Zonasatu.com – Mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS menjuarai kompetisi bidang bangunan air. Tim yang beranggontakan tiga orang tersebut berhasil menyabet juara tiga Lomba Rancang Bangun Bendungan Nasional Civil in Progressive 2017 di Universitas Muhammadiyah Makassar pada Sabtu (1/4).
Tim yang diberi nama BAC-007 itu membuat inovasi desain pada bangunan pelimpah atau spill way yang terdapat pada bendungan. Inovasi spill way yang mereka tawarkan berbentuk berundak atau cascade. Inovasi bendungan tersebut mereka beri nama Menaksopal.
Selain menawarkan inovasi spill way yang berundak, dalam maket berukuran 50 x 35 sentimeter yang mereka buat, tim juga menawarkan pemanfaatan bendungan menjadi tempat wisata. “Pariwisatanya kita buat seperti ada resort-nya dan tempat olahraga air,” ujar Biantoro Pambudi, anggota tim.
Bendungan yang inovatif, ekonomis, dan konstruksi ramah lingkungan menjadi tema dalam kompetisi ini. “Bendungan ini bisa dimanfaatkan untuk PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air, red), irigasi, air baku (kebutuhan air bersih sehari-hari, red), dan pariwisata,” ujar Bian. Sebagai referensi, tim menggunakan data curah hujan maksimum di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
Menaksopal diambil sebagai nama bendungan lantaran ia adalah sosok pahlawan dari Trenggalek, Adipati Menaksopal. “Dulu ketika Trenggalek dipimpin oleh Adipati Menaksopal, beliau sangat gigih dalam membangun DAM Bagong, meskipun menghadapi banyak masalah,” tutur mahasiswa asal Sidoarjo, Jawa Timur tersebut.
Kompetisi ini menjadi pengalaman pertama bagi mahasiswa Teknik Infrastuktur Sipil dalam rancang bangun bendungan. “Nggak nyangka juga akan menang, karena lawan kita lebih berpengalaman,” aku Bian. Ia juga berharap agar lebih banyak mahasiswa departemennya yang mengikuti kompetisi serupa di tahun-tahun mendatang.
Ditemui terpisah, Muhammad Hafiizh Imaaduddiin ST MT, dosen pembimbing tim merasa bangga atas prestasi yang diraih anak didiknya. Menurutnya, hasil ini adalah pijakan awal. “Karena bersama kita pasti bisa meraih capaian yang lebih tinggi. Kinerja ini perlu ditingkatkan menjadi lebih solid dan masif, demi kejayaan almamater ITS,” tandasnya mantap.
Turonggo Yakso Paling Ekonomis
Sementara bendungan yang diberi nama Turonggo Yakso sabet gelar paling ekonomis dalam lomba tersebut.
Disain Turonggo Yakso
Selain ekonomis, pada bagian pengambilan air baku, desain bendungan tersebut juga dibuat berundak dan mudah dipompa dari bawah permukaan air atau bersifat submersible. Agar dapat dilalui manusia, maket bendungan submersible yang berukuran 50 x 35 cm tersebut ditambahkan jembatan di atasnya.
Meskipun ekonomis, lanjut Rico, timnya tidak mengesampingkan kualitas. “Maket kami dibuat dengan bahan dasar karton yang ditumpuk-tumpuk (dupleks), bukan styrofoam. Jadi bisa dikatakan termasuk maket yang kuat,” tutur mahasiswa angkatan 2014 tersebut.
Maket tersebut juga dapat diaplikasikan untuk simulasi banjir dengan cara dialiri air. “Karton kami menggunakan lem rajawali untuk merekatkan, lalu dicat dengan cat waterproof jadi bisa dialiri air. Itu yang membedakan dengan maket-maket yang lain,” jelasnya dengan rinci.
Sementara itu, dari segi konstruksi, pelaksanaan proyek bendungan ini dapat dikatakan ramah lingkungan. “Karena dalam pelaksanaannya, lokasi yang kami gunakan berasal dari hulu calon bendungan yang nantinya akan tergenang oleh air, sehingga tidak merusak ekosistem yang ada pada hilir bendungan,” paparnya.
Nama Turonggo Yakso sendiri diadopsi dari nama tarian daerah Trenggalek. Tujuannya, kata Rico, agar tidak hanya terfokus untuk membuat bendungan saja, melainkan juga melestarikan tarian daerah dan promosi pawisata. (mbi/mis/ZS)
Comments
Silakan Komentar