Pondok Pesantren Perkampungan Minangkabau yang dinaungi oleh Yayasan Shine Al Falah, memperkuat penanaman nilai-nilai adat Minangkabau.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Shine Al Falah, Buya Asabeta Dt Pambincang MPd, mengakui sejak berdiri 2013 silam, Ponpes yang usianya memasuki sewindu itu, dalam kurikulum pendidikannya belum berani memakai nilai-nilai pendidikan adat Minangkabau.
“Hal ini disebabkan karena belum ada yang mampu mengejawantahkan nilai-nilai adat Minangkabau di ponpes ini. Makanya kami belum berani menyampaikan nilai-nilai Adat Basandi Sara’, Sara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK),” ujar Buya Asabeta saat kegiatan Silahsilah Adat, ABS-SBK Dalam Realita Hari Ini, bersama Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto alias Mak Katik, Sabtu (27/6/2020) di Ponpes Perkampungan Minangkabau, Bypass Padang.
Kegiatan Silahsilah Adat juga dihadiri Ketua Dewan Pengawas Yayasan Shine Al Falah, Buya Zulbadri PhD Dt Tan Malin, Pimpinan Ponpes Perkampungan Minangkabau Buya Adi Sahyogi S.Pdi.
Kegiatan Silahsilah Adat yang dilaksanakan, menurut Buya Asabeta, menjadi langkah awal mendapatkan ilmu tentang Adat Minangkabau. Melalui kegiatan ini juga, Yayasan Shine Al Falah menjadikan Mak Katik sebagai Guru Besar Adat Minangkabau di ponpes tersebut.
“Saat ini ada 150 ponpes di Minangkabau, dan mulai sekarang hanya ponpes ini yang mengajarkan nilai-nilai adat budaya Minangkabau,” terangnya.
Yayasan Shine Al Falah, bermakna cahaya kemenangan. Yayasan ini kemudian mendirikan Ponpes Perkampungan Minangkabau yang berlokasi di Jalan Mekkah Belakang TVRI Sumbar, Bypass Aia Pacah, Kecamatan Koto Tangah. Ponpes ini memiliki 18 perkampungan.
Ketua Umum Yayasan Shine Al Falah, Buya Syamsul Akmal Tuangku Putiah SAg MM mengatakan, ada tiga kelompok santri yang mengajar di ponpes ini. Kelompok anak yatim sebanyak 150 santri, yang mendapatkan pendidikan gratis, pembiayaan kehidupannya dan fasilitasnya ditanggung oleh yayasan.
Kelompok santri kurang mampu, pendidikan dan penginapannya digratiskan, konsumsi ditanggung sebagian oleh yayasan dan orangtua Rp300 ribu.
Selanjutnya kelompok mandiri yang terdiri dari orang mampu. Kelompok ini pendidikannya gratis tetapi biaya hidup menjadi tanggungan orangtua mereka.
“Jadi meski ada tiga kelompok, tapi pendidikan mereka semua gratis di ponpes Perkampungan Minangkabau,” terangnya.
Di ponpes ini ada fasilitas asrama penginapan untuk santri di mana setiap asrama ada musraf dan musrif-nya (pembina). Saat ini jumlah asrama ada 23 asrama. Ke depan disiapkan menjadi 29 asrama. Sedangkan jumlah pengajar di ponpes ini totalnya 110 guru, terdiri dari 75 guru yang mengajar di lokal, pembina serta pengajar ekstra.
Pada Silahsilah Adat pertama itu, Mak Katik bercerita tentang pituah, nilai-nilai adat, sejarah Minangkabau, sejarah Islam, di hadapan seluruh guru, pembina dan para santri. (hsn)