in

Menikmati Ibadah

Adalah berbeda antara orang yang menikmati ibadah dengan yang mengerjakan ibadah. Setiap orang yang menikmati ibadah, pasti mengerjakannya. Sebaliknya tidak semua yang mengerjakan ibadah menikmatinya.

Bila seseorang menikmati sesuatu, maka dia akan senang bersamanya. Hatinya tentram dan ingin berlama-lama dengan sesuatu itu. Bila dia sedang bersamanya, maka waktu tak terasa berlalu. Dan bila sudah berpisah dengannya, dia akan rindu untuk bertemu kembali.

Sedangkan orang yang mengerjakan sesuatu, biasanya ingin segera selesai dari sesuatu tersebut. Bila cepat selesainya maka akan lebih baik. Dan, cenderung pekerjaan itu menjadi beban baginya.

Begitu pula dalam beribadah. Orang yang beriman menikmati ibadah, bukan sekadar mengerjakannya. Ada kenyamanan dan ketenangan yang dirasakan saat melakukannya. Betah dan rela berlama-lama bersama ibadah tersebut.

Rasulullah SAW menyatakan bahwa shalat adalah penyejuk matanya (qurratu ainin). Beliau bersabda: “Dijadikan kecintaanku pada shalat”. (HR Ahmad, Nasa’i Baihaqi, Hakim, shahih Albany).

Maksudnya Rasulullah SAW sangat mencintai shalat. Hatinya tenang dan tentram dengan ibadah shalat tersebut. Bila ada beban yang berat, justru Rasulullah SAW meringankannya dengan shalat. Beliau bersabda kepada Bilal bin Rabah: “Berdirilah wahai Bilal! (maksudnya untuk adzan), rehatkan kami dengan shalat”. (HR Abu Daud).

Begitu juga para sahabat dan orang-orang shaleh. Mereka menikmati ibadah, sehingga mereka berlomba-lomba melakukannya. Beribadah bagi mereka bukanlah rutinitas belaka, bukan pula beban yang menghimpit apalagi sekedar hutang yang wajib dibayar.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, kenapa orang-orang shaleh menikmati ibadahnya? Jawabannya kita temukan dari petunjuk Rasulullah SAW: “Dari Abbas bin Abdul Muthalib, dia mendengar Rasulullah saw bersabda: “Yang merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha Allah menjadi Tuhannya, Islam menjadi agamanya dan Muhammad sebagai Rasulnya”. (HR Muslim).

Maka orang yang telah meridhai Allah yang wajib dia sembah dan agungkan, ajaran Islam yang wajib dia amalkan serta Nabi Muhammad SAW yang wajib dia ikuti, pasti akan merasakan nikmatnya beribadah.

Baginya, semua ibadah seperti shalat, puasa, tilawah, sedekah, haji dan umrah adalah konsekuensi atas ketundukan dia kepada Allah dan ajaran-Nya, bukti penghambaan kepada-Nya, serta keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.

Dalam hadits lain Rasulullah SAW menjelaskan bahwa seseorang akan merasakan manisnya iman bila dia memiliki tiga hal: pertama, Allah dan Rasul-Nya paling dia cintai. Kedua dia mencintai orang lain karena Allah dan ketiga dia tidak suka jatuh kembali kepada dosa, sebagaimana dia tidak suka kalau dilemparkan ke dalam neraka. (HR Bukhari Muslim riwayat Anas bin Malik).

Pada bulan Ramadhan ini, kembali berbagai ibadah semarak dilakukan umat Islam. Shalat berjamaah, puasa wajib, shalat-shalat sunat, sedekah, tilawah dan lain-lain. Tentunya, syarat-syarat yang dijelaskan Rasulullah di atas perlu dipenuhi. Agar semua rangkaian ibadah tersebut betul-betul dinikmati, bukan sekadar dikerjakan sebagai rutinitas. Akibatnya, selepas Ramadhan tidak menimbulkan pengaruh dan perubahan yang signifikan ke arah kebaikan. Wallahu A’lam. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Menelusuri Kehidupan Al Ikhwan Yushel, Putra Agam Buronan Militer Filipina

Mei, Sumbar Deflasi 0,09 Persen