Berbicara masalah sampah bukan sesuatu yang asing bagi kita. Sampah merupakan hal yang mudah kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang atau individu juga menghasilkan sampah. Tapi tak bisa dipungkiri sampah juga menjadi permasalahan hingga hari ini yang belum bisa teratasi dengan baik. Setiap daerah kabupaten atau kota yang ada di Sumatera Barat tak bisa dilepaskan dari permasalahan yang satu ini.
Salah satunya daerah Dharmasraya sampai saat sekarang masih mengalami permasalahan sampah. Di sepanjang jalan lintas Sumatera yang melewati daerah tersebut, terdapat beberapa tumpukan sampah berserakan di pinggir jalan. Tumpukan sampah itu dekat pula dengan kantor-kantor pemerintahan. Umumnya kesadaran masyarakat setempat masih rendah menyikapi permasalahan sampah (Baca; Padeks, 11/11/16).
Sama halnya di Pasaman. Masalah sampah masih belum terurus. Selain sarana dan prasarana yang sangat minim, kesadaran masyarakat pun sangat rendah, masyarakat setempat masih saja membuang sampah dengan sembarangan. Sampah telah menimbulkan berbagai macam persoalan, seperti penyakit dan banjir, (Baca; Padeks, 12/11/2016).
Mengelola Sampah
Hampir semua daerah kabupaten atau kota yang ada di Sumatera Barat mengalami persoalan seperti yang ada di Dharmasraya dan Pasaman. Setiap daerah belum mampu untuk mengatasi permasalahan yang satu ini. Karena setiap hari sampah terus diproduksi, sementara lahan untuk tempat penampungannya sangat terbatas.
Bagi kebanyakan masyarakat kita, pandangan terhadap sampah masih agak sinis, sampah merupakan sesuatu yang kotor, bau dan menjijikkan. Sehingga sampah memang dijauhi dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Padahal kalau sampah tersebut dikelola, tidak menutup kemungkinan bisa menambah pundi-pundi pendapatan masyarakat. Selain itu, tentu dengan mengelola sampah yang ada, maka lingkungan akan menjadi bersih, dan masyarakat pun akan menjadi sehat.
Sejauh ini inisiatif untuk mengelola sampah sudah muncul dibeberapa daerah kabupaten/kota. Inisiatif ini juga didorong bersama dengan dukungan pemerintah melalui pembentukan bank sampah. Selain bank sampah ada juga pegelolaan sampah yang dilakukan melalui sekolah adiwiyata. Paling tidak untuk daerah Sumbar sejak tahun 2015 sudah ada 31 unit bank sampah dan 43 sekolah adiwiyata (Baca; Antara Sumbar).
Salah satu bank sampah Saiyo Sakato yang dikelola oleh komunitas di Bukittinggi telah berjalan cukup baik. Komunitas tersebut tidak hanya sebatas jual beli barang-barang bekas, melainkan mampu memproduksi berbagai jenis hasil kerajianan, pupuk organik. Produk-produk tersebut tidak hanya dipasarkan dalam konteks lokal tapi juga dalam konteks nasional. Dengan mengelola sampah maka komunitas tersebut telah mampu mengumpulkan rupiah sedikit demi sedikit.
Untuk mengatasi permasalahan sampah, tidak ada cara lain kecuali dengan mengintensifkan pengelolaan oleh setiap orang, wadahnya bisa jadi salah satu melalui bank sampah dan sekolah adiwiyata. Namun selain dengan cara-cara tersebut, setiap individu dimulai dari unit sosial terkecil yaitu keluarga untuk menerapkan pengelolaan sampah di masing-masing rumah. Ketika ada tindakan yang dilakukan oleh setiap kelurga untuk memilah sampah, sekaligus mengolahnya, maka persoalan sampah menjadi mudah diatasi.
Namun sayangnya, kesadaran masyarakat kita masih jauh panggang dari api. Sampah hanya dianggap masalah sepele, bukan masalah serius. Padahal dengan mengabaikannya maka dampak yang diakibatkannya terhadap lingkungan sangatlah serius seperti pencemaran dan penyakit.
