Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengungkapkan bahwa Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau rawan krisis air lantaran tidak memiliki kawasan tangkapan air dan hutan. Hujan yang semakin jarang turun sejak sebulan terakhir ini membuat banyak warga menjerit kehabisan air bersih yang bersumber dari mata air sumur. “Kota ini memiliki kontur tanah yang miring air hujan sulit diresap. Hal itu dapat menimbulkan krisis air pada saat tidak terjadi hujan sebab tidak ada kawasan tangkapan air pada saat curah hujan meningkat sehingga persediaan air menjadi terbatas,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tanjungpinang Hartanto,
Salah satunya terjadi di perumahan Pondok Kelapa jalan Kijang lama Batu 7 kelurahan kota Piring Tanjungpinang Timur. Ia mengatakan air yang bersumber dari mata air di Tanjungpinang sangat terbatas karena kota itu tidak memiliki hutan dan kawasan tangkapan air. Air di Tanjungpinang relatif bersumber dari hujan sehingga pada saat bulan kering terjadi krisis air seperti yang terjadi sekarang.
Ketersediaan air di Waduk Sei Pulai di KM 16 arah Kijang Tanjungpinang pun ikut mengalami penyusutan. Saat ini debit air di waduk tersebut tinggal 1,9 meter Bila penuh biasanya mencapai 4 meter.
Direktur PDAM Tirta Kepri Abdul Kholik saat dikonfirmasi menjelaskan pihaknya akan melakukan penerapan pengurangan penjadwalan pendistribusian serta pengoperasian sistem air baku. Hal itu terjadi karena hujan yang turun dalam beberapa hari ini hanya sebentar dan tidak merata Sedangkan Waduk Sei Pulai merupakan waduk tadah hujan.
Sehingga produksi Waduk Sei Pulai bisa batasi sejumlah 50 liter perdetik Dan sekitar 4000 pelanggaan di wilayah Bintan Centre bisa dialihkan ke Waduk Sei Gesek Sehingga penereapan penjadwalan ini bisa menjaga keseimbangan air dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat,” jelasnya lagi.
