in

Penanganan Bencana Harus jadi Agenda Nasional

Pembentukan Bibit Siklon Tropis Meningkat hingga April

Kemunculan siklon tropis yang merupakan badai dengan kekuatan besar, memicu sejumlah bencana di pengujung November dan awal Desember. Merujuk catatan siklon tropis yang mendekati Indonesia, awal tahun masih berpotensi ada siklon tropis serupa Cempaka maupun Dahlia.

Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hari Tirto Djatmiko menunjukkan lintasan dan intensitas siklon tropis, kemarin (3/12). Gambarnya cukup mencengangkan. Indonesia diapit dua lintasan siklon tropis. Indonesia persis berada di tengahnya. 

“Perairan sekitar wilayah Indonesia itu memang tempat munculnya embrio atau cikal bakalnya siklon tropis,” katanya. Namun setelah terbentuk siklon tropis menjauhi wilayah Indonesia. Bergerak menuju daerah subtropis yang berada di bagian utara maupun selatan Indonesia.

Meski Indonesia menjadi tempat tumbuhnya embrio siklon tropis, tetap terkena dampaknya. Contohnya dengan munculnya dua siklon tropis (Cempaka dan Dahlia) sejumlah wilayah di Pulau Jawa dan Sumatera mengalami sejumlah musibah. Mulai dari banjir, longsor, sampai sapuan angin puting beliung.

Hary menuturkan, siklon tropis Cempaka dan Dahlia tumbuh di perairan selatan Indonesia di November. Kondisi ini bisa disebut anomoli cuaca. Sebab, pada rentang 2014-2016 tidak ada satupun siklon tropis yang muncul di bulan November.

Berdasarkan data klimatologis, potensi munculnya bibit siklon tropis atau siklon tropis untuk wilayah selatan Indonesia mengalami peningkatan pada Desember sampai Maret atau April. Sedangkan untuk wilayah utara Indonesia kecenderungannya peningkatan kemunculan siklon tropis pada April sampai September.

Untuk wilayah selatan, sejak 42 tahun terakhir, siklon tropis paling banyak terjadi pada Februari. Yakni, tercatat ada 122 kejadian siklon tropis. Kemudian, disusul pada Desember dengan jumlah 76 kejadian. Sedangkan di bagian utara Indonesia, pada rentang waktu yang sama, siklon tropis paling banyak terjadi pada Agustus (20 persen). Lalu, disusul September (18 persen), serta Juli dan Oktober (15 persen). Penyebab munculnya bibit siklon tropis di perairan sekitar Indonesia dipicu suhu air laut yang meningkat.
 
“Peningkatan suhu air laut dipicu sinar matahari,” jelasnya. Wilayah selatan Indonesia sering muncul siklon tropis pada Februari, karena posisi matahari ada di selatan khatulistiwa. Sebaliknya pada Agustus posisi matahari berada di utara khatulistiwa, sehingga memicu siklon tropis di wilayah utara Indonesia.

Hary menjelaskan, Indonesia yang berada di wilayah garis khatulistiwa tidak dilalui siklon tropis. Namun, tidak bisa dipungkiri beberapa siklon tropis dengan intensitas besar, berdampak juga ke iklim Indonesia. Contoh terbaru siklon tropis yang dampaknya cukup signifikan adalah Cempaka. Akibat siklon ini hujan berhari-hari dengan intensitas tinggi membaut banjir besar di Pacitan, Yogyakarta dan sekitarnya.

Sebagaimana diketahui, siklon tropis membawa dampak hujan lebat, angin kencang dan gelombang laut tinggi. Sebagai antisipasi masyarakat selalu mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang selalu mendapatkan update informasi cuaca dari BMKG.

Bagi masyarakat di daerah yang rawan longsor jika terjadi hujan lebat, diimbau lebih waspada ketika hujan berlangsung lama. “Lebih baik tidak berada di dalam rumah untuk antisipasi longsor,” jelasnya. Sedangkan bagi nelayan harus lebih waspada terkait gelombang tinggi. Pada siklon tropis Cempaka maupun Dahlia, tinggi gelombang di beberapa perairan Indonesia bisa mencapai empat meter sampai enam meter.

