in

Momentum Hari Tani Nasional, Saatnya Petani Berkembang dan Berdaya

Rahmi Awalina STP, MP

Oleh: Rahmi Awalina STP, MP, Dosen TPB Fateta Universitas Andalas

Setiap tanggal 24 September, Hari Tani Nasional diperingati di seluruh Indonesia, terutama oleh para petani. Penetapan tanggal ini mengingatkan kita bahwa pada tanggal tersebut tahun 1960, Presiden Republik Indonesia Soekarno mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Dalam konteks Hari Tani, petani menjadi subjek utama. Menurut pandangan Bung Karno, petani adalah kependekan dari Penyangga Tatanan Negara Indonesia, dan pada tahun 1952, ia merumuskan perpanjangan khusus untuk “petani” sebagai Penjaga Tatanan Negara Indonesia.

Perayaan Hari Tani adalah saat yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk merenungkan kontribusi penting petani dalam mencapai kedaulatan pangan, terutama dalam produksi beras. Selama empat tahun terakhir (2018-2022), petani padi di Indonesia berhasil menjaga negara ini dari krisis pangan, meskipun beberapa negara lain mengalami krisis pangan.

Petani Indonesia berhasil mengatasi empat potensi pemicu krisis pangan, yaitu pandemi COVID-19, perubahan iklim, ketidakpastian keamanan global, dan pertumbuhan populasi yang terus meningkat.

Meskipun Indonesia adalah negara keempat terbesar di dunia dalam hal populasi, petani-petani di Indonesia mampu menyediakan makanan bagi 275 juta penduduknya tanpa harus mengimpor beras dalam jumlah besar. Namun, prestasi ini seharusnya tidak membuat kita lengah.

Indonesia masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan produksi beras nasional.

Produktivitas beras di Indonesia masih stagnan, dan terdapat kesenjangan yang signifikan antara potensi produksi padi berdasarkan penelitian dengan hasil rata-rata yang diperoleh petani.

Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan upaya untuk mempercepat penyebaran informasi mengenai teknologi dan inovasi dalam budi daya padi dari penelitian kepada petani. Dalam masa lalu, penyampaian informasi ini bergantung pada para penyuluh pertanian yang bekerja di seluruh penjuru negeri. Namun, di era digital saat ini, Indonesia harus memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang pesat.

Perayaan Hari Tani di zaman digital ini mencerminkan tiga ekosistem khas, yaitu penggunaan teknologi digital yang luas, kehadiran generasi milenial, dan arus informasi yang mengalir deras dari berbagai sumber.

Apabila pemerintah, termasuk Kementerian Pertanian, dan para peneliti pertanian di Badan Riset Inovasi Nasional tidak memanfaatkan tiga ciri khas ini, maka informasi yang sampai ke perangkat digital milik generasi milenial petani bisa menjadi informasi yang keliru.

Petani Generasi Milenial

Kehadiran generasi milenial dalam sektor pertanian memberikan dampak yang signifikan. Semua harus melihat dengan optimisme kehadiran petani generasi milenial di Indonesia, terutama ketika mereka mulai melakukan konsolidasi dan perubahan.

Petani milenial berusaha untuk bangkit, didorong oleh interaksi dengan rekan segenerasi dari berbagai sektor, termasuk generasi milenial di dalam birokrasi, lembaga legislatif, pelaku bisnis pertanian, serta aktivis petani yang juga masih muda.

Semangat yang timbul dari kolaborasi lintas sektor ini membawa semangat yang tinggi pada petani Indonesia, yang tidak kenal lelah untuk memajukan sektor pertanian.

Harapannya adalah bahwa para petani milenial, yang biasanya dilengkapi dengan perangkat seluler, dapat meningkatkan efisiensi dalam perdagangan komoditas pertanian dan memastikan stabilitas harga.

Kontribusi generasi milenial dalam era teknologi informasi ini merupakan hasil dari bonus demografi yang dimiliki Indonesia. Penting untuk lebih mendorong potensi kelompok milenial untuk terlibat lebih dalam dalam sektor pertanian atau setidaknya memiliki rasa cinta terhadap pertanian sebagai pilar strategis yang mendukung ekonomi masa depan.

Oleh karena itu, pemerintah perlu menciptakan ekosistem yang mendukung seperti skema pembiayaan dengan suku bunga rendah, peningkatan infrastruktur irigasi, jalan desa, pasokan pupuk, teknologi pengolahan, pengembangan nilai tambah produk pertanian, teknologi unggul baik di hulu maupun hilir, strategi pemasaran yang efektif, pengendalian impor, dan penetapan harga jual produk pertanian yang stabil dan menguntungkan.

Tantangan zaman di era modern memang berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Namun, semangat untuk memajukan sektor pertanian selalu dapat berkembang seiring perubahan zaman. Selamat untuk upaya pembangunan pertanian di Hari Tani dan ke depannya. Dengan peningkatan efisiensi di sektor pertanian di Indonesia, diharapkan kesejahteraan para petani, termasuk nelayan yang juga secara luas dianggap sebagai petani, akan meningkat.

Petani Berkembang dan Berdaya
Kebijakan pembangunan pertanian dan pangan dalam periode 2020-2024 merupakan kelanjutan dari periode sebelumnya, dengan fokus pada mengubah pertanian menjadi sektor industri, beralih dari sistem pertanian tradisional menuju sistem pertanian modern, sejalan dengan arahan Presiden untuk melakukan transformasi ekonomi.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, sektor pertanian diberi tugas utama untuk memperkuat ketahanan ekonomi demi pertumbuhan yang berkualitas dan adil. Sebagai langkah menjalankan visi “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan pertanian dan pangan diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri, dan modern dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan para petani.

Pertanian yang maju merujuk pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam sektor pertanian, yang mampu meningkatkan produktivitas kerja mereka dan taraf kehidupan.

Dari perspektif ekonomi, pertanian yang maju dicirikan oleh lembaga dan perangkat pertanian yang stabil, yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.

Pertanian yang maju juga ditandai dengan partisipasi nyata dan efektif masyarakat dalam proses pembangunan pertanian. Sementara itu, pertanian yang mandiri mengacu pada pembangunan pertanian yang mengikuti kondisi lokal dan kemampuan sumber daya dalam negeri.

Ini mencakup penguasaan ilmu pengetahuan dalam pengelolaan sumber daya pertanian, sumber daya manusia yang berkualitas dalam mendukung pembangunan pertanian, kemampuan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, serta kemampuan untuk mempromosikan kreativitas dan kerja sama dengan pihak lain.

Pertanian yang modern menggambarkan upaya pembangunan pertanian berdasar inovasi yang sesuai dengan perkembangan revolusi industri 4.0. Pertanian modern ini memiliki ciri-ciri seperti produksi yang sesuai dengan permintaan, memiliki nilai ekonomi yang tinggi, produktivitas yang unggul, serta bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan. (***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Belajar Dari Youth Opportunity Program Jitu

Orang Tua Pembuang Bayi Belum Ditemukan