Siswa Takut tak Lulus, Oknum Guru Ikut Terlibat
Nilai ujian nasional (UN) tahun ini tak lagi menjadi nilai penentu kelulusan. Namun ada dugaan, ketakutan siswa tak lulus UN dimanfaatkan oknum tak bertanggung jawab. Salah satunya diduga dengan menjual kunci jawaban UN, baik ujian nasional berbasis komputer (UNBK) maupun berbasis kertas.
Meski begitu, isu adanya kunci jawaban, telah beredar di kalangan siswa. Bahkan, ada kelompok siswa yang mau mengeluarkan uang untuk mendapatkan kunci jawaban tersebut. Bahkan siswa kelas XII (kelas 3, red) satu sekolah beriuran untuk mendapatkan kunci jawaban yang belum tentu kebenaranya.
Seperti yang diakui salah seorang siswa SMA kelas XII di Kota Padang. Remaja putri ini mengaku, di sekolahnya saat ini tengah ada upaya pengumpulan uang dari teman sekolahnya untuk mendapatkan kunci jawaban. Nominal yang dikumpulkan per siswa mencapai Rp 15 ribu.
“Saya tak mau membeli. Tapi teman ada juga yang membeli,” katanya pada Padang Ekspres, Kamis (30/3).
Dia menceritakan, isu kalau bisa mendapatkan kunci jawaban ini telah beredar di sekolahnya sejak Februari lalu. Namun, pengumpulan uang baru dilakukan seminggu lalu. Caranya, siswa yang ingin mendapatkan kunci jawaban, memberikan uang Rp 15 ribu ke salah satu teman di sekolahnya.
Diakuinya memang tak ada paksaan dalam mengumpulkan. “Satu orangnya membayar Rp 15 ribu, tapi tidak ada paksaan. Kalau mau silakan, kalau tidak mau juga gak masalah,” ucapnya.
Dia tak menjelaskan secara rinci siapa kawannya yang menjadi perantara itu. Namun dia mengetahui kalau uang itu juga akan diberikan pada orang lain yang tak berada di sekolahnya. Dari cerita temannya yang telah membayar, nanti kunci jawaban itu akan diberikan beberapa jam sebelum UN dimulai.
Katanya, penyebaran kunci jawaban itu menggunakan pesan di salah satu aplikasi media sosial. Untuk diketahui, UN tingkat SMA, dimulai Senin (10/4) pada pukul 07.30. Sedangkan untuk SMK dimulai, Senin (3/4).
“Seperti yang saya tahu, Senin pagi sebelum ujian akan dikirimkan ke pesan singkat di handphone yang membayar itu,” katanya.
Gadis manis itu tak tertarik membeli kunci UN karena itu bukan suatu hal yang baik. Dia mengaku percaya diri, karena mengetahui ketentuan lulus tidak ditentukan semuanya dari UN.
Di sekolah lainnya, isu dan dugaan keberadaan kunci jawaban lainnya juga telah beredar. Seperti yang diakui salah seorang siswa kelas XII di SMA Negeri di Kota Padang. Bahkan sebagian temannya telah ada yang mendata.
“Belum tahu pasti caranya. Tapi sudah ada yang menawarkan. Kawan yang akan ujian yang memberi tahu,” ujarnya.
Untuk penyebaran memang dilakukan beberapa jam sebelum ujian dilaksanakan. Kunci jawaban itu beredar melalui pesan singkat. Dia sebenarnya tak mempercayai seratus persen soal kunci jawaban ini.
Meski begitu, dia tak terlalu tertarik untuk mendapatkan kunci jawaban itu. Tapi dia juga tak menolak jika nanti memang dibagi oleh temannya. Gadis 17 tahun ini mengatakan kunci jawaban menjadi pilihan terakhir baginya apabila terdesak oleh waktu.
“Biasanya untuk soal matematika, karena butuh waktu lama untuk mencari jawaban satu soal saja. Kalau untuk mata pelajaran lainnya, saya percaya diri untuk menjawabnya sendiri,” katanya.
Dugaan peredaran kunci jawaban UN ini, juga marak terjadi pada tahun 2016 lalu. Pada tahun itu, modusnya tak jauh berbeda. Ada oknum siswa yang juga peserta UN mengumpulkan uang di sekolah tersebut. Lalu uang yang dikumpulkan tadi diberikan ke oknum yang mengaku bisa mendapatkan kunci jawaban itu.
Seperti diakui salah seorang alumni SMA di Padang. Dia tamat pada tahun 2016 dan saat ini telah kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Padang. Dia menceritakan saat itu, hampir seluruh temannya yang akan ikut UN mengharapkan ada kunci jawaban.
Ada temannya yang mengumpulkan uang antara Rp 20 ribu-Rp 30 ribu per siswa. Setelah uang itu terkumpul, perantara tadi berjanji untuk bertemu dengan oknum yang mengaku punya kunci jawaban itu.
“Lalu kawan itu bertemu di satu tempat. Saya tak ingat berapa uang yag terkumpul saat itu,” katanya.
Pertemuan itu biasanya dilakukan sehari sebelum UN dimulai. “Kalau tak salah malam hari. Lalu pagi jelang UN kunci jawaban telah beredar di handphone siswa lainnya. Lalu kami menyalinnya karena saat UN tak boleh bawa handphone,” ujarnya.
Saat itu, dia dan teman-temannya percaya saja dengan kunci tersebut. Dia hanya menggunakan pada jawaban yang tak diketahuinya saja. Bahkan, dari penelusuran Padang Ekspres, pada tahun 2012 ada keterlibatan oknum guru.
Saat itu, dia dan teman-temannya membeli kunci jawaban itu dengan cara beriur. Satu siswa membayar sekitar Rp 50 ribu. Saat itu, peserta UN di sekolahnya lebih dari 100 orang.
Ia membeli kunci ujian kepada oknum guru yang mengajar di sekolah itu. “Kami semuanya beriur, satu orangnya tidak sampai Rp 50.000. Dikumpulkan per kelas. Kami mendapatkan lima kunci dari lima orang oknum guru juga,” katanya.
Saat itu, dia menceritakan pagi sebelum ujian, di kantin sekolah sudah ramai. Di sanalah pembagian soal UN tersebut oleh oknum guru. Pagi itu memang belum datang pengawas UN dan panitia UN. Oknum guru tersebut hanya memberikan 45 jawaban dari 50 soal.
Alasannya, karena jika diberikan 50 kunci jawaban, akan menimbulkan kecurigaan. “Kata guru kalau semuanya mendapatkan nilai sempurna tentu akan ada kecurigaan,” ujarnya.
Siswa lainnya menceritakan, ada juga oknum mahasiswa yang menawarkan kunci jawaban itu. “Belinya ke mahasiswa, sekarang sudah wisuda. Lokasinya dulu di Andalas,” ucapnya.
Pada awalnya ia tak setuju untuk membeli kunci karena tak jelas kebenaran jawabannya. Namun desakan teman-teman yang membuatnya terpaksa mengiyakan dan membantu untuk mengumpulkan uang.
“Karena takut tak lulus dan budaya saya rasa,” ucapnya. Satu siswa, wajib membayar Rp 50.000, dengan jaminan lulus 100 persen. Apabila ada yang tak lulus, uang kembali. (*)
LOGIN untuk mengomentari.