in

Karir Politik Ahok Tamat

MEDAN ( Berita ) : Pengamat politik Universitas Sumatera Utara (USU) Dr. Ahmad Taufan Damanik, memperkirakan karir politik Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sudah tamat sejak dia terkena kasus tuduhan penistaan agama yang menimbulkan aksi bela Islam luar biasa massif.
“Sebenarnya Ahok, sudah tamat sejak kasus penistaan agama menggrogoti karir politiknya. Namun kekuatan media, pendukung politik dan kekuasaan yang memback upnya masih berupaya mengatasi masalah dengan berbagai cara,”katanya Ahmad Taufan Damanik.

Ahmad Taufan Damanik, menyebutkan itu, Kamis (20/4),menanggapi pertanyaan Wartawan menyangkut prediksi karir politik Ahok, pasca kalah di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.

Disebutkannya, selama ini Ahok, masih terlihat kuat karena didukung media dan kekuasan. Mereka menjaga Ahok dengan cara mengkriminalisasi tokoh-tokoh yang dianggap aktor utama penggerak aksi bela Islam,seperti Habib Riziek, Ustadz Bachtiar Nasir.

Bahkan juga dengan cara menekan tokoh sekaliber mantan Presiden SBY, yang dicurigai ikut mendukung aksi tersebut. Cara lain, lanjut Ahmad Taufan Damanik, adalah menciptakan dikotomi antara GNPF – MUI yang menginisiasi aksi bela Islam dengan organisasi Islam besar lainnya, terutama NU dan Muhammadiyah.

Sayangnya cara ini tidak cukup efektif. mengingat sentimen keagamaan mayoritas umat Islam sudah kadung menguat. Namun, solidaritas umat Islam ini, justru direspon dengan cara keliru oleh tim pemenangan Ahok, termasuk media pendukungnya dengan melabeli itu sebgai sikap intoleran, sika pyang kurang tepat dibandingkan ideologi Pancasila, tidak nasionalis, SARA dan radikal.

Sebaliknya, Taufan Damanik, tim Anies-Sandi, pintar memainkan situasi politik yang krausial tersebut. Mereka terus-menerus membangun narasi persatuan, narasi yang lebih lunak dan mampu meyakinkan publik bahwa Anies-Sandi adalah tokoh alternatif yang mampu melakukan dua hal.

Pertama,mampu menjadi representasi umat Islam yang ‘merasa tersakiti’ dan kedua mampu meyakinkan pemilih bahwa mereka memiliki kemampuan memadukan kembali keterbelahan masyarakat.

Di berbagai kesempatan, katanya, terutama debat dengan Ahok-Djarot, dengan sangat bagus Anies-Sandi meyakinkan publik bahwa mereka adalah pemimpin yang akan bisa menenteramkan “keributan sosial.
Di sisi lain, mereka juga mampu meyakinkan public bahwa mereka adalah pemimpin yang membela nasib masyarakat tertindas yang selama ini menjadi korban penggusuran, korban pembangunan reklamasi atau kelompok masyarakat terpinggirkan akibat keberpihakan Ahok kepada pemodal.

Akibatnya, dukungan umat Islam sebagai penduduk mayoritas, kepada Ahok, semakin menurun. Ini ditandai dengan jumlah perolehan suara melalui quick count yang tidak bergerak dari hasil capaian pada putaran pertama, yakni sekitar 42 persen.

Hasil ini tentu sangat mengejutkan dan memukul telak karir politik Ahok. Apalagi diabukan kader partai politik manapun. Hal ini berbeda dengan Djarot, yang mungkin saja bisa tampil kembali pada 2019 sebagai anggota anggota legislatif dari PDIP. Pukulan politik ini juga akan mengimbas kepada PDIP dan partai pendukung lainnya.

Melihat beberapa hasil Pilkada lain, misalnya Banten dan kota Yogyakarta, calon PDIP yang semula diramalkan akan menang mudah, ternyata kalah. Ini dikuatirkan akan terus berlanjut ke Pilkada serentak 2018, bahkan bisa pula berdampak kepada Pileg dan Pilpres 2019, mengingat publik juga melihat dukungan PDIP dan Jokowi untuk Ahok-Djarot.

Sebaliknya menurutnya, partai-partai seperti Gerindra – PKS dan beberapa partai lain-nya, akan memanfaatkan kemenangan ini bagi pertarungan Pemilu 2019. Dampak yang juga sama akan dihadapi PPP dan Golkar, yang malah bisa memicu konflik internal yang semakin parah. (WSP/m49/I)

What do you think?

Written by virgo

Rusia – AS Investigasi Insiden Kimia Suriah

Jika Ahok Diputus Bebas, Berarti Hakim Melanggar SEMA No 11 Tahun 1964