in

Pemerataan Akses Kebutuhan Dasar Publik Jadi Prioritas Fiskal

» Tingkat kemiskinan ditargetkan menjadi 9,2 persen sampai 9,7 persen.

» Rasio gini ditargetkan turun menjadi 0,377 hingga 0,379 pada 2021.

JAKARTA – Kebijakan fiskal dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) pada 2021 akan ditujukan pada sektor yang mampu me­ningkatkan indikator kesejahteraan ma­syarakat yang parameternya mengacu pada angka kemiskinan, jumlah peng­angguran, rasio gini, dan Indeks Pemba­ngunan Manusia (IPM).

Menteri Keuangan, Sri Mulyani In­drawati, dalam rapat paripurna dengan DPR di Jakarta, Selasa (2/9), mengata­kan untuk memperbaiki indikator ke­sejahteraan masyarakat itu, pemerin­tah terus mendorong pemerataan akses penduduk terhadap kebutuhan dasar.

“Pemerataan akses penduduk ter­hadap kebutuhan dasar akan diprio­ritaskan melalui kebijakan fiskal 2021, seperti untuk ketersediaan pangan dan papan, fasilitas kesehatan, serta fasilitas pendidikan,” kata Menkeu.

Menanggapi pernyataan Menkeu, Ekonom Senior, Dradjad Wibowo, da­lam sebuah diskusi virtual mengatakan niat pemerintah memprioritaskan kebi­jakan fiskal untuk meningkatkan kese­jahteraan masyarakat sangat tepat, te­tapi harus realistis dengan ketersediaan anggaran.

Pemerintah harus memastikan pe­nerimaan negara terpenuhi agar nega­ra cukup memiliki tabungan fiskal yang bisa dibelanjakan.

“Ketika menghadapi krisis itu pene­rimaan negara sejak 2005–2006 sering tidak terpenuhi target pajaknya, banyak shortfall dan negara tidak punya cukup tabungan fiskal,” kata Dradjad.

Pengajar dari Universitas Dipone­goro Semarang, Esther Sri Astuti, me­ngatakan untuk fokus pada perbaikan kesejahteraan masyarakat pada 2021 mendatang, alokasi anggaran semesti­nya diarahkan ke sektor-sektor tersebut.

“Anggaran yang sudah kelihatan besarannya baru ketahanan pangan 104,2 triliun rupiah, sedangkan untuk dana Pe­mulihan Ekonomi Nasional (PEN) turun dibanding tahun ini,” kata Esther.

Anggaran PEN pada 2021 dialokasi­kan sebesar 356 triliun rupiah, lebih ren­dah dibanding 2020 sebesar 695,2 triliun rupiah, sehingga efektivitasnya dinilai bakal berkurang.

Sementara itu, Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, mengatakan saat ini seluruh kemampuan yang ada di kabinet dike­rahkan untuk memperbaiki kondisi eko­nomi di kuartal III-2020.

Dia berharap pemerintah pada 2021 tidak hanya menjaga sisi konsumsi ma­syarakat saja, tetapi juga ke sektor-sektor produktif sehingga berdampak pada me­ningkatnya kesejahteraan melalui pen­ciptaan lapangan kerja.

Momentum Positif

Lebih lanjut Menkeu berharap, de­ngan membaiknya pertumbuhan eko­nomi dan sejumlah asumsi makro lain­nya yang stabil, menjadi momentum positif bagi pemerintah untuk berupaya menekan kembali angka kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.

Menkeu mengakui, angka kemis­kinan dan ketimpangan pendapatan meningkat pada 2020 akibat pandemi Covid-19, sehingga pemerintah berko­mitmen mengeluarkan kebijakan yang dapat membantu masyarakat.

Berbagai program pemerintah khusus­nya perlindungan sosial dan insentif du­nia usaha diharapkan dapat mendukung penurunan kemiskinan dan tingkat peng­angguran terbuka. Tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka pada 2021 ditargetkan masing-masing menjadi 9,2 persen sampai 9,7 persen dan 7,7 per­sen sampai 9,1 persen. Sementara untuk tingkat rasio gini ditargetkan turun men­jadi 0,377 hingga 0,379 pada tahun depan.

Demikian juga dengan Indeks Pem­bangunan Manusia (IPM) diharapkan meningkat menjadi 72,78–72,95 yang mengindikasikan adanya perbaikan ke­sejahteraan masyarakat.

Menkeu mengatakan belanja negara pada 2021 dialokasikan sebesar 2.747 triliun rupiah dan diharapkan menjadi instrumen yang efektif untuk mendo­rong perekonomian tumbuh 4,5 persen sampai 5,5 persen.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo dalam penyampaian Nota Ke­uangan Negara ke DPR pada Jumat (14/8) mengatakan alokasi anggaran ke­tahanan pangan pada 2021 mendatang sebesar 104,2 triliun diarahkan untuk mendorong produksi komoditas pangan dengan membangun sarana prasarana serta penggunaan teknologi.

Anggaran ketahanan pangan akan di­gunakan untuk revitalisasi sistem pangan nasional dengan memperkuat korporasi petani dan nelayan, distribusi pangan, serta pengembangan kawasan pangan berskala luas atau food estate guna mema­cu produktivitas pangan. n uyo/SB/E-9

What do you think?

Written by Julliana Elora

Industri Manufaktur Mulai Ekspansi

Dibantu Teman, Agung Bobol Rumah lalu Curi Motor