in

Mengenal Aksara Ulu Sumatera Selatan Lebih Dekat

Workshop Penerjemahan aksara ulu tahun 2019 dengan tema ‘Mengenal aksara kuno dan aksara kaganga Sumatera Selatan’

Palembang, BP–Prodi Sejarah Peradaban Islam FaHum UIN Raden Fatah menyelenggarakan Workshop Penerjemahan Aksara Ulu tahun 2019 dengan tema ‘Mengenal aksara kuno dan aksara kaganga Sumatera Selatan’. Kegiatan ini dilaksanakan di aula Fakultas Adab dan Humaniora (FAHum) UIN Raden Fatah Palembang, dibuka langsung oleh dekan FAHum Dr. Nor Huda M.Ag, M.A didampingi oleh Kaprodi SPI Padila, M.Hum dan Soleh selaku Sekjur Prodi Spi Serta para tamu dan undangan lainnya, Kamis (7/11).

Kegiatan workshop ini diisi langsung oleh Dr. Wahyu Rizky Andifani, selaku ahli di bidang Aksara ulu dari Balai arkeologi Sumatra Selatan. para peserta disajikan terlebih dahulu dasar-dasar dari huruf aksara ulu serta bahan-bahan yang digunakan untuk menulis aksara ulu di zaman dahulu berdasarkan bukti yang telah di temukan, selanjutnya peserta di ajarkan secara lansung cara menulis akasara ulu Dimulai dari menulis nama sendiri hingga kaliamat yang panjang, baru kemudian diajarkan penterjemahan lansung terhadap naskah-naskah yang pernah di teliti sebelumnya.

“Ada sejarahwan akademis ada sejarahwan non akademis, salah satu syarat menjadi sejarawan akademis adalah kita perlu belajar ilmu sejarah, metodologi, teori dan sebagainya,” katanya.

lntinya pihaknya menyambut baik kegiatan seperti ini, mudah-mudahan seminar-seminar semacam ini akan membawa manfaat bagi kita untuk meningkatkan kualitas akademi ini terutama bagi mahasiswa yang bekecampung dalam ilmu sejarah itu sendiri. “Nantinya diharapkan anda untuk menjadi sejarawan yang baik, dengan mempelajari ilmu-ilmu bantu yang harus anda kuasai,” katanya.

Menurutnya seminar akasara ulu ini merupakan semacam perbedaan dengan kampus-kampus yang lain, “Anda patut bersyukur di kampus dan di prodi ini ada kajian-kajian seperti ini, aksara ulu bagi saya ini sudah menjadi asing, nah dengan cara seminar ini kita merasa memiliki karena orang-orang tua kita dulu cerdas karena salah satu hubungn bangsa yang cerdas itu mengel aksara, nah itu tinggal kita bagaimana kita mengusai ini, karena salah satu cara mengungkap masa lalu dengan catatan seperti ini, yang semacam ini merupakan ilmu bantu dalam mengkaji sejarah” kata Nor huda dalam kata sambutannya sekaligus membuka acara seminar tersebut.

Kegiatan Workshop penterjemahan aksara ulu tersebut terlihat sangat meriah dan membludak terlihat dari antusias para mahasiswa prodi Spi yang dari bebagai angkatan ikut serta dalam workshop tersebut.
Ini membuktikan bahwa minat mahasiswa terhadap pengembangan aksara ulu cukup tinggi.

Aksara ulu/kaganga merupakan sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatra sebelah selatan. Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini adalah antara lain aksara Rejang, Lampung, Rencong dan lain-lain.

Nama kaganga ini merujuk pada tiga aksara pertama yang mengingatkan kita kepada urutan aksara di India.

Istilah kaganga diciptakan oleh Mervyn A. Jaspan (1926-1975), antropolog di University of Hull (Inggris) dalam buku Folk literature of South Sumatra. Redjang Ka-Ga-Nga texts. Canberra, The Australian National University 1964. Istilah asli yang digunakan oleh masyarakat di Sumatra sebelah selatan adalah Surat Ulu.

Kata “Ulu” dilekatkan pada naskah-naskah ini karena tradisi tulisnya dahulu
berkembang di daerah pemukiman di hulu-hulu sungai atau disebut daerah ulu.
Dengan demikian produk tulisannya disebut surat ulu atau serat ulu.
Seperti telah dinyatakan di atas, aksara Ka-Ga-Nga pada bambu ditulis dengan
teknik gores.

Aksara Batak atau Surat Batak juga berkerabat dengan kelompok Surat Ulu akan tetapi urutannya berbeda. Diperkirakan zaman dahulu di seluruh pulau Sumatra dari Aceh di ujung utara sampai Lampung di ujung selatan, menggunakan aksara yang berkerabat dengan kelompok aksara Kaganga (Surat Ulu) ini. Tetapi di Aceh dan di daerah Sumatra Tengah (Minangkabau dan Riau), yang dipergunakan sejak lama adalah huruf Jawi.

Perbedaan utama antara aksara Surat Ulu dengan aksara Jawa ialah bahwa aksara Surat Ulu tidak memiliki pasangan sehingga jauh lebih sederhana daripada aksara Jawa, dan sangat mudah untuk dipelajari . Aksara Surat Ulu diperkirakan berkembang dari aksara Pallawa dan aksara Kawi yang digunakan oleh kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan.#osk

What do you think?

Written by Julliana Elora

Bobol Kotak Amal Masjid Terekam CCTV

Menanyakan Maksud Nama Tengah