in

Pentingnya Motivasi Menulis

Harnieti, S.Pd, M.Pd
Kepala UPTD SMPN 1
Kecamatan Luak

Sering kita mendengar sekarang ini, bahwa guru kesulitan untuk naik pangkat. Beda dengan sebelumnya, jika ingin naik pangkat, guru cuma tinggal menghitung nilainya berdasarkan PAK terakhir.

Jika sudah cukup nilai kumulatifnya, maka akan bisa naik pangkat setingkat lebih tinggi dengan mengumpulkan beberapa berkas sebagai persyaratan. Namun saat ini untuk naik pangkat harus memenuhi syarat tertentu. Disamping nilai kumulatif, juga harus memenuhi sejumlah nilai untuk Pengembangan Diri (PD) Publikasi Ilmiah atau Karya Inovatif (PI/KI).

Untuk pemenuhan nilai pengembangan diri guru harus menulis, sebab akan membuat laporan dari kegiatan yang telah dilakukannya. Begitu juga dengan pemenuhan nilai Publikasi Ilmiah (PI) dan Karya Inovatif (KI), pastilah akan berhadapan dengan urusan tulis menulis.

Publikasi ilmiah yang bisa dibuat guru dapat berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penelitian Tindakan Sekolah (khusus bagi Kepala Sekolah/Pengawas), Best Practice, Diktat, Modul, artikel popular, jurnal, Buku Pedoman Guru dan lain-lain sesuai dengan yang terdapat pada buku 4 Tahun 2019.

Kebanyakan guru sulit untuk naik pangkat berhubungan dengan pemenuhan nilai Pengembangan Diri, Publikasi Ilmiah atau Karya Inovatif ini.
Pengembangan diri yang diikuti oleh guru dapat berupa diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru.

Kegiatan kolektif guru ini di antaranya lokakarya, MGMP/KKG, seminar, simposium dan lainnya. Setelah mengikuti kegiatan tersebut guru harus membuat laporannya dan dilengkapi dengan bukti fisik kegiatan.

Antara lain laporan kegiatan, surat tugas, dan sertifikat. Selain itu boleh ditambahkan dengan daftar hadir dan foto kegiatan. Sementara untuk pemenuhan nilai publikasi ilmiah, kemampuan menulis guru harus baik.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 16 Tahun 2009, kenaikan pangkat guru mulai dari III.c ke pangkat berikutnya mewajibkan guru untuk memenuhi sejumlah angka kredit yang berkaitan dengan menulis.

Sebab untuk memenuhi nilai angka kredit tersebut haruslah dengan menuliskan laporan, baik terkait Pengembangan Diri, maupun Publikasi Ilmiah/Karya Inovatif. Namun pada kenyataannya saat ini kemampuan menulis guru masih perlu ditingkatkan. Tujuannya supaya guru tidak lagi terkendala untuk kenaikan pangkatnya.

Seseorang tidak mau menulis karena ada beberapa alasan, di antaranya belum menemukan ide yang akan ditulis. Tidak memahami teknik menulis yang benar. Tidak punya waktu, tidak ada motivasi, dan berbagai alasan lainnya ketika hal ini ditanyakan pada mereka.

Guru kebanyakan ragu untuk memulai menulis. Mereka sering merasa jika apa yang ditulisnya nanti salah. Padahal setiap hari, dalam melaksanakan tugasnya guru tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan menulis.

Sebenarnya menulis itu tidaklah sesulit yang dipikirkan. Untuk bisa menulis butuh kemauan yang kuat. Menulis itu bukan karena bakat, ataupun hobi, melainkan kemauan untuk mencoba dan banyak berlatih (Murman: 2017). Menulis itu adalah keterampilan yang butuh dilatih setiap saat.

Menulis adalah suatu motivasi untuk memaksa diri agar bisa melahirkan tulisan. Biarlah pada awalnya tulisan yang dihasilkan masih bersifat sederhana dan biasa saja. Namun jangan pernah ragu untuk terus berlatih dan mencoba.

Sebuah keterampilan yang terus-menerus dilatih, maka akan terus mengalami perbaikan. Bagi seorang guru menulis saat ini seharusnya sudah menjadi suatu kebutuhan, akibat tuntutan profesi.

Menulis sebenarnya tidaklah sulit, yang terpenting ada kemauan atau motivasi untuk memulainya. Menulis dapat dimulai dari menuliskan hal-hal sederhana, yang disenangi dan peristiwa yang dialami. Menulis ibarat orang belajar berenang.

