Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan serius di seluruh dunia yang tak kunjung usai. Tuberkulosis salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia. Selain itu, pengidap TB Indonesia berada di peringkat tertinggi kedua di dunia setelah India.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, insiden TB Paru di Indonesia sebanyak 321 per 100.000 penduduk. Sedangkan, jumlah kematian akibat TB mencapai 150.000 jiwa. Memperhatikan hal tersebut, upaya pencegahan dan pengendalian tuberkulosis menjadi suatu keharusan.
Tuberkulosis suatu penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga memiliki kemampuan menyerang organ tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.
Gejala yang muncul dapat berupa batuk yang berlangsung lama (2 minggu atau lebih), nyeri dada saat bernapas atau batuk, berkeringat di malam hari, hilang nafsu makan, penurunan berat badan, demam meriang, dan kelelahan.
Berdasarkan data Standar Pelayanan Minimum (SPM) Puskesmas Taram Tahun 2022, diketahui bahwa indikator pelayanan kesehatan orang dengan tuberkulosis menjadi salah satu permasalahan kesehatan. Adapun penyebab rendahnya indikator pelayanan kesehatan orang dengan tuberkulosis adalah penemuan kasus terduga tuberkulosis yang masih belum optimal.
Menyadari pentingnya penanganan tuberkulosis, Kelompok 19 PBL IKM Unand tahun 2023 dibimbing Fea Firdani SKM MKM dan Helmiwati SKM beranggotakan Aisyah Jannatus Shabrina, Dhea Az-Zahra Rizal, Diva Damar Edaza, Fathya Sawitri, Iftitah Fadia Amini, Leny Chania Putri, Siska Yuliani, dan Siti Halimah, meluncurkan program “Bersama Sehat” (Berantas Stigma, Mari Sehat, Hentaskan TB) di wilayah kerja Puskesmas Taram, baru-baru ini.
Intervensi pertama program Bersama Sehat berupa investigasi kontak dari pasien tuberkulosis. Tujuannya meningkatkan penemuan kasus dengan deteksi secara dini kemungkinan penularan bakteri TB, mendata kontak, melakukan skrining langsung terhadap setiap kontak, memberikan edukasi TB.
Memantau kepatuhan berobat pada pasien TB, melakukan pengumpulan sputum untuk memeriksa kontak yang memiliki gejala TB, dan melaporkan kegiatan dan hasil investigasi kontak kepada pemegang program TB. Dari intervensi ini, kelompok telah melakukan skrining dan pendataan kepada sebanyak 52 orang.
Lalu, intervensi kedua adalah pembuatan dan penyebarluasan media promosi kesehatan menarik dan variatif. Tujuan dari intervensi ini adalah meningkatkan minat masyarakat untuk membaca dan mengetahui tentang tuberkulosis. Media yang telah dibuat adalah leaflet “Yuk Kenali Tuberkulosis”, leaflet “Anjuran Makan Pasien Tuberkulosis”, kalender “REMOT (Rutin Selalu Minum Obat TB)”, dan banner seputar tuberkulosis.
Selanjutnya, intervensi terakhir berupa penyuluhan tuberkulosis dan penjaringan massal. Tujuannya, meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalam penjaringan tuberkulosis.
Intervensi ini dilaksanakan di lima lokasi, yaitu Ruang Tunggu Puskesmas Taram, Masjid Al-Hidayah Jorong Koto Kaciak, Masjid Nurul Huda Jorong Boncah, Mushola Tuah Sakato Nagari Pilubang, dan Aula Puskesmas Taram.
Antusiasme sasaran kegiatan pada intervensi ini tergolong cukup baik, dilihat dari jumlah kehadiran saat penyuluhan dengan total 156 peserta dan keaktifan dalam sesi diskusi, ditambah dengan media promosi kesehatan yang informatif dan menarik.
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang harus diselesaikan bersama. Maka dari itu, Kelompok 19 PBL IKM Unand berharap tindak lanjut dari kegiatan ini adalah dukungan dan komitmen lintas program maupun lintas sektor dalam kontribusi pencegahan, penemuan, maupun pengobatan tuberkulosis. (r)