Ribuan penduduk dari sejumlah desa yang dikuasai Pakistan di wilayah Kashmir terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke wilayah yang lebih aman lantaran aksi kekerasan terus meningkat di sepanjang perbatasan yang dipersengketakan oleh Pakistan dan India itu.
Raja Farooq Haider, Perdana Menteri untuk Azad Jammu dan Kashmir, bagian yang dikuasai Pakistan mengungkapkan sejauh ini pemerintah telah mengevakuasi 8.000 warga ke “tempat aman”, menyusul “aksi penembakan dari India” yang terus terjadi di kawasan itu. Haider juga menyebutkan akan mengevakuasi lebih banyak warga.
Abdul Jabbar, warga desa di Bhimber, perbatasan de facto antara kedua negara, menyatakan kepada CNN bahwa 10 anggota keluarganya telah meninggalkan rumah mereka di malam hari. Pada hari berikutnya, rumah itu terkena serangan mortir. “Kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami,” katanya.
Sementara itu, terkait tudingan “penembakan dari India” yang disebut pemerintah Pakistan, juru bicara pertahanan India Letnan Kolonel Manish Mehta menyatakan kepada CNN di kota Jammu, yang dikuasai India, bahwa “Kami selalu merespon dengan tepat dan efektif setiap kali ada pelanggaran gencatan senjata dari sisi Pakistan.”
Evakuasi ini terjadi setelah tujuh tentara Pakistan tewas pada Senin (13/11) dalam baku tembak antara pasukan Pakistan dan India di Line of Control, nama perbatasan antara kedua negara. Kondisi di Kashmir terus memanas selama beberapa bulan terakhir. Berbagai laporan menyebutkan terdapat sejumlah pelanggaran gencatan senjata yang menewaskan warga dari kedua negara setiap hari. Baik India maupun Pakistan saling tuding soal penyebaran provokasi di wilayah itu.
Pada September lalu, sejumlah militan menyerang markas militer di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Sebanyak 18 tentara India tewas dalam serangan yang disebut didukung oleh Pakistan itu. India kemudian menyeret perseteruan dengan Pakistan ke ranah global dengan membahasnya dalam Sidang Umum PBB. Langkah ini diambil India sebagai bagian dari kampanye untuk mengucilkan Pakistan di PBB di kalangan internasional.
Kedua negara juga saling mengusir diplomat negara rivalnya. India mengusir seorang diplomat Pakistan yang berbasis di New Delhi, yang diduga mengepalai jaringan mata-mata dan tengah mengumpulkan informasi sensitif soal operasi keamanan India di sepanjang perbatasan. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengumumkan pengusiran diplomat India, Surjeet Singh, yang dituduh melakukan kegiatan “yang melanggar Konvensi Wina dan norma diplomatik.”
Islamabad juga menolak bertanggung jawab atas memburuknya hubungan diplomatik kedua negara. Sementara di India, banyak pihak menyerukan boikot aktor dan aktris Bollywood yang berasal dari Pakistan. Sebaliknya, bioskop Pakistan kemudian sepakat tak lagi menyiarkan film Bollywood. Dalam sejarahnya India dan Pakistan telah 69 tahun berkonflik di Kashmir, sejak kedua negara merdeka. Konflik Kashmir kerap disebut sebagai buah dari perpecahan India dan Pakistan.
Inggris hengkang dari India pada tahun 1947, membuat negara itu terpecah menjadi dua, mayoritas hindu membentuk negara India dan Muslim mendirikan Pakistan dengan batas wilayah masing-masing. Sementara Kashmir adalah daerah tak bertuan yang akhirnya diklaim oleh kedua negara. India memasukkan Kashmir menjadi bagian dari wilayah mereka, memicu penentangan dari Pakistan, berujung pecahnya perang.
India, Pakistan dan China mengklaim sebagian atau seluruh wilayah Kashmir. India kini mengendalikan Jammu dan Kashmir yang mencakup 45 persen dari bagian tenggara dan timur wilayah tersebut. Pakistan mengendalikan tiga bagian bernama Azad Kashmir, Gilgit dan Baltistan, mencakup 35 persen wilayah Kashmir di bagian utara dan barat. Sementara China mengendalikan Aksai Chin, sebesar 20 persen wilayah di timurlaut Kashmir.
LOGIN untuk mengomentari.