Kebutuhan ikan di Solok Selatan mencapai 5.186 ton setiap tahunnya terutama untuk jenis ikan nila dan rayo. Tapi yang bisa terpenuhi daerah baru sekitar 2.192 ton.
Kendala pengembangan ikan jenis ini, disebabkan harga pakan yang mahal, tingginya biaya operasional untuk budidaya ikan dan masih minimnya pengetahuan tentang budidaya ikan.
“Banyak hal yang mempengaruhi pengembangan ikan melalui budidaya di masyarakat, sehingga kebutuhan 5.186 ton ikan ini tidak bisa terpenuhi setiap tahunnya,” ungkap Kepala Bidang Perikanan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Solok Selatan, Deni Triputra kepada Padang Ekspres, Rabu (17/6/2020).
Ia menegaskan, rata-rata petani budidaya ikan mengeluhkan pakan yang mahal. Sehingga produksi ikan yang dihasilkan dari kolam atau tambak masyarakat, belum sesuai dengan yang diharapkan. “Baru 2.192 ton yang sudah mampu dihasilkan di tujuh kecamatan di Solok Selatan,” sebutnya.
Deni menyebut, untuk benih ikan jenis rayo dan nila hingga Juni 2020 ini, sudah diproduksi di Balai Benih Ikan (BBI) Pakan Selasa dan BBI Bariang sebanyak 2.700 bibit yang siap dilepas di kolam masyarakat.
“Bibit ikan ini hanya kita serahkan ke petani budidaya ikan yang tergabung dalam kelompok tani (keltan),” paparnya.
Disebutkan, ikan khas daerah Solsel jenis gariang indukan hanya 100 ekor di BBI, serta jenis kulari dan malagu di BBI Bariang ada sekitar 30 ribu bibit yang diproduksi.
Tahun ini katanya, stok tambahan induk ikan Baung, dan lele sudah menjadi target dinasnya untuk mengatasi kelangkaan ikan di Solsel.
“Sekitar 3.000 bibit Gariang dan Kulari ini yang sudah kita sebar minggu lalu di lima sungai di tiga kenagarian di Kecamatan Sangir,” pungkasnya. (tno)
The post Pakan Mahal, Petani Budidaya Ikan Kesulitan Penuhi Kebutuhan di Solsel appeared first on Padek.co.