in

“TNI Lakukan Pendampingan bagi Masyarakat Asmat”

Pangdam XVII/Cendrawasih, Mayor Jenderal TNI George Elnadus Supit, tentang Pencegahan Gizi Buruk Warga Asmat

Penyakit campak dan gizi buruk sempat melanda Kabupaten Asmat, Papua. Terkait hal tersebut, pemerintah pun mengeluarkan status kejadian luar biasa (KLB) pada tanggal 15 Januari 2018 lalu.

Setelah berjalan kurang lebih sekitar 23 hari, status KLB di Asmat pun dicabut pada Senin (5/2). Meski sudah dicabut, pendampingan akan terus diberikan, terutama dari pihak TNI.

Untuk mengetahui apa saja pendampingan yang akan diberikan oleh TNI dalam hal ini Angkatan Darat, Koran Jakarta mewawancarai Panglima Kodam XVII/Cendrawasih, Mayor Jenderal TNI George Elnadus Supit, di Markas Besar TNI AD. Berikut petikannya.

Pendampingan yang akan diberikan kepada warga di Asmat seperti apa?

Jadi, mungkin ke depannya sudah kita persiapkan. Sesuai perintah Panglima TNI kepada Pangdam. Intinya bahwa KLB sudah tertangani dan pemda sudah menyatakan bahwa sudah selesai.

Namun, pendampingan bisa dua bulan, tiga bulan sampai kapan waktunya kita akan lihat. Kalau memang itu sudah tuntas penanganan penyakit campak terus perbaikan gizi masyarakat di sana, ya TNI akan secara berlahan mundur.

Untuk pendampingan yang dilakukan saat ini seperti apa?

Kita mengirimkan tenaga medis, berkolaborasi dengan stakeholder yang ada termasuk dengan pemda. Kita akan stay di 23 distrik. Sehingga nanti tenaga medis kita dengan anggota Koramil, Babinsa, Kodim akan memberikan penyuluhan.

Kita akan lakukan penyuluhan bagaimana pola hidup yang sehat, pola hidup bersih, sanitasi yang baik. Memang sekarang pemerintah lagi merancang kira-kira cara apa yang bagus supaya kehidupan mereka ke depannya akan lebih baik.

Perlu diketahui, masyarakat Asmat pada umumnya, cuma dalam satu komunitas keluarga belum tentu bisa berbaur antara A dan B. Mereka membentuk kelompok atau kampung karena kekerabatan keluarga, satu keluarga.

Berapa lama pendampingan ini?

Sepanjang tahun. Karena ini perintah. Sudah bentuk satgas. Akan melaksanakan sepanjang tahun selama 270 hari. Kita akan melihat daerah mana yang perlu ada pengobatan kita akan di situ.

Berpindah-pindah, mungkin stay satu minggu, dua minggu, tiga minggu pindah lagi. Kita berputar ke seluruh kabupaten yang ada di Papua.

Kendalanya yang dialami dalam pendampingan apa saja?

Jujur saja, masyarakat tersebar di kampung. Di sana, ada dua rumah, tiga keluarga, ada yang lima rumah, dan terpencar. Jadi, memamg sangat menyulitkan petugas. Apakah petugas kesehatan atau penyuluhan akan susah. Mengumpulkan masyarakat susah.

Maksudnya, satu kampung hanya ada satu atau dua rumah saja?

Maksudnya dalam satu kampung, katakan ada 20 KK (kepala keluarga) atau 30 KK, tapi dia tersebar. Dua KK di pojok sana, dua KK di pojok sini. Sebagian masyarakat masih nomaden, berpindah-pindah. Bulan ini di sini bulan depan di sana. Muter dia.

Kalau terkait akses menuju Asmat, kondisinya seperti apa?

Cuma dua cara. Dari Timika ke Asmat itu dengan pesawat terus dari Bandara Ewer ke lokasi atau ke kampung-kampung masyarakat menggunakan speed boat. Tidak ada jalan lain lagi, kecuali bisa berenang.

Terkait wacana relokasi, apa tanggapan Bapak?

Sementara dirapatkan. Kira-kira formulasi apa yang bagus untuk masa depan masyarakat di Asmat.

Kalau jumlah masyarakat Asmat ada berapa?

Kemarin kalau enggak salah 80 ribu sekian ya. m fadloli/AR-3

What do you think?

Written by Julliana Elora

SML Bangun Kawasan Klaska Residence di Surabaya

Beasiswa Penuh Swedia, Siapkan Diri Anda