraan dengan perusahaan pengelola crude palm oil (CPO). Sehingga akan mendongkrak harga TBS khususnya milik petani mandiri. Selain itu, pihaknya juga akan menerbitkan sertifikat rendemen CPO kelapa sawit per wilayah yang nanti digunakan petani menjalin kemitraan dengan perusahaan.
“Karena TBS berasal dari lahan petani mandiri biasanya perusahaan mematok harga rendah dengan alasan rendemen yang rendah. Maka akan diluruskan dengan sertifikat rendemen CPO yang kami terbitkan itu,” ujarnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.