Tulungagung (ANTARA News) – Komunitas penderita gagal ginjal di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur berharap pemerintah daerah menyediakan ruang khusus layanan kesehatan mandiri bagi penderita gagal ginjal yang memasang CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialisys) dalam tubuhnya.
“Konsepnya hampir mirip seperti smoking area. Akan lebih bagus jika setiap fasilitas umum tersedia ruang khusus layanan kesehatan mandiri,” kata Mastricahyono, penderita gagal ginjal di Tulungagung, Selasa.
Mastricahyono merupakan satu dari sekitar 300 penderita gagal ginjal di Tulungagung yang kini memasang CAPD sebagai media pengganti organ ginjalnya yang tidak berfungsi normal.
Jumlah penderita gagal ginjal di Tulungagung secara keseluruhan menurut data dan estimasi RSUD dr Iskak, Tulungagung diperkirakan mencapai 1.500-an orang lebih.
Angka sebenarnya bisa jadi lebih tinggi karena estimasi tersebut baru berdasar data pasien yang melakukan cuci darah di RSUD dr Iskak, kata Kabid Pemasaran dan Informasi RSUD dr Iskak Moch Rifai.
“Penyediaan ruang khusus ini, di wilayah kota, penting sekali bagi pasien gagal ginjal yang memasang CAPD sebagai sistem cuci darah mandiri untuk penggantian cairan yang harus dilakukan sehari empat kali atau setiap enam jam sekali,” katanya.
Mastri mengatakan pentingnya ruang atau shelter khusus bagi pasien gagal ginjal dikarenakan mereka harus melakukan penggantian cairan dalam sistem perangkat CAPD setiap 6-8 jam sekali.
“Saat di rumah tidak ada masalah karena bisa dilakukan di dalam kamar atau ruang khusus pribadi. Tapi saat di luar rumah khususnya di sekitar kota, bagi pasien CAPD yang tempat tinggalnya cukup jauh tentu jadi masalah,” ujarnya.
Proses pergantian secara darurat di dalam mobil sebenarnya juga bisa dilakukan sebagaimana acapkali dilakukan komunitas penderita gagal ginjal yang pasang CAPD dalam tubuhnya, namun menurut Mastri hal itu kerap dikeluhkan karena mereka butuh tempat yang nyaman dan higienis untuk proses pengantian cairan secara mandiri.
“Ruang khusus itu idealnya ada AC, higienis, dan tentu saja tempat pembuangan cairan sisa yang telah bercampur kreatin atau racun-racun tubuh yang terikat di dalamnya. Ruang khusus ini bahkan bisa saja tidak hanya untuk pasien CAPD, tapi juga kasus kesehatan lain yang butuh layanan kesehatan mandiri ataupun dengan bantuan medis darurat,” ujarnya.
Wacana CAPD area atau ruang khusus layanan kesehatan mandiri itu sudah disampaikan ke RSUD Moch Rifai.
“Ide itu menarik, bagus, dan mungkin ke depan bisa menjadi bahan kajian tim RSUD dr Iskak untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan,” jawab Rifai saat berbincang dengan Mastri yang berlatar belakang awak media salah satu harian lokal di Tulungagung itu.
Editor: Gilang Galiartha
COPYRIGHT © ANTARA 2017