Ahli Cuaca dan Iklim dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Armi Susandi menilai, dampak luar biasa dari siklon tropis bernama cantik itu jadi yang pertama untuk Indonesia. Sebelumnya, kata dosen Meteorologi ITB itu, badai-badai tersebut tidak pernah masuk ke wilayah daratan Indonesia. 

“Sebelumnya memang pernah ada yang terdeteksi masuk wilayah Indonesia. Tapi, ini yang pertama kali badannya (putarannya) masuk daratan Indonesia. Dampaknya luar biasa. Belum pernah dialami sebelumnya,” kata Armi, kemarin (3/12).

Sistem informasi data ITB, kata Armi, mencatat badan siklon itu terlihat masuk ke daratan di wilayah Yogyakarta pada 29 November 2017 lalu. Ekornya terlihat masuk ke wilayah Jawa Timur. Hal itu yang kemudian membuat dua wilayah tersebut terdampak paling parah.

Armi menilai, munculnya dua siklon tropis dalam waktu yang berdekatan dan lokasi yang semakin mendekati daratan Indonesia sebagai anomali. Menurutnya, selama ini siklon-siklo tropis itu memang ada. Tapi, lokasinya di wilayah Australia dan Samudera Hindia yang jauh dari wilayan Indonesia. Masuknya siklon-siklon tropis itu ke wilayah Indonesia bukanlah hal lazim.

Perubahan iklim dan pemanasa global, kata Armi, menjadi penyebab utamanya. Saat ini, temperatur permukaan air laut di selatan Indonesia sudah lebih dari 26 derajat Celsius. Hal ini kemudian menimbulkan perbedaan tekanan dengam sekitar dan memicu terjadinya putaran atau siklon. “Temperatur ini bisa jadi akan naik lagi dan menimbulkan putaran yang lebih besar lagi di masa yang akan datang,” kata dia.

Armi menjelaskan, untuk saat ini kondisi alam sudah memasuki kestabilan baru. Namun, sebagai ahli, Armi melihat bahwa kejadian serupa sangat mungkin terulang dalam waktu dekat. Paling cepat dalam 2-3 bulan, siklon tropis baru akan muncul dan menimbulkan dampak yang juga luar biasa. Bahkan bisa lebih buruk.

“Dari beberapa data, terlihat intensitasnya semakin tinggi dan lokasinya semakin mendekati wilayah Indonesia. Masih terbilang kecil. Tapi kemungkinan membesar,” ungkap dosen lulusan Universitas Hamburg itu.

Armi menjelaskan, dengan ukuran siklon yang masih terbilang kecil itu, pengulangan kejadiannya bisa dalam kurun waktu setahun. Itu pun bisa terjadi beberapa kali dalam setahun. Umumnya, siklon akan tumbuh lagi di tempat yang hampir sama. Dan, ukurannya semakin lama akan semakin besar. Karena sifat siklon yang seperti itu, Armi menuturkan, wilayah Yogyakarta-Jawa Tengah, Jawa Barat-Jawa Timur, serta Lampung-Bengkulu harus bersiap menyambut siklo tropis lainnya yang akan datang.

“Satu lagi wilayah yang perlu waspada adalah Aceh. Namun, ini tidak berhubungan dengan Samudera Hindia. Siklon di Aceh ini lahir di Selat Malaka yang terpengaruh Samudera Pasifik,” kata dia. “Aceh punya pola sendiri. Kemarin, bibitnya sempat tantau di data kita. Tapi, kemudian luruh tidak sampai jadi siklon.”

Dengam kondisi alam yang demikian, lanjut Armi, pemerintah sudah harus berbenah. Pemerintah harus menjadikan penanganan bencana sebagai agenda nasional. Tanggul-tanggul permanen di pantai dan sungai harus dibangun.

Infrastruktur penunjang lainnya juga harus disiapkan. Armi menilai, pemerintah saat ini belum menganggap serius persoalan bencana. “Pemerintah masih menganggap ini hanya sesekali terjadi. Tapi, sebagai ahli, saya lihat ini akan terjadi lagi,” terangnya.(*) 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by Julliana Elora

Kafilah Sumbar Lolos ke Babak Final

Faldo Maldini Gegerkan Partai Komunis Tiongkok