Tak bisa ku pungkiri. Semenjak kecil aku mengidolakan bapak. Bukan tanpa alasan. Ini karena bapak orang yang rapi, bersih, dan sangat menyayangi aku.
Beliau sangat suka membaca, ini dibuktikannya dengan selalu berlangganan sejumlah koran lokal kala itu, yang kala itu terbitnya 1 kali seminggu. Aku juga melibas isi Koran itu tanpa tersisa sebagai pengisi waktu luangku semasa kecil.
Di samping itu, beliau juga sering menceritakan dongeng-dongeng pengantar tidurku. Dongeng-dongeng yang bapakku ceritakan tentu aja berisi pesan yang baik. Barangkali dengan kebiasaanku inilah yang membuat aku jadi hobi membaca.
Hal ini sudah kurasakan semenjak duduk bangku kelas 2 Sekolah Dasar. Seringkali aku memisahkan diri dari teman-teman yang asyik melakukan permainan tradisional saat istirahat seperti petak umpat, main kelereng, main karet.
Aku memisah bukannya tidak suka permainan tersebut, akan tetapi aku lebih menyukai membaca. Saat bel istirahat berbunyi aku masuk ke dalam perpustakaan sendirian. Perpustakaan sekolahku yang waktu itu tidak terurus terlihat dari buku-bukunya yang berantakan.
Sehingga aku berjalan di atas buku ketika memilih buku yang kuinginkan. Aku memilih 5 buah buku atau lebih. Buku tersebut kubaca saat istirahat pertama, dan istirahat kedua. Saat membaca pada jam istirahat, kududuk di samping tangga ruangan guru.
Di sana juga ada teman-teman yang bermain batu tujuh. Jika bel masuk berbunyi, aku merasa enggan masuk ke kelas karena aku masih ingin melanjutkan bacaanku. Buku yang dibawa pulang kubaca ketika di malam hari, setelah selesai belajar mengaji bersama teman-teman dekat rumah.
Guru mengaji adalah bapakku sendiri. Jadi, teman-teman ngajiku ikut bermalam di rumahku. Sebelum tidur, aku selalu menceritakan kembali cerita yang telah dibaca. Seringkali mereka menagih untuk menceritakan dongeng kepadaku.
Ini juga memacuku untuk menambah bacaanku sebagai bahan cerita kepada teman-temanku. Setelah aku duduk dibangku SMP hobi membacaku semakin meningkat dengan membaca novel. Ini berawal dari aku menginap di rumah guru SMP kesayanganku.
Pada jejeran bukunya, aku melihat sebuah novel. Tanpa izin dari beliau, aku mengambil novelnya dan kuselesaikan membacsanya sampai Subuh. Pernah tertangkap basah ketika aku sedang membaca novel oleh beliau, aku dimarahi.
Katanya, novelnya itu belum pantas dibaca anak SMP. Aku meminta maaf, akan tetapi tetap saja kucuri-curi untuk membacanya tanpa sepengetahuan beliau karena novelnya kuletakkan lagi ke tempat semula.
Dengan hobi membaca, aku juga suka menulis, apa lagi saat itu aku kecanduan membaca novel, jika novel guruku sudah habis kubaca. Tak jarang aku membeli novel dengan uang jajanku. Ku ingat di saat aku di bangku SMP itu, aku punya teman yang suka pacaran tapi sayang tidak bisa bikin surat cinta.
Dia tau kalau aku hobi membaca dan mengarang, kadangkala aku dijadikan sebagai penulis surat cinta untuk pasangannya. Maka mulai saat itu hobiku bertambah satu lagi, yaitu sebagai jasa penulis surat cinta, sementara aku anti dengan yang namanya cinta itu, karena mungkin belum saatnya.
Pernah juga aku menulis surat kepada tunangan temanku yang akan membatalkan pertunangannya gara-gara akan dinikahkan dengan jodoh yang lain. Dengan surat yang kutulis, dengan begitu indah dan menyedihkan, rangkaian kata-kata kususun. Akhirnya mereka kembali melanjutkan pertunangannya.
Setamat SMP aku melanjutkan pendidikanku ke SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Tiga tahun dapat kuselesaikan masa Pendidikan. Alhamdulillah, aku diangkat menjadi pegawai negeri dengan profesi guru SD di sebuah desa dengan jumlah muridnya 275 orang.
Jarak rumahku ke tepi jalan raya harus kulewati berjalan kaki sejauh 4 kilo meter. Kemudian naik mobil 3 kali baru sampai ke sekolah tempat tugasku. Setiap hari, aku berangkat dari rumah pukul 05.15 sampai di sekolah pukul 06.30. Sampai di rumah kembali pada pukul 6 sore.
Hobi membacaku tak pernah pudar. Gajiku hanya bisa kugunakan untuk biaya ongkos pulang pergi ketempat tugas, dan sebisanya aku harus membeli majalah. Meskipun majalah bekas seperti majalah kartini, tempo, dan majalah mistik. Sehingga rumahku yang berdinding papan seolah-olah jadi perpustakaan.
Akhirnya aku bisa pindah tugas dinas ke tempat sekolah di desaku sendiri. Dengan demikian, aku bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sampai menyelesaikan S2 ku. Selain itu, aku bergabung dengan teman-teman yang mempunyai hobi menulis pada sebuah grup menulis kabupaten dan provinsi.
Banyak Grup yang aku ikuti seperti Sagusaku di Bukittinggi, Mediaguru Sumatra Barat, Fullday Training Riau, Forum Literasi bersama Gola Gong Padangpanjang, Kelas Jadi buku (KJB), Forum Lingkar Pena Riau, dan kegiatan Literasi Nasional di Limapuluh Kota, grup Perkumpulan Penulis Motivator Nasional (PPMN). Di sini aku bisa belajar bersama mereka, di antaranya, Zuldefita, S.Pd (sahabat terbaikku), Yosi Gumala, S.Pd, M.Pd (sang motivatorku).
Bukti karya nyata menulis, aku telah melahirkan buku ber-ISBN. Buku pertama berjudul “Perjuangan Kepala Sekolah Untuk Mencapai kesuksesan”. Buku kedua berjudul “Tenggelamnya Sang Surya ke Peraduan Terakhir”.
Buku “Perjuangan Kepala Sekolah Untuk Mencapai kesuksesan” menceritakan tentang perjuanganku meraih akreditasi sekolah dari nilai C menjadi nilai akrediatsi sekolah A. Sedangkan buku “Tenggelamnya sang Surya ke Peraduan Terakhir”, berisi tentang kumpulan cerpen dari kisah nyata orang-orang di sekitarku.
Prestasi profesi yang kuraih selama menjadi seorang guru di antaranya, lomba kepala sekolah berprestasi pada 2019, juara 3 lomba Best Practice tingkat kabupaten tahun 2020.
Dan saat ini, ada yang membangkitkan semangat menulisku.
Adalah Laman Guru Padang Ekspres yang memberikan kesempatan kepada ku untuk melahirkan lebih banyak karya lagi. Meskipun tulisan itu masih banyak kekurangan, namun itu tak membuatku surut, untuk terus belajar, belajar dan belajar.
Aku bangga, karena menjadi salah satu dari 20 orang guru dan kepsek yang mendapat penghargaan dari Koran Padang Ekspres ini akan menjadi motivator dan kepala sekolah kreatif dalam menulis pada Laman Guru Limapuluh kota di Harian Padang Ekspres.
Penghargaan tersebut diberikan pada peringatan Hari Guru Nasional kemaren. Harapanku semoga tulisanku dapat menyemai kebaikan kepada guru-guru dan semua orang.Aamiin.(***)