Namun menurut hemat penulis, kalau permasalahan sampah tidak disikapi dengan arif, maka tidak mustahil suatu waktu nanti akan terjadi bom sampah. Artinya sampah-sampah yang tidak terkelola maka akan menimbulkan bencana besar bagi kehidup manusia. Sampah bukanlah masalah seseorang atau sekelompok orang, melainkan masalah semua orang. Karena itu sudah saatnya kita harus menerapkan prinsip 3 M oleh setiap diri individu. Pertama, mulai dari diri sendiri. Kedua, mulai dari yang kecil. Dan ketiga, mulai dari sekarang.
Perlu Dukungan Penuh Pemerintah
Dalam melakukan pengelolaan sampah tidak pula semudah yang dibayangkan seperti membalik telapak tangan. Melainkan dalam mengelola sampah mempunyai tantangan dan permasalahan sendiri. Dari salah satu forum diskusi yang dilakukan oleh Kementerian LHK bersama dengan Bapedalda Sumbar pada 10 November 2016 dengan tema “Role Model dalam Pengelolaan Lingkungan” di dalamnya banyak mendiskusikan salah satunya pengelolaan sampah. Maka dari penyampaian pembelajaran beberapa komunitas dalam mengelola sampah tak bisa lepas dari beragam suka dukanya.
Ternyata dala mengelola sampah lewat bank sampah yang telah dibentuk oleh komunitas mengalami kendala dan tantangan. Pertama, masih kurangnya sosialisasi terkait pentingnya pengelolaan sampah melalui bank sampah. Sehingga belum semua orang termotifasi untuk melakukan pengelolaan sampah. Harapannya kedepan sosialisasi menjadi penting untuk diintensifkan baik oleh pihak pemerintah maupun pihak lain yang punya perhatian terhadap persoalan sampah.
Kedua, kurangnya keterampilan. Dalam pengelolaan sampah sangat dirasakan oleh komunitas kekurangan kapasitas sumber daya manusia. Keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengolah sampah menjadi barang yang bernilai masih terbatas. Karena itu, produk-produk yang dihasilkan masih dalam bentuk dan jenis yang sederhana sekali.
Ketiga, minimnya teknologi. Selama ini kebanyakan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh komunitas lewat bank sampah, masih banyak seputaran jual beli sampah. Pengelolaan yang dilakukan baru bisa menghadirkan produk-produk yang masih sederhana. Harapannya dengan adanya teknologi yang membantu pengelolaan sampah, maka tidak mustahil prosuk-produknya akan cepat laku di pasaran.
Keempat, Terkendala pemasaran. Pemasaran menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh komunitas dalam mengelola sampah. Setiap sampah yang akan dijual oleh komunitas harganya selalu di bawah harga pasar, karena ditekan oleh para pengumpul. Begitu juga dengan berbagai macam produk kerajinan yang dihasilkan oleh komunitas susah untuk dipasarkan, karena tidak ada konsumen atau penampung yang bisa menampung hasil tersebut. Kalau pun ada harganya tetap murah, bahkan kalau barang yang dijual mahal, karena bahannya langka, konsumen pun enggan membelinya. Faktor ini tak bisa dilepaskan dari pandangan orang, bahwa barang-barang olahan tersebut terbuat dari barang-barang bekas dan produknya tidak tahan lama.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka salah satu upayanya adalah dukungan penuh dari pemerintah. Sebagai pemangku kebijakan, pemerintah mempunyai peran penting untuk membantu komunitas dalam mengelola sampah, tanpa dukungan yang baik, maka mustahil pengelolaan sampah oleh komunitas berjalan dengan baik. Dukungan yang dimaksud bisa jadi bantuan teknologi, permodalan serta pemasaran. Hal yang paling penting juga, bagaimana pemerintah daerah menggalakkan pemakaian produk-produk yang dihasilkan dari pengelolaan sampah untuk keperluan kantor, dan lain-lain. Semoga dengan meggalakkan pengelolaan sampah, lingkungan akan menjadi bersih, masyarakat menjadi sehat dan sejahtra. Semoga (*)
LOGIN untuk mengomentari.