Media cetak merupakan wadah penampungan ide kreatif penulis. Selagi tulisan itu memotivasi dan memberikan pelajaran berharga bagi pembaca, tentunya wadah ini akan menayangkan sesuai program yang sudah ditetapkan.
Seperti halnya Laman Guru Padang Ekspres yang sengaja disiapkan bagi para penulis profesional dan juga penulis pemula. Namanya Laman Guru, tentunya akan memberikan kesempatan kepada para guru untuk mencoba, meneruskan, dan bahkan membiasakan menulis agar menjadi kebiasaan.
Hebatnya, Padang Ekspres tidak saja menunggu tulisan para guru, akan tetapi goresan nonguru atau para siswa (pada laman siswa yang terbit setiap Minggu) juga tidak ketinggalan, asalkan sesuai dengan kriteria yang disampaikan.
Lalu yang menjadi persoalan, apakah Laman Guru di satu daerah sebut saja di Limapuluh Kota bisa memuat tulisan para guru se-Kabupaten Limapuluh Kota yang dimulai dari jenjang PAUD/Taman Kanak-kanak? Jumlah guru di Limapuluh Kota bukan lagi puluhan, malahan sudah ratusan dan hitungan ribu.
Seandainya satu guru mengirim satu wacana, bisa jadi akan memuai dan tidak dapat dimuat pada lembar 1-2 di setiap minggunya. Strategi yang ditempuh, kirimkan saja tulisan dan tunggu saatnya kapan bisa muncul.
Mungkin dengan penyeleksian tulisan terbaik para guru akan terjadi percepatan atau bisa jadi keterlambatan karena juga terlambat mengirimkan naskahnya. Serta posisi penempatan yang tepat untuk sebuah tulisan pada laman yang disediakan.
Hebat, memang betul-betul hebat program pemerintah daerah yang bekerja sama dengan media cetak. Buktinya, semenjak Laman Guru lahir, berhamburan tulisan para guru dengan ragam yang unik serta menarik untuk dibaca.
Bahkan dengan modal percaya diri, para guru menjadi kecanduan untuk terus membiasakan diri menulis. Awalnya bisa jadi sedikit agak kaku, kehilangan kosakata, tidak tahu bagaimana caranya, dan yang paling parah tidak punya kesempatan untuk menulis.
Sebetulnya kesempatan menulis tidak perlu dicari dan tidak juga penting kapan saatnya yang paling tepat. Akan tetapi, menulis dapat diibaratkan atau seumpama seseorang buang hajad/berak. Manakala hajadnya lepas, sekujur tubuh menjadi damai.
Hajad itu berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Bergizi atau biasa-biasa saja akan berdampak terhadap perkembangan tubuh seseorang. Jumlah atau porsinya pun punya kriteria pada pembuangan nantinya.
Semua itu adalah ibarat seorang penulis dengan mengawali membaca. Membaca adalah mengkonsumsi makanan, sedangkan menulis merupakan pembuangannya. Semakin sering membaca, akan terjadi tumpukan pengetahuan.
Pengetahuan jika didiamkan tanpa disalurkan, tak akan ada artinya bahkan bisa menjadi sakit. Penyalurannya itulah yang dinamakan dengan proses menulis. Banyak membaca kaya akan kosakata, serta si kosakata itu melonjak-lonjak untuk dituangkan dalam bentuk tulisan baru.
Saatnya guru menjawab ketika media cetak Padang Ekspres bertanya. Pertanyaannya seumpama “Sudahkah siap para guru untuk menulis?” Jawabannya Sangat Siap, karena dengan cara seperti ini kami para guru bersemangat untuk menuangkan inspirasi kami melalui tulisan.
Alasannya, pertama sudah membuka ruang khusus untuk menampung karya guru. Kedua, tidak ada kesulitan pada proses pengirimannya, karena punya grup penulis (khusus untuk Limapuluh Kota). Ketiga, setiap tulisan tetap dihargai ketika penulis pemula memunculkan karyanya dengan bimbingan dari para senior.
Keempat, memperoleh motivasi hangat dari rekan penulis, pembaca, dan pengamat di instansi tempat bertugas. Kelima, tentunya menyemarakkan program literasi agar lebih menggeliat.
Literasi tidak saja berbicara pada program, akan tetapi dapat dibuktikan pada proses yakni aktif membaca, menulis, dan berkreasi. Tambahannya, kalau tidak sekarang kapan lagi? Selagi ada peluang tentunya rugi jika diabaikan.
Padang Ekspres Bertanya, Guru Menjawab.
Merupakan simbol dari pengungkapan bahwa salah satu media yang saat ini sengaja memotivasi serta mencarikan solusi agar kegiatan menulis dapat berjalan dengan aktif. Baik di kota mau pun di kabupaten telah mengajak secara langsung untuk memunculkan bakat, minat, serta kebolehan para guru penulis hebat yang selama ini terpendam.
Penyebabnya boleh jadi tidak tau harus ke mana dikirim dan bagaimana caranya, serta seperti apa syarat yang bisa diterima untuk diterbitkan. Memang saat ini, banyak penulis yang menerbitkan tulisan melalu media online. Dengan kemahiran penulis khususnya guru menggunakan perangkat IT, bermunculanlah tulisan-tulisan berharga untuk para pembaca.
Namun di balik semua itu, artikel atau wacana yang terbit di media cetak memiliki gezah yang berbeda untuk dimaknai. Sehingga para guru spontan menjawab, “Kami siap menulis dan terbuka untuk menerima masukan”.
Terakhir kami para guru mengucapkan terima kasih kepada media cetak khususnya Padang Ekspres yang telah memberi kami kesempatan untuk menjalankan aktivitas gerakan literasi di lingkungan belajar dan masyarakat. Semoga menambah wawasan, dan membawa keberkahan. (***)