in

Pangsa Pasarnya, Tetangga sampai Rekan Kerja

BERFOTO: Nur Khoirunnisak ditemani putrinya berfoto di antara tas yang disulamnya di kediamannya Jalan Kampung Kolam Renang RT1RW3 Kelurahan Kijang Kota, Jumat (2/12). F-Andri Dwi S/TANJUNGPINANG POS

Nur Khoirunnisak Bidan Sekaligus Perajin Tas

Kijang – Bisnis rumahan ini terletak di Jalan Kampung Kolam Renang, RT 01 RW 03 Kelurahan Kijang Kota. Tanjungpinang Pos mengetahui adanya perajin tas tali kur atau dikenal dengan macrame dari seorang rekanan, yang merupakan salah satu pengusaha properti di Kota Tanjungpinang. Namanya, adalah Redno Sihpurnomo.

Nah, ternyata si perajin tas adalah istrinya, bernama Nur Khoirunnisak. Tiba di rumah, beberapa tas tersusun yang rapi, sudah siap dijual. Ibu muda itu ditemani seorang putrinya. Kala itu, Nisa – demikian sapaannya – sudah di rumah.

Tak terlukis raut wajah letih setelah satu tas siap dirajut. Padahal, Nisa selain perajin juga bekerja sebagai bidan di praktik bidan di Kelurahan Kijang Kota. Jemari mungilnya sudah menari-nari di atas tali kur dan kain puring.

Resleting dan kayu pun digunakan sebagai bahan pendukung dalam pembuat tas tersebut.
Ditemani anaknya yang manis, Nisa menjelaskan, kain puring adalah pelapis dalam tas. Kain itu dirajut dengan tali kur. Nah, begitu selesai. Selanjutnya, diberi resliting dan pegangan tangan dari bahan kayu sebagai pemanis.

Dia menuturkan, satu tas bisa diselesaikan dalam waktu tiga hari. Lantaran padatnya waktu, selain bekerja juga mengurus keluarga, maka satu tas diselesaikan dalam seminggu.

”Sambilan kerja. Kalau pas tidak kerja, barulah buat tas. Begitulah seterusnya,” ujar wanita berhijab ini.

Nisa mengatakan, tasnya banyak diminati. Kalangan muda sampai dewasa, bahkan pesanan dari Tanjungpinang, Batam hingga Jakarta telah dilayani.

”Alhamdulillah banyak pesanan. Ini lagi ngerjain pesanan orang Jakarta,” katanya.

Bagaimana bisa menjadi perajin tas? Ia mengisahkan, awalnya bergabung di kelompok kerajinan ibu Krispena Antam, Kijang. Semangat belajar karena didorong hobi, membuatnya mudah menangkap teknik membuat tas kur sangat cepat.

Sejauh ini, tas-tas kurnya selain dijual ke luar daerah juga dijual ke tetangga hingga teman kerja. Satu tas dipasarkan seharga Rp 150 ribu sampai Rp 500 ribu.

”Tergantung besar dan tingkat kesulitan dalam membuatnya,” katanya.

Sejauh ini, motif atau model yang banyak disukai pelanggannya, mulai dari dompet, tas pesta, tas kerja, tas jalan sampai tas punggung pun ada. Yang membuat cantik, selain motif-nya, adalah perpaduan warna warni tali dan ketika finishing tas akan terlihat indah dan menarik, untuk dilihat dan dipakai sehari harinya.

Ibu pemurah senyum ini mengatakan, dirinya hanya mengeluarkan modal sekitar Rp 1 juta. Kini, dirinya telah memiliki omzet sekitar Rp 5 juta per bulan.

”Saya baru berjalan tiga bulan ini,” sebut dia.

Di samping itu, ia memiliki harapan ke depannya, agar lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah daerah para perajin serta kreatif seni di daerah Bintan. Perhatian ini bisa berbentuk seperti bimbingan, pemasaran dan juga peningkatan mutu kerja anak daerah.(Andri DS)

What do you think?

Written by virgo

Ini Kata Wakapolda Soal Ahmad Dhani Ditangkap

Dapil Bintan-Lingga Kemungkinan Tidak Dipisah