in

UPTD SDN 02 Pangkalan, Pulihkan Semangat Belajar Siswa Dengan STOP

KHIDMAT: Murid UPTD SDN 02 Pangkalan ketika mempraktikan kegiatan STOP untuk memulihkan semangat
belajar para murid.(TIM LAMAN GURU FOR PADEK)

Dalam dunia pendidikan kita tentu pernah mendengar istilah PSE (Pembelajaran Sosial Emosinal). PSE ini tidak asing lagi bagi kita sebagai sebagai seorang guru karena tujuan PSE adalah untuk melatih kompetensi sosial emosional murid, sehingga tercapai keseimbangan antara kompetensi akademik dan sosial emosional, yang dapat mengantarkan murid menjadi individiu-individu yang selamat dan bahagia.

Sebenarnya PSE ini sudah dilakukan sebelumnya dalam pembelajaran. Mungkin dengan istilah yang berbeda, misalnya pada kegiatan di luar jam pelajaran. Seperti muhasabah diri yang dilakukan oleh guru dan murid sebelum melakukan ujian sekolah, malam api unggun saat kegiatan pramuka dan kegiatan lainnya.

Namun pada Kurikulum Merdeka sekarang, PSE ini ditekankan kembali untuk dapat diterapkan secara konsisten dalam pelajaran di kelas, dan penambahannya nanti bisa juga dilakukan di luar jam pelajaran jika dibutuhkan. Didalam kelas yang saya ampu, saya sudah menjalankan Kurikulum Merdeka ini selama 2 tahun, tapi untuk tahun pertama saya belum konsisten dalam menerapkannya.

Karena pada saat itu saya belum terlalu paham dengan PSE ini. Kemudian berlanjut tahun kedua saya mulai sedikit demi sedikit untuk konsisten dalam menerapkannya. Alhamdulillah memang berdampak pada kelas saya tahun ini khususnya terhadap murid dan juga diri saya sendiri.

Banyak teknik dalam Pembelajaran Sosial Emosinal ini yang dapat kita terapkan. Salah satunya adalah dengan teknik STOP. STOP di sini memiliki pengertian yang berbeda dengan yang biasa kita dengar sehari-hari. Kalau sehari-hari kita mengartikan sebagai berhenti dalam Bahasa Indonesianya.

Tapi STOP di pembelajaran bisa mengandung makna yang lebih luas lagi. STOP dalam pembelajaran merupakan singkatan dari Stop Take a deep btreath, Obsrve dan Proceed. Teknik STOP ini adalah teknik yang sederhana untuk melatih minfulness, yakni dengan menyadari nafas.

Langkah penerapannya sangat sederhana, langkah pertama S (stop/berhenti). Kita sebagai seorang guru bisa langsung membimbing kegiatan ini di dalam kelas kepada murid dengan memberikan instruksi kepada murid untuk sejenak menghentikan semua aktivitas mereka.

Kemudian meminta mereka untuk duduk di posisi yang nyaman, badan tegak, rileks, dan meletakkan kedua tangan di atas paha. Kedua, T (take a deep breath/tarik napas dalam). Ini mengajak semua murid menarik napas, merasakan udara segar masuk ke hidung.

Lalu menghembuskannya perlahan-lahan dari mulut, lakukan ini sebanyak 2-3 kali. Ketiga O (observe/amati), mengajak semua murid mengamati apa yang dirasakan pada tubuh, semua anggota tubuh rileks. Keempat P (proceed/lanjutkan).

Untuk lebih terbawa suasana pada kegiatan STOP ini kita boleh menambahkan musik pengiring yang lembut dan syahdu serta melantunkan kata-kata yang dapat menyentuh perasaan siswa. Sehingga penerapan STOP ini lebih mendalam terasa hingga ke batin dan sanubari siswa.

Jika saja penerapan teknik ini rutin dilakukan di dalam kelas, ini nantinya akan dapat membangun kemampuan merespons dan mengambil keputusan dengan lebih reflektif. Penerapan ini juga jika dilakukan di awal pembuka pelajaran tentu membuat peserta didik lebih konsentrasi dan tidak mengantuk saat belajar di dalam kelas.

Saya sudah coba mempraktekkannya di kelas 1 (Fase A) UPTD SD Negeri 02 Jorong Lakuak Gadang, Nagari Pangkalan, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota. PSE dengan teknik STOP, ternyata dapat mengurangi stress dan tekanan dalam proses belajar, sehingga dapat meningkatkan manajemen diri siswa.

Saya coba merefleksikan kegiatan STOP ini bersama siswa di kelas ternyata siswa senang sekali dengan teknik ini. Mereka merasa lepas, terpicu untuk berbuat sesuatu yang lebih baik kedepannya dan merasa tenang hatinya saat mendengarkan alunan musik yang syahdu dan merobek hati, meronta semua jiwa, bergejolak sanubari dan sampai meneteskan air mata.

Saat perasaan bercampur aduk saat mengenang peristiwa yang selama ini dialami baik yang positif maupun yang negatif di rumah, dan juga di sekolah semua terbayang di pelupuk mata, bercampur baur sehingga tangisan tidak dapat dibendung lagi. Amarah, penyesalan, maaf dan perasaan bersalah semua terkenang, begitu buruk diri rasanya selama ini, begitu jahil diri dengan teman-teman dikelas selama ini.

Akhirnya setelah kegiatan selesai saya kemudian melakukan refleksi diri dengan murid terhadap kegiatan STOP tadi. Ini hasil refelksi saya dengan beberapa murid di kelas. Seperti Amanda Revania Zarifa misalnya yang merasa setelah kegiatan ini merasa lega, tidak mau nakal lagi dan akan menjadi anak yang patuh kepada guru dan orangtua ke depannya.

Lalu, Zio Dwi Alfiansyah, yang saya lihat waktu kegiatan tadi sempat menangis katanya terkenang ibunya dan tidak mau membantah, melawan lagi kepada ibunya, dan akan patuh kepada orang tua dan juga ibu guru di sekolah. Begitu juga dengan Humairah Saqueena Arsyi saat dilakukan refleksi merasa sedih.

Karena selama ini dia tidak patuh kepada orang tuanya dan kedepannya berjanji akan menjadi anak yang berbakti. Dan Alvino Adijaya juga merasa selama ini dia sudah bersalah kepada temannya. Karena sering mengganggu teman di dalam kelas dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan ini lagi.

Sungguh luar biasa pengaruh teknik STOP ini, saya merasa awalnya teknik ini tidak bisa dilakukan pada kelas 1 (Fase A). Karena saya beranggapan anak masih kecil dan akan lari-lari di dalam kelas, ternyata firasat saya itu keliru. Ternyata kelas 1 semangat melakukan teknik ini dan meminta saya untuk mengulangi kegiatan ini lagi nanti di awal pembelajaran.

Saya yakin dan percaya pengalaman saya ini sudah Bapak/Ibu lakukan, tetapi bisa jadi kita belum konsisten dalam menerapkannya. Padahal teknik ini benar-benar memberi manfaat bagi peserta didik dan dapat memotivasi anak diawal pembelajaran.(Yeni Lukman, S.Pd.SD., GURU UPTD SDN 02 PANGKALAN)

What do you think?

Written by Julliana Elora

UPTD SMP Negeri 2 Kecamatan Harau, Cerdas Berdemokrasi Menuju Pemilihan Ketua OSIS

UPTD SD Negeri 03 Pangkalan: Karakter Guru, Cermin Karakter Siswa