PADEK.CO – Nama calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Anies Baswedan sampai kemarin (4/6) belum dibuka ke publik. Kendati demikian, sejumlah kalangan menyebut dua nama yang paling berpeluang menjadi pendamping Anies.
Yakni Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Keduanya dianggap memiliki potensi untuk mengatrol elektabilitas Anies.
Pernyataan itu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin. Dia mengatakan, sebelumnya muncul tiga nama kandidat cawapres Anies, yaitu AHY, Khofifah, dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan alias Aher. Setelah itu mengerucut menjadi satu nama.
Menurut Ujang, satu nama tersebut antara AHY dan Khofifah. ”Aher kayaknya tidak masuk. Karena dari sisi elektabilitas tidak muncul,” terangnya kepada Jawa Pos kemarin.
Nama AHY menguat karena dia merupakan ketua umum partai Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Namun, kata Ujang, ada pula sisi kelemahannya. Yaitu, AHY tidak berasal dari Nahdlatul Ulama (NU). Karena itu, akan sulit mendulang suara dari basis massa Islam tradisional yang jumlah pemilihnya cukup besar.
Anies-AHY hanya bisa meraup basis pemilih Islam modern dan perkotaan. Selain itu, AHY akan berhadapan dengan kepentingan PKS yang tidak terakomodasi. Tentu Partai Demokrat harus memberikan kompensasi kepada PKS.
Sedangkan Khofifah memiliki peluang menjadi pendamping Anies karena merupakan tokoh eksternal yang berasal dari NU. Sehingga dinilai bisa mendulang suara dari kalangan Islam tradisional.
”Kalau dicawapreskan, Khofifah kuat,” tuturnya. Jadi, Anies-Khofifah akan menjadi pasangan yang mewakili kelompok modern dan tradisional.
Khofifah juga gubernur Jawa Timur, provinsi yang berpenduduk sangat besar. Jadi, suara Anies akan kuat di Jawa Timur. Apalagi, Khofifah merupakan tokoh perempuan sehingga bisa menggaet pemilih perempuan.
Namun, ada catatan dari sosok Khofifah. Yakni, lawan politik mereka akan memanfaatkan isu bansos untuk menyerang dan memperlemah sosok Khofifah. ”Mereka akan menggoreng isu itu untuk menyerang Khofifah,” paparnya.
Selain itu, lanjut dosen Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) tersebut, dirinya pernah mendengar bahwa Khofifah bisa menjadi cawapres jika mendapatkan restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tentu hal itu tidak mudah. Sebab, selama ini Jokowi berseberangan dengan Anies.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera masih enggan membuka siapa sosok yang akan menjadi cawapres Anies. Dia mengatakan, nama cawapres sudah disepakati di internal KPP. Mardani tidak ingin mendahului untuk mengumumkannya ke publik.
Ketua DPP Nasdem Charles Meikyansah juga belum bersedia membuka nama cawapres yang akan mendampingi Anies. Walaupun sudah diputuskan satu nama, pihaknya tetap menyerahkan sepenuhnya kepada Anies yang mendapatkan mandat sebagai capres.
Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyampaikan bahwa sosok cawapres Anies akan mengejutkan publik.
”Pasangan capres-cawapres ini akan mengejutkan koalisi lain. Karena inilah yang ditunggu-tunggu masyarakat,” ungkapnya kemarin.
Sementara itu, PDI Perjuangan (PDIP) masih terus menggalang kekuatan untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres. Selain PPP dan Partai Hanura, mereka masih ingin menambah kekuatan politik. Komunikasi dengan partai lain pun makin masif dilakukan.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan, akan ada partai politik lain yang mendukung Ganjar sebagai capres 2024. ”Jumat depan akan ada partai lain yang bergabung memenangkan kita, Saudara-saudara sekalian,” ujar Hasto dalam acara Konsolidasi PDIP DKI Jakarta Pemenangan Pilpres 2024 di Basket Hall Senayan, Jakarta Pusat, kemarin.(jpg)