Walaupun telah banyak teorinya, namun ketika tidak mau mencoba untuk menceburkan diri ke kolam, niscaya tidak akan pernah pandai berenang. Begitu juga dengan menulis, jika tidak pernah mau mencoba, maka selamanya tidak akan pernah bisa.

Apabila guru telah terbiasa untuk menulis, maka menulis itu sebenarnya sangat menyenangkan. Cuma perlu ada motivasi bagi guru untuk mau menulis. Motivasi adalah, dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.

Hal ini, sesuai dengan pendapat G.R Terry mengatakan motivasi adalah sebuah keinginan yang ada pada diri seseorang yang merangsangnya untuk melakukan berbagai tindakan. Motivasi merupakan dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasi dengan adanya hasrat dan minat, dorongan dari kebutuhan harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan.

Sehubungan dengan pendapat di atas, maka untuk mampu menulis guru perlu mendapatkan dan memiliki motivasi. Motivasi dari dalam (instrinsik) perlu dibangun oleh guru itu sendiri. Sedangkan motivasi dari luar (ekstrinsik) bisa berasal dari orang lain.

Salah satunya motivasi dari luar yang diharapkan ada dari seorang kepala sekolah. Sebagai seorang manajer dan motivator maka selayaknya kepala sekolah mendorong guru-guru di sekolahnya agar mau menulis.

Guru perlu didorong untuk melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang diadakan di sekolah maupun di luar sekolah. Memotivasi dan memfasilitasi guru melaui kegiatan yang diadakan di sekolah diantaranya berupa workshop, In House Training atau bentuk bimbingan lainnya sesuai materi yang dibutuhkan.

Selain itu bisa juga dengan memberi kesempatan dan peluang bagi guru untuk mengikuti kegiatan atau pelatihan menulis. Apalagi saat ini. Sangat banyak sekali pelatihan-pelatihan menulis yang diadakan secara online. Selain itu guru juga punya banyak kesempatan untuk mengikutinya.

Mengapa guru perlu dimotivasi untuk menulis?, jawabannya tentu untuk meningkatkan kompetensi guru tersebut. Jika kompetensi guru meningkat, maka imbasnya akan dirasakan oleh sekolah, terutama siswa. Mengikuti kegiatan menulis tentu saja akan memotivasi guru untuk mau dan mampu menulis.

Sebab dengan mengikuti pelatihan menulis guru akan paham tentang teknik menulis yang benar. Apabila motivasi guru untuk menulis telah terbangun, dan merekapun memahami teknik menulis yang benar, tentu saja hal yang selama ini menjadi kendala bagi guru untuk naik pangkat akan teratasi.

Sehingga secara berangsur-angsur ke depannya guru akan bisa naik pangkat sesuai dengan waktunya. Selain itu apabila telah memulai untuk menulis, maka yang bersangkutan akan menjadi terbiasa dan bahkan menyenangi kegiatan ini.

Sering kita mendengar akhir-akhir ini, bahwa guru penulis adalah guru VIP. Ungkapan ini mungkin juga ada benarnya, sebab sudah banyak kita saksikan guru maupun kepala sekolah yang berhasil mencapai kesuksesan lewat tulisan-tulisannya.

Diantaranya menjadi guru berprestasi, kepala sekolah berprestasi, pemenang lomba menulis dan mampu meraih berbagai penghargaan lainnya sebagainya. Hal itu dapat diraih berkat menulis.

Menjadi guru berprestasi atau kepala sekolah berprestasi misalnya, salah satu syaratnya adalah memiliki publikasi ilmiah. Untuk bisa menghasilkan publikasi ilmiah tentu saja dengan cara menulis.

Selain itu, dengan menulis kita dapat menuangkan segala pemikiran dan ide yang ada lewat sebuah tulisan. Sebab tidak semua ide kita dapat disampaikan kepada orang lain. Tidak semua orang mampu menerima ide kita tersebut.

Tetapi lewat tulisan, kita bebas dalam merangkai kata demi kata menjadi tulisan yang diinginkan. Akan ada kebahagian tersendiri, ketika tulisan yang kita buat dapat diterbitkan lewat media massa. Apalagi dapat dicetak dalam sebuah buku. Perlu memulai dari diri sendiri. Perlu membudayakan kebiasaan menulis, agar kita mampu untuk menulis dengan baik.(***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Nyabu Bareng, Dua Sejoli Ditangkap

Tiakar Jadi Kampung Tangguh Inflasi Payakumbuh, Diberi 2.000 Bibit Cabai