Rangkaian pertemuan antara Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Selasa (25/01/2022), di Bintan, Kepulauan Riau, telah menghasilkan sejumlah kesepakatan antara kedua negara, salah satunya adalah mengenai kerja sama di bidang energi.
“Pertemuan retreat mencatat adanya investasi baru senilai 9,2 miliar Dolar AS, antara lain di bidang energi baru terbarukan di sekitar Batam serta Pulau Sumba dan Manggarai Barat, NTT; serta pembangunan hub logistik di Pelabuhan Tanjung Priok,” ujar Presiden Jokowi dalam pernyataan pers bersama dengan PM Lee usai pertemuan.
Kepala Negara menegaskan, investasi di bidang energi dan energi terbarukan (EBT) terus menjadi prioritas pemerintah Indonesia dalam rangka memajukan ekonomi hijau dan berkelanjutan.
Sebelum pertemuan Presiden RI dan PM Lee, Indonesia dan Singapura telah menyepakati Nota Kesepahamaan atau Memorandum of Understanding (MOU) di bidang kerja sama energi. Penandatanganan Mou dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Arifin Tasrif dan Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng, Jumat (21/01/2022).
“Saya melihat nilai penting MoU di level G-to-G (government-to-government) sebagai dasar kedua negara untuk mendorong dan meningkatkan inisiatif proyek kerja sama energi, baik di tingkat pemerintah maupun di tingkat bisnis,” ujar Menteri ESDM usai penandatanganan.
MoU ini, tambah Arifin, akan memayungi sejumlah area, termasuk di antaranya pengembangan EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan hidrogen; interkoneksi listrik lintas batas dan jaringan listrik regional, perdagangan energi, pembiayaan proyek energi; dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM).
Tak hanya itu, MoU ini juga mengatur pelaksanaan Kelompok Kerja Energi (Working Group on Energy) yang akan menjadi forum rutin untuk menetapkan, memantau, dan mengevaluasi kerja sama energi antara kedua negara.
“Saya yakin Working Group jadi forum krusial bagi kedua pihak untuk bekerja sama membantu merealisasikan transisi energi pada masing-masing negara. Topik seperti CCUS (carbon capture, utilization, and storage) dan pengembangan energi baru dan terbarukan akan menjadi perbincangan,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Arifin juga menyampaikan pentingnya pengembangan EBT antara kedua negara untuk mendukung pengembangan Green Data Centre dan Industri Berbasis EBT (Renewable Energy Based Industry/REBID). Pengembangan EBT juga akan berkontribusi pada upaya transisi energi dan komitmen pengurangan emisi karbon kedua negara.
Menteri ESDM menegaskan, sustainable energy transition atau transisi energi berkelanjutan menjadi salah satu isu prioritas pada Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 ini. Presidensi G20 ini diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi Singapura untuk turut serta berkontribusi mewujudkan tujuan dari transisi energi.
“Termasuk di dalamnya topik mengenai aksesibilitas energi, pengembangan teknologi bersih dan cerdas, serta pembiayaan energi,” tandasnya.
Sebelumnya, pada tanggal 25 Oktober 2021 Menteri ESDM menyaksikan penandatanganan dua Joint Development Agreement (JDA) di bidang pengembangan PLTS antara entitas bisnis Indonesia dan Singapura, yaitu JDA antara PT Trisurya Mitra Bersama (Suryagen) – PLN Batam dan Sembcorp Industries, dan JDA antara Medco Power Energy dengan Gallant Venture dan PacificLight Energy. JDA ini akan memayungi rencana ekspor tenaga listrik yang dihasilkan dari PLTS di Indonesia ke Singapura menggunakan teknologi transmisi kabel laut HVAC. (HUMAS KEMENTERIAN ESDM/UN)
Kunjungi laman resmi Kementerian ESDM melalui tautan ini.