Sebelum Beraksi, Dua Pelaku ke Nusakambangan
Sehari pascabom bunuh diri di terminal Kampung Melayu Jakarta yang menewaskan tiga orang polisi dan melukai 10 orang lainnya, Rabu malam (24/5), polisi menduga pelaku terkait dengan jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD). Hal itu terlihat dari pola serangannya.
Dugaan itu semakin kuat, seiring terungkapnya fakta bahwa dua minggu sebelum melakukan aksi teror kedua pelaku masing-masing berinisial INS dan AS, menemui gembong kelompok teror JAD Aman Abdurrahman di Nusakambangan.
Informasi yang diterima koran ini menyebutkan, keduanya menjenguk Aman di Nusakambangan untuk mendapatkan semacam restu sebelum beraksi. Aman diketahui menjadi pemimpin ideologis dari JAD, dan dia juga yang memberikan instruksi di balik aksi teror Thamrin.
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri Kombespol Martinus Sitompul mengatakan, dari barang bukti yang ditemukan, seperti serpihan panci aluminium, kabel swicth, paku dan sisa bahan peledak, maka sangat mirip dengan bom yang selama ini dibuat kelompok JAD.
”Modusnya juga sama dengan kelompok yang dipimpin Aman Abdurrahman,” paparnya.
Identitas dua orang pelaku pengeboman tersebut, memang berinisial INS dan AS. Rumah INS sudah digeledah. Selain untuk menemukan barang bukti lain, juga memastikan identitas keduanya melalui pihak keluarga. “Keluarganya juga diminta mengenali,” paparnya.
Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombespol, Yusri Yunus menuturkan, identitas kedua pelaku sudah hampir pasti benar. Pasalnya, keluarga keduanya sudah membenarkan identitasnya. Masalahnya, masih perlu dilakukan tes DNA untuk memastikannya kembali. “Hukum kita mewajibkan tes DNA ya,” tuturnya.
Saat ini masih dilakukan pengembangan dengan mencari barang bukti dari rumah kontrakan AS yang berada di Garut. Kalau sesuai pernyataan ibunya, AS tinggal di Garut berprofesi sebagai penjahit pakaian. “Kami cek ke rumah kontrakannya,” ujarnya.
Kadivhumas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengungkapkan bahwa jenis bom yang diledakkan di Terminal Kampung Melayu itu kemungkinan merupakan bom panci. Selain ada serpihan panci, juga ditemukan kuitansi pembelian panci di sebuah toko swalayan di Padalarang, Kabupaten Bandung. “Namun, identifikasi masih belum usai,” paparnya.
Kuitansi pembelian bom panci itu tertanggal 22 Mei 2017, dengan kejadian aksi teror pada 24 Mei, apakah berarti perangkaian bom panci ini hanya dilakukan dalam dua hari? Setyo mengakui bahwa dalam kuitansi itu memang tertera tanggal 22 Mei. “Namun, sedang di dalam apakah hanya dirangkai dalam dua hari,” paparnya.
Yang pasti, bom panci tersebut kemungkinan besar dimasukkan ke dalam tas ransel. Lalu, diledakkan dengan semacam pemicu atau switcher oleh kedua pelaku. “Sobekan tas ransel dan kabel switcher ini ditemukan saat olah tempat kejadian perkara,” terangnya.
Menurutnya, terorisme merupakan ancaman global yang nyata. Maka, harus benar-benar dilawan dan agar tidak menimbulkan korban. Saat terjadi aksi teror di luar negeri, bisa jadi kelompok teror yang awalnya tiarap malah terpicu. “Kami teliti bagaimana hubungannya,” terangnya.
Untuk jumlah korban saat ini dipastikan tiga orang meninggal, ketiganya merupakan anggota polisi. Yakni, Bripda Taufan, Bripda Imam Gilang dan Bripda Ridho. Lalu, ada 10 korban luka yakni, Bripda Feri, Bripda Yogi, Bripda M Puji, Bripda Sukron dan Bripda Pandu Dwi.
Terdapat juga korban luka di masyarakat, yakni Agung yang berprofesi sopir Kopaja, Agus yang tercatat sebagai karyawan bank, Fitri, serta Jihan yang merupakan mahasiswa. “Untuk tiga korban meninggal diberikan kenaikan pangkat luar biasa anumerta dengan pangkat setingkat lebih tinggi,” jelasnya.
Tanggung Biaya Pemulihan
Sementara itu, tiga korban luka-luka pada insiden bom bunih diri di Terminal Kampung Melayu yang dirawat di RS Premier Jatinegara dipindahkan ke RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, kemarin (25/5) sore. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan mengatakan, ada tiga korban yang dipindahkan ke RS Polri. Yakni, seorang anggota Polri dan dua masyarakat sipil.
