Tingkatkan Rasa Percaya Diri dan Gengsi
Mengenakan barang- barang bermerek tak hanya dapat meningkatkan rasa percaya diri, namun juga dapat meningkatkan gensi. Tak heran bila ada orang yang rela mengelontorkan uang jutaan rupiah hanya untuk mendapatkan barang bermerek tersebut.
Seorang wanita terlihat tengah asyik melihat barang- barang bermerek di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Padang. Sesekali ia mencoba menggunakan barang- barang bermerek tersebut. Kadang, ia melihat sepatu, pakaian, jam tangan dan tas hingga parfum. Wanita itu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
Natasha Allisha, 25, mahasiswa fakultas ekonomi, salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Padang menyebutkan ia rela merogoh kocek dari Rp2 juta hingga Rp 5 juta hanya untuk membeli barang- barang bermerek.
Menurut Natasha, barang-barang bermerek tersebut dapat menunjang penampilan dan pekerjaannya di bidang modeling.
“Sebagai model saya juga dituntut untuk berpakaian bagus dan fashionable yang selalu up date fashion. Bagi saya memakai pakaian bermerek suatu kebutuhan,” ucapnya.
Natasha mengatakan, jika tak menggunakan barang bermerek, ia merasa tak percaya diri. Dengan barang-barang bermerek tersebut, ia bisa lebih percaya diri.
Dimas Handriko, 26, juga mengaku menyukai barang bermerek. Namun, ia memilih barang bermerek tersebut karena tuntutan pekerjaannya. Sebagai fotografer mengharuskannya memiliki barang bermerek, sehingga hasil karyanya juga lebih bagus.
Selain menyukai kamera, ia juga suka dengan peralatan trekking bermerek. Apalagi dia mengaku suka berpetualang. Dengan memilih barang yang branded ia merasa lebih nyaman.
“Saya suka mendaki dan sering mengambil gambar di puncak gunung. Jadi butuh alat yang kuat dan tahan seperti tas dan sepatu biar bisa dibawa mendaki,” ujar pria yang tinggal di Pasarbaru, Limaumanih, Pauh ini.
Selain itu, alasan ia memilih barang tersebut karena bisa tahan bertahun-tahun. Baginya jika menginginkan suatu barang bermerek ia akan berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara termasuk dengan membelinya lewat online atau pesan dengan teman yang berada di luar kota.
“Kalau saya menginginkan suatu barang saya akan mengusahakannya dengan cara apapun. Termasuk memburunya hingga keluar daerah. Untuk barang bermerek ini, saya bisa menghabiskan uang sampai Rp 15 juta,” ungkap pria yang juga berprofesi sebagai asisten dosen.
Lain lagi, Anita, 25. Karyawan swasta ini, juga mengaku menyukai barang bermerek. Alasannya, selain karena kualitasnya, juga untuk meningkatkan gengsi. “Saya beli karena kualitasnya. Saya beli jam tangan seharga Rp 350 ribu dan sepatu Rp500 ribu. Bagi saya harga segitu tak jadi persoalan,” ucapnya.
Jika ia beli barang yang tak bermerek, kualitas barang tersebut tak ada jaminan. Ia khawatir, jika membeli barang yang tak bermerek, baru sebentar dipakai sudah rusak.
“Tidak masalah bayar sedikit mahal, asalnya kualitasnya terjaga. Memang tak setiap hari saya gunakan jam tangan tersebut,” ucapnya. Untuk pakaian ia tak segan mengelontorkan uang hingga jutaan rupiah. “Jika saya suka barangnya, maka saya akan beli. Walaupun harganya sedikit mahal,” tukasnya.
Psikolog Yuni Ushi Johan menyebutkan suatu hal yang wajar, jika seseorang menyukai barang- barang bermerek dibanding barang yang tak bermerek. Ada tipe orang yang lebih mengutamakan kualitas barang dibanding hanya sekadar gaya. Biasanya barang bermerek terkenal dengan kualitasnya yang lebih baik dan tahan lama.Namun hal tersebut akan menjadi tak wajar , ketika semua barang yang dimilikinya merupakan barang bermerek.
“Inilah yang disebut konsumtif dan mengacu pada pemaksaan ekonomi demi memenuhi sebuah keinginan,” ucapnya. Jika alasan seseorang memiliki barang bermerek karena gengsi, ini akan menimbulkan masalah. Karena ia memaksakan diri tanpa memilikinya, meski dengan cara berhutang sekalipun. “Seseorang harus mendahulukan kebutuhan dibanding keinginan,” ucapnya.
Jika mengkonsumsinya sesuai dengan kebutuhan, maka barang tersebut akan bermanfaat sampai jangka waktu yang cukup lama. Bila dibeli hanya sesuai keinginan, maka manfaat barang tersebut hanya berlangsung singkat. “Seseorang harus memiliki kontrol diri dan sesuaikan dengan keadaan ekonomi , sehingga tak jadi konsumtif terhadap suatu produk,” ucapnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.