Rapat kerja kesehatan daerah (Rakerkesda) yang diadakan di Sumbar pada tanggal 17 April lalu terasa special. Dihadiri Menteri Kesehatan RI Nila Farid Moeloek plus Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. Acara ini mengangkat topik pentingnya keluarga sehat. Dalam dialog interaktif yang dikemas cukup menarik. Gubernur meminta agar tiap-tiap keluarga mampu mewujudkan hidup sehat secara bersama-sama.
Tindakan ini dapat dimulai dengan makanan bergizi, latihan fisik, berolahraga rutin dan segera memeriksakan diri apabila ada sesuatu yang terasa “lain” pada tubuh kita. Menkes pun sempat mempertanyakan, Sumbar yang boleh dikatakan terkenal dengan bareh Solok dan makanan paling lezat sedunia, yakni rendang, tapi kenapa angka kekurangan gizi masih cukup tinggi di Sumbar?
Dalam hal ini, sebetulnya peranan seorang ibu sangat vital. Di mana, peran paling utamanya adalah bagaimana mendidik dan mengajarkan kepada anak soal nilai-nilai menuju sehat lahir bathin.
Artinya, bukan semata-mata hanya memiliki sawah ladang subur, lalu hasilnya dijual dan dibelikan emas. Tak peduli kecukupan asupan makan anak. Perempuan di Minang diisyaratkan harus mempunyai dua kemampuan dasar sebelum melangkah ke pelaminan, yakni pandai memasak dan pandai menjahit.
Kedua kecakapan ini menjadikan perempuan Minang agar bisa bertahan dan beradaptasi dalam kondisi apapun, baik senang ataupun susah, saat tenang ataupun darurat. Hal ini terbukti saat gempa dahsyat 2009 silam, ibu-ibu lah yang pertama membuat dapur umum.
Dewasa ini, bisa kita lihat restoran dan cafe berjamuran di mana-mana yang dipenuhi oleh anak-anak muda, juga para bapak dan ibu-ibu arisan. Hal ini tentu sah-sah saja bagi perkembangan ekonomi daerah. Namun di sisi lain, kita semakin prihatin dengan peran ibu yang semakin berkurang dalam rumah tangga, terutama dalam menyiapkan makanan sehat untuk anaknya.
Pernah suatu ketika guru anak saya mengadu, “Buk, ada teman ibuk tu anaknya nyaris pingsan waktu sampai di sekolah. Ternyata setelah ditanyakan, dia tidak sarapan dulu di rumah karena subuh-subuh mama sudah pergi dinas ke luar kota, papa pun juga tidak bisa membuatkan sarapan. Bagaimana anak bisa belajar maksimal, jika perutnya tidak diganjal?”
Sekarang ini dapat kita lihat bahwa ibu-ibu di Sumbar sudah banyak yang memegang peranan penting di berbagai instansi pemerintah. Mulai dari menteri kesehatan sendiri, kepala dinas, direktur rumah sakit, hingga kepala puskesmas, dipegang oleh ibu-ibu.
Seyogianya, peran yang dilakukan oleh para ibu yang tengah menjadi pimpinan dapat menjadi contoh tauladan bagi masyarakat kita. Mereka harus sukses memimpin keluarga dulu, sebelum memimpin orang lain. Seperti ibu Menkes sendiri yang berdarah Minang, sukses menjadi “woman behind” suami yang dulunya juga pernah menjadi menteri. Anak-anak beliau pun juga sukses dalam karir dan rumah tangga. Tidak mengherankan memang, karena beliau sangat concern akan pola asuh keluarga, di mana peran ibu sangat dituntut mampu menjadi sumbu pergerakan roda keluarga sehat.
Sesibuk-sibuknya seorang ibu, tetap harus menyempatkan diri menyiapkan sarapan untuk keluarga, memikirkan menu sehat untuk bapak dan anak. Meskipun andai kata bukan ibu yang memasak langsung, namun bisa memberikan petunjuk pada asisten rumah tangganya. Tidak selalu mengandalkan pada makanan cepat saji di restoran yang belum tentu bersih dan menyehatkan.
Sekali seminggu, ajaklah anggota keluarga berolahraga dan aktivitas outdoor. Sementara di kantor ajaklah karyawan bersenam selama kurang lebih 10 menit saja 4 kali seminggu. Menyediakan selalu buah-buahan di meja makan, dan menganjurkan untuk tersedianya buah di kantor. Secara rutin melakukan Sadari (periksa payudara sendiri) bagi dirinya dan keluarga, serta karyawan di kantor yang berjenis kelamin wanita.
Di mana, dewasa ini kasus kanker payudara sangat tinggi. Selain itu, pemeriksaan pap smear juga penting dalam upaya pencegahan kanker rahim. Untuk mertua dan orang tuanya, si ibu dapat menganjurkan mendatangi Posbindu (pos pelayanan terpadu) yang melayani pemeriksaan untuk pencegahan penyakit, seperti diabetes, hipertensi yang angka kejadiannya cukup tinggi.
Semua aktivitas di atas menjadi fokus utama dalam program Germas (gerakan masyarakat menuju sehat). Diharapkan seluruh sektor bukan hanya sektor kesehatan, tapi juga sektor pendidikan, ketahanan pangan, ibu-ibu PKK dan lainnya juga ikut mengeroyok program ini. Atau seperti kata pak Gubernur, perlu adanya sinkronisasi antara pemda, dinkes, serta unsur masyarakat. Sesuai falsafah Minangkabau, tigo tungku sajarangan, ketiga unsur pemerintah, akademisi, ulama bersama-sama menyalakan api semangat, “memasak” program kesehatan masyarakat ini untuk menyehatkan kehidupan anak bangsa.
Namun, inti semua ini tetap berada di internal keluarga sendiri. Peran ibu tidak bisa dialihkan, tetap menjadi motor dalam menyukseskan karir suami, serta menyiapkan anak-anak yang sehat berkualitas. Seperti Kartini dahulu, memperjuangkan agar wanita bisa berpendidikan untuk mampu menjadi ibu bagi generasi yang sehat lahir bathin. Selamat Hari Kartini…! (*)
LOGIN untuk mengomentari.