Dalam rangka memperingati Hari Air Susu Ibu (ASI) Sedunia tanggal 1 Agustus, saya mencoba melakukan analisis perkembangan pemberian ASI di Sumbar. Ada banyak pertanyaan yang muncul dalam benak saya. Bagaimanakah pemberian ASI di Sumbar. Berapa persentase anak usia kurang dari 2 tahun (0-23 bulan) di Sumbar yang pernah mendapatkan ASI dan apakah pemberian ASI tersebut sudah sesuai aturan kesehatan yang sering digaungkan oleh pemerintah, yakni 6 bulan ASI eksklusif dan setelah itu baru ditambah dengan pemberian makanan tambahan sampai umur 2 tahun. Kesehatan dan gizi pada tahun pertama kehidupan bayi akan menentukan tingkat kesehatan, intelektual dan produktivitas di masa depan. Mendapatkan ASI merupakan permulaan terbaik di awal kehidupan bayi untuk proses tumbuh kembang anak karena ASI mengandung protein dan zat-zat gizi berkualitas tinggi serta mengandung antibodi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Selain itu, ASI juga dapat melindungi tubuh bayi dari alergi, diare dan penyakit infeksi lainnya. Oleh karena itu, pemerintah menganjurkan agar seorang ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi sejak dilahirkan sampai 6 bulan ke depan tanpa tambahan makanan dan minuman lain termasuk air putih. Selanjutnya setelah bayi berusia 6 bulan ke atas tetap diberi ASI dan dilanjutkan dengan pemberian makanan tambahan hingga usia 2 tahun.
Di Indonesia, masalah gizi khususnya pada balita, menjadi masalah besar karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti angka kesakitan dan angka kematian bayi dan balita. Untuk menanggulangi masalah tersebut, Departemen Kesehatan mendorong dilakukannya gerakan pemberdayaan masyarakat melalui gerakan keluarga sadar gizi (kadarzi) secara rutin memantau berat badan balita, memberi ASI pada bayi sampai usia 2 tahun, mengkonsumsi berbagai ragam makanan, dan mengkonsumsi suplemen gizi sesuai anjuran. Ketersediaan ibu untuk menyusui maupun lamanya ibu menyusui sampai saat ini masih belum sesuai harapan. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya kemajuan teknologi khususnya di bidang produksi susu formula dan makanan untuk bayi disertai dengan peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan dan perluasan distribusi susu formula dan makanan untuk bayi. Selain itu tuntutan kebutuhan hidup yang semakin tinggi memaksa si ibu untuk bekerja atau membantu nafkah keluarga sehingga keinginan untuk menyusui anak pun semakin berkurang.
Berdasarkan data BPS dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2015 dan 2016, di Sumbar persentase anak usia kurang dari 2 tahun yang pernah disusui tahun 2015 sebanyak 97,48 persen dan tahun 2016 meningkat menjadi 97,56 persen. Jika dilihat per wilayah, ternyata lebih banyak persentase anak usia kurang dari 2 tahun yang pernah disusui dan tinggal di perdesaan dibandingkan di perkotaan. Pada tahun 2016 persentase anak usia kurang dari 2 tahun yang pernah disusui dan tinggal di daerah perdesaan ada 97,71 persen sedangkan di perkotaan 97,34 persen. Sejalan dengan peningkatan jumlah anak yang disusui, rata-rata lamanya seorang ibu dapat menyusui bayinya tahun 2016 mengalami peningkatan, yakni dari 10,28 bulan menjadi 10,59 bulan atau naik sebesar 3,02 persen. Begitu juga rata-rata lama anak disusui di daerah perdesaan dan perkotaan pada tahun 2016 juga mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya, masing-masing tercatat 10,31 bulan di perkotaan dan 10,79 bulan di perdesaan. Masing-masing naik sebesar 2,79 persen di perkotaan dan 3,45 persen di perdesaan. Namun, rata-rata lamanya seorang ibu menyusui di Sumbar masih jauh dari yang dianjurkan oleh pemerintah yakni selama 2 tahun.
Dengan demikian dapat dikatakan kemungkinan besar anak usia kurang dari 2 tahun di daerah perdesaan mendapatkan tingkat imunitas dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan di daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan ibu-ibu yang tinggal di perkotaan kebanyakan bekerja membantu ekonomi keluarga dan tidak memiliki waktu yang lebih banyak untuk menyusui anaknya dibandingkan ibu-ibu yang tinggal di perdesaan. Jika kita lihat begitu banyak manfaat ASI bagi anak kita dalam membentuk anak yang berkualitas, namun kenapa masih ada juga para ibu yang enggan memberikan ASI-nya. Rendahnya waktu pemberian ASI tersebut bisa dipengaruhi banyak faktor, salah satu penyebabnya adalah umur ibu. Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih biasanya tidak akan dapat menyusui bayinya dengan jumlah ASI yang cukup. Selain itu juga kurangnya dukungan penuh dari suami terutama saat si ibu menyusui bayinya dapat menyebabkan kurangnya produksi ASI. Kurangnya dukungan dari pimpinan tempat si ibu bekerja juga dapat mempengaruhi rendahnya waktu pemberian ASI.
Dari pengalaman saya yang sudah dikarunia dua anak, memang ada perbedaan yang signifikan terhadap kedua anak yang diberi ASI sampai 2 tahun dengan yang tidak sampai 2 tahun. Anak sulung saya hanya mendapat ASI eksklusif selama 4 bulan dan setelah itu tetap dilanjutkan memberi ASI dan makanan tambahan sampai usia 18 bulan. Sedangkan anak kedua saya mendapat ASI eksklusif 6 bulan dan dilanjutkan pemberian ASI dan tambahan makanan sampai 2 tahun. Antara anak pertama dan kedua mempunyai kemampuan dan perkembangan yang berbeda. Anak kedua pertumbuhannya dan perkembangannya sangat cepat dan daya tahan tubuhnya pun cukup kuat dibandingkan anak yang pertama. Karena kondisi kesehatan saya yang tidak baik setelah melahirkan anak pertama, maka saya menghentikan pemberian ASI-nya sebelum 2 tahun.
Dan untuk anak yang kedua dengan kondisi tubuh saya yang cukup stabil dan didukung juga oleh suami maka pemberian ASI ekslusif dan ASI sampai 2 tahun berhasil saya jalankan. Dalam hal ini saya lebih menekankan peran suami dalam mendukung pemberian ASI ini sangat lah penting. Karena menurut saya tanpa dukungan suami, yang siap membantu pekerjaan istri di rumah pada saat si istri memberikan ASI kepada anaknya sangatlah penting. Apalagi kalau si istri juga seorang pekerja yang turut membantu ekonomi keluarga. Begitu juga dukungan dari kantor tempat saya bekerja juga sangat membantu kelancaran dalam pemberian ASI.
Dalam rangka memperingati hari ASI sedunia, saya mengajak para ibu dan para ayah untuk mendukung program pemerintah dalam memberikan ASI bagi bayinya sampai umur 2 tahun agar bayi kita menjadi bayi yang sehat dan bergizi. Dan kepada pemerintah supaya lebih di optimalkan lagi program-program yang menggiatkan pemberian ASI terutama bagi ibu-ibu yang bekerja. (*)
LOGIN untuk mengomentari.