Iriawan menjelaskan, ada beberapa petimbangan sampai akhirnya tiga korban itu dipindahkan ke RS Polri. Yang pertama adalah agar mereka mendapatkan perawatan lebih intensif. “Pertimbangan lain adalah faktor keamanan para korban,” katanya saat ditemui di RS Polri kemarin.
Terkait empat korban anggota Polri yang sudah terlebih dahulu dirawat di RS Polri, Iriawan mengatakan bahwa kondisi mereka sudah membaik. Meski begitu, mereka harus tetap menjalani perawatan karena luka-luka akibat serpihan bom. Seorang anggota polisi bahkan terluka di sekujur tubuh.
Sementara dari tiga anggota Polri yang meninggal karena insiden tersebut, satu anggota, Bripda Taufan, sudah dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur. Sedangkan dua anggota lainnya akan dimakamkan di luar kota. Bripda Ridho akan dimakamkan di Lampung Selatan dan Bripda Gilang akan dimakamkan di Klaten. “Rencananya akan dimakamkan secara kepolisian,” kata Iriawan.
Kerugian serta biaya pemulihan korban insiden bom itu akan ditanggung negara melalui Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Wakil Ketua LPSK Hasto Atmojo mengatakan, pihaknya akan membantu memfasilitasi kompensasi atau ganti rugi dari negara untuk para korban.
Antisipasi Gerakan Terorisme
Di sisi lain, tokoh-tokoh agama terkemuka mengutuk keras pemboman yang terjadi di terminal Kampung Melayu, Jakarta, Rabu malam (25/5). Aksi tersebut menunjukkan bahwa gerakan radikalisme di Indonesia masih kuat.
Dalam pernyataan resminya di Jakarta, kemarin (25/5), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengutuk keras rentetan aksi terror yang terjadi di seluruh dunia dua hari terakhir. Apalagi menjelang bulan Ramadhan yang sangat dinanti-nanti oleh umat Islam di seluruh dunia.
“Kami mengutuk keras aksi teror di Manchester, serangan teroris di Mindanao, Filipina, serta yang terjadi di tanah air kemarin malam,” kata Ketum PBNU, Said Aqil Siradj.
Selain belansungkawa kepada korban, Said juga menyampaikan agar aparat keamanan mengusut secara tuntas motif, pola dan gerakan yang berada di balik aksi tersebut. Kepada masyarakat, ia memohon agar tidak menebar spekulasi yang bisa memperkeruh suasana.
“Caranya adalah dengan tidak turut menyebarkan isu, gambar-gambar milik korban. Serta, berita yang belum terverifikasi kebenarannya,” kata alumnus Universitas King Abdul Aziz, Jeddah ini. Selain itu, Said juga menduga bahwa dalang di balik teror ini punya keterkaitan dengan NIIS (Negara Islam Irak dan Syam) di Suriah.
Dalam analisisnya, jika di Timur tengah pasukan NIIS sudah digempur habis-habisan di timur tengah oleh gabungan pasukan sekutu dan Rusia, ada kemungkinan mereka lari ke Indonesia. “Paling aman dan memungkinkan ya ke indonesia,” katanya.
Said juga mengakui bahwa gerakan radikalisme semakin berani dan terang-terangan. Hal ini harus dicegah dengan semakin mengintensifkan upaya kontra-radikalisasi, maupun deradikalisasi. Kontra-radikasisasi artinya membangun kepribadian bangsa yang lemah lembut dan bermartabat.
Senada, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengutuk keras aksi bom di terminal Kampung Melayu. Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid Saádi mengatakan, tindakan bom bunuh diri itu sangat biadab dan jauh dari nilai-nilai agama.
Menurut dia siapapun pelakunya, apapun agamanya, adalah orang yang sudah kehilangan nilai kemanusiaan. “Aksi bom ini tragedi kemanusiaan yang sangat keji,” jelasnya.
Zainut menjelaskan, aksi di Kampung Melayu itu membuktikan bahwa gerakan terorisme di Indonesia masih sangat kuat. Selain itu masih perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Khususnya dari aparat keamanan, tokoh agama, serta masyarakat. Sebab menurut Zainut, terorisme adalah musuh negara.
Dia menceritakan bahwa MUI telah menetapkan dalam fatwa 3/2014 bahwa terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban. Selain itu aksi terorisme menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan bangsa, perdamaian dunia, dan merugikan kesejahteraan masyarakat. “Perbuatan terorisme hukumnya haram. Kita meminta polisi menuntaskan sampai ke akar-akaranya,” jelasnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.