Palembang, BP–Jika saat ini ramai dibicarakan tentang wabah corona, namun ternyata masyarakat terutama wanita harus waspada dengan penyakit kanker. Bahkan penyakit ini disebut-sebut sebagai pembunuh nomer satu di Indonesia.
Berangkat dari hal tersebut Women’s Caring Community menggelar
seminar Wanita dan Kesehatan dengan tema Waspada Kanker di Hotel Sintesa Peninsula Palembang, Sabtu (14/3).
Seminar yang diikuti secara gratis oleh kalangan wanita dari berbagai profesi ini menghadirkan penulis dan penyintas kanker dari Surabaya, Endri Kurniawati dan Direktur RS Hermina Palembang, dr Renny Puspita MARS serta Komunitas Penderita Kanker Payudara Palembang.
Ketua Women’s Caring Community Hj Purwiastuti Kusumastiwi mengatakan, seminar ini dalam rangkaian peringatan Women Day dan Hari Kanker Sedunia.
“Kegiatan ini sebagai bentuk empati kita kepada penderita kanker payudara. Jumlah penderita bisa ditekan jika sejak awal sudah bisa dicegah dan dideteksi sejak dini,” ujarnya.
Ia menambahkan, seminar ini sebagai upaya edukasi kepada kaum wanita terhadap penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia ini. Dengan seminar ini diharapkan wanita lebih waspada terhadap kanker.
“Peserta berasal dari ibu rumah tangga, karyawan, guru dan lainnya. Kita berharap jumlah penderita kanker ini bisa ditekan,” jelasnya.
Sementara itu dikatakan oleh penulis dan penyintas kanker dari Surabaya, Endri Kurniawati mengatakan bahwa satu dari delapan wanita di Indonesia bisa berpotensi memiliki penyakit kanker. Apalagi bagi yang memiliki gen atau keturunan yang pernah mengidap penyakit tersebut, dampak nya bisa mencapai 20-25 persen.
“Ada beberapa gejala kanker yang bisa kita ketahui seperti ada benjolan di payudara, puting mengeluarkan cairan, maupun kulit di sekitar payudara berkerut seperti kulit jeruk,” terang Endri Kurniawati.
Dalam kondisi yang sudah kritis, sambung dia, kulit di sekitar payudara berwarna kemerahan dan berakhir pada payudara yang pecah.
“Jika sudah demikian dikhawatirkan kanker itu akan menyebar ke jaringan, otak dan tulang,” terangnya.
Oleh sebab itulah, pola penanganan kanker ini dilakukan berdasarkan pada tingkat penyebaran penyakit ke jaringan.
“Waktu saya divonis kanker, saya down. Namun saya tetap berpikir jernih dan semangat menjalani kegiatan medis,” ujar wartawan Tempo Media ini.
Ia juga bercerita mengenai masalah kelam nya pada 2012 lalu saat ini divonis oleh dokter menderita kanker. Mirisnya ia juga terserang tumor.
Berbagai upaya dan saran pun ia mulai masuk dari berbagai rekan dan sahabat. Mulai dari herbal, minum rebusan daun sirsak, rompi anti kanker hingga tindakan medis yakni kemoterapi.
Ia mencermati bahwa banyak wanita penderita kanker kurang terbuka. Menurutnya banyak ditemui 70 persen benjolan yang datang sudah dalam stadium lanjut diantaranya karena menyimpan benjolan.
“Untuk itu siapapun dalam kondisi itu, tetap berpikir tenang saat krusial, terbuka jangan menyimpan sendiri. Orang kanker itu sakitnya kompleks dari fisik, psikis, finansial, jangan kasih beban sosial,” pungkasnya. #sug