Madu merupakan salah suatu cairan kental berasa manis dan lezat, berwarna kuning terang atau kuning keemasan yang dihasilkan oleh hewan jenis serangga. Madu telah dikenal hampir di seluruh dunia.
Manusia telah menggunakan madu sepanjang sejarah. Umur simpan yang panjang serta khasiat obat membuat madu menjadi produk alami yang multiguna.
Meski demikian, tampaknya belum banyak diketahui tentang madu selain dari zat manis yang menjadi ciri utamnya ini. Terutama terkait dengan kandungan protein dalam madu.
Saat ini, para peneliti melaporkan dalam ACS ‘Journal of Natural Products data baru tentang protein madu yang memungkinkan penggunaanya sebagai aplikasi obat baru.
Lebah lebah Eropa, Apis mellifera Linnaeus, menciptakan produk khasnya dengan mengumpulkan nektar dari berbagai tanaman dan membawanya kembali ke sarang, di mana ia “matang” dan berubah menjadi zat kental, manis.
Madu adalah produk makanan yang sangat dihargai dan telah disebut-sebut sebagai obat alami untuk luka, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit lainnya.
Karena kepentingan ekonominya, produk tersebut telah menjadi sasaran para pemalsu, yang terkadang menambahkan serbuk sari atau zat lain untuk menggambarkan negara asal atau tanaman tempat pembuatan madu.
Dengan demikian, banyak penelitian telah dilakukan pada susunan kimiawi madu, meskipun tidak banyak yang dilakukan untuk mengidentifikasi proteinnya. Itu sebagian besar karena protein hadir dalam jumlah kecil, sehingga membuat analisisnya menjadi sulit.
Peneliti Tomas Erban dan rekannya menerima tantangan ini dengan melakukan analisis proteomik dari beberapa madu. Para peneliti ini menganalisis proteoma dari tiga belas madu yang berbeda, yang sebagian besar berasal dari Republik Ceko.
Menggunakan spektrometri massa, tim mengidentifikasi protein yang diketahui dan sebelumnya tidak dilaporkan dan menentukan jumlah mereka di setiap sampel. Sampel mengandung rasio protein yang serupa, meskipun jumlah total protein bervariasi.
Para peneliti juga menemukan protein yang sebelumnya tidak dilaporkan dalam madu, seperti hymenopaectin, yang berperan dalam sifat antimikroba zat manis. Selain itu, hasilnya memberi titik baru pada berbagai alergen yang ada, dan pengetahuan ini dapat memfasilitasi penyelidikan lebih lanjut dalam pengobatan alergi madu dan lebah. nik/berbagai sumber/E-6