in

Wajah Toleransi

Kelompok agama mana pun, pastilah menginginkan kehidupan beragama yang damai dan aman. Kemarin, jemaat tiga gereja di Perumahan Griya Parungpanjang, Bogor, Jawa Barat, tak bisa merasakannya. Ratusan orang yang mengaku sebagai warga Muslim Parungpanjang meminta jemaat untuk hengkang dari rumah ibadah. Bahkan gereja mendapat surat begini: gereja akan dibalok jika terus menjalankan ibadah.

Ketiga gereja ini jadi sasaran karena tidak punya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari pemerintah daerah setempat. Kata pengurus gereja, IMB sudah coba diurus sejak 18 tahun lalu, tapi selalu ditolak. Satu, kesulitan mendapat rekomendasi tertulis dari Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. Dua, persetujuan warga hanya bisa diperoleh secara lisan, bukan tulisan.

Jika merunut sejumlah kasus serupa di tahun-tahun sebelumnya, IMB sepertinya selalu jadi sorotan. Padahal tahun 2015 lalu, GP Ansor mengingatkan, ada banyak mesjid dan mushola yang tidak punya IMB – tidak hanya gereja. Pada 2014, Dewan Mesjid Indonesia cabang Jawa Barat menyebut kalau 60 persen mesjid-mushola di provinsi tersebut tidak mengantongi IMB. Lantas kenapa yang jadi masalah melulu IMB untuk gereja?

Rumah Tuhan, untuk agama apa pun itu, punya kadar kesucian yang sama. Tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Sungguh ironis karena ini terjadi setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla berpidato di Universitas Oxford, Inggris, soal Islam moderat di Indonesia. Juga setelah Presiden Joko Widodo masuk jajaran 50 besar Muslim paling berpengaruh di dunia. 

Dunia masih begitu yakin akan kehidupan beragama di Indonesia yang moderat, beragam, serta dijamin konstitusi di tanah air. Rasanya sungguh tak pantas pujian-pujian itu dialamatkan ke kita ketika yang terjadi tak begitu adanya. Kita harus membuktikan kalau wajah toleran itu betul-betul ada.  

What do you think?

Written by virgo

Melanggar Ranah Privat

BJB Jadi Jaringan Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan