Jakarta ( Berita ) : Peneliti senior dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan bahwa Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayatinya bisa menjadi pemimpin di bidang bioenergi di dunia.
“Dalam bioenergi, dalam bidang bio-fuel, kita bisa memimpin,” kata peneliti senior Kelompok Keahlian Energi dan Sistem Pemroses Teknik Kimia ITB Tatang H Soerawidjaja di Jakarta, Senin [10/4].
Tatang menerangkan kekayaan sumber daya alam Indonesia bisa menghasilkan berbagai bahan bakar ramah lingkungan mulai dari diesel, bensin, hingga avtur. Dia menjelaskan bahwa biodiesel bisa dihasilkan dari biji jarak; bioavtur bisa diekstak dari minyak kelapa, minyak inti sawit, dan minyak biji kayu manis.
Untuk bensin dengan senyawa karbon C8, kata Tatang, tidak ada bahan dari tumbuhan secara alami yang bisa menghasilkan secara langsung. Namun senyawa yang dihasilkan minyak inti sawit atau minyak kelapa bisa dipecah dan dijadikan karbon C8.
“Teman saya bikin, minyak sawit dipecah, jadi namanya bensin nabati. Oktannya yang dicapai sampai 95, sudah pertamax itu,” kata Tatang yang juga Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IABI).
Sedangkan untuk produksi bioavtur lebih mudah lagi. Tatang menganalogikan senyawa yang dimiliki oleh minyak nabati dari inti sawit atau kelapa seperti rantai hidrokarbon yang diujungnya terdapat CO2.
“Minyak nabati itu sebenarnya hidrokarbon tapi diujungnya ada CO2, tinggal buang CO2-nya jadi hidrokarbon. Sudah dibikinkan sama Yang Maha Kuasa. Itu yang bikin iri Eropa kan, karena kita penghasil sawit terbesar,” jelas Tatang.
Hidrokarbon adalah senyawa yang paling tepat yang dijadikan bahan bakar ramah lingkungan untuk pesawat terbang sebagai pengganti avtur berbasis minyak bumi. Penggunaan bahan bakar bioavtur dari minyak kelapa dan minyak inti sawit, kata Tatang, bisa mereduksi emisi yang dihasilkan dari bahan bakar pesawat terbang sebesar 70 persen. (ant )
