36 Tewas, 70 Terluka Kepolisian Filipina Pastikan ISIS tak Terlibat
Kelompok militan Islamic State (IS) alias ISIS mengklaim pihaknya sebagai dalang di balik kematian 36 orang di kasino Resorts World Manila (RWM), Filipina, kemarin (2/6).
Melalui situsnya, Amaq, militan yang besar di Irak dan Syria itu menyebut pelaku sebagai anggotanya. Namun, pernyataan tersebut dibantah pihak kepolisian Filipina. Aksi penembakan pengunjung dan pembakaran kasino tersebut tergolong perampokan. Bukan terorisme.
Kepolisian Filipina menegaskan, tidak ada bukti-bukti yang menunjukkan keterlibatan ISIS. Pelaku beraksi seorang diri dan tidak menembaki pengunjung secara langsung ketika kesempatan tersebut ada. “Mereka memiliki reputasi mengklaim semua kejahatan di seluruh dunia agar ketenaran mereka langgeng,” tegas Kepala Polisi Manila Oscar Albayalde.
Sebelumnya, dugaan keterlibatan ISIS muncul karena kesaksian seorang pengunjung yang berhasil menyelamatkan diri, Magdalena Ramos. “Pengunjung kasino berlarian sambil berteriak ISIS… ISIS… ketika terdengar berondongan peluru,” ujar perempuan 57 tahun itu. Namun, setelah diselidiki, tidak ada indikasi yang terkait dengan ISIS. Bahkan diduga, pelaku yang identitasnya belum diketahui itu mengalami gangguan jiwa.
Polisi makin yakin akan tak adanya ISIS di balik kejadian memilukan tersebut setelah jasad korban diotopsi. Hampir semuanya meninggal karena menghirup asap pekat dan patah tulang. Tak ada seorang pun yang tewas karena tertembus peluru.
Albayalde mengungkapkan, perampokan di kompleks hotel, kasino, dan pusat perbelanjaan RWM itu terjadi sesaat setelah tengah malam. Pelaku datang dari area parkir dan masuk ke lantai 2 kasino. Di RWM, kasino menempati tiga lantai sekaligus. Penjaga sempat melakukan perlawanan dan melukai pelaku, tapi tidak berhasil melumpuhkannya.
Pelaku lantas memberondongkan tembakan ke udara. Seluruh pegawai dan pengunjung pun semburat untuk bersembunyi karena ketakutan. Pelaku yang terdengar cukup fasih berbahasa Inggris tersebut lantas mengambil chip untuk berjudi senilai 113 juta peso (setara Rp 30,19 miliar) dari kasir, lalu memasukkannya ke tasnya.
Sebelum melarikan diri, dia menembak televisi di ruangan kasino dan menuangkan bensin ke benda-benda sekitarnya. Dia lalu membakar ruangan tersebut. Api yang menyala tidak terlalu besar, tapi lantai kasino itu dilapisi karpet tebal. Meja-meja juga berlapis karpet. Lapisan tersebut menghasilkan asap hitam yang pekat.
Para korban memiliki peluang besar untuk selamat jika saja mau melarikan diri. Tapi, mereka telanjur ketakutan dan memilih berdiam di persembunyian masing-masing. Saat mereka ingin lari, semuanya sudah terlambat. Asap terlalu pekat. Selain korban tewas, ada lebih dari 70 orang yang terluka. Sekitar 50 orang lain dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.
Pelaku berhasil melarikan diri dan kembali ke kamar 510 yang dihuninya. Belum jelas hotel yang mana karena ada tiga hotel di kompleks RWM. Hanya, entah karena menyesal atau sebab lain, pria itu bunuh diri. Dia membungkus tubuhnya dengan selimut tebal yang sudah disiram bensin, lalu membakar diri sendiri.
Tubuhnya yang hangus membuat sulit proses identifikasi oleh polisi. Polisi mengklaim sudah mengantongi identitas pelaku, tapi belum bisa mengungkapkannya kepada publik karena masih ragu. Belum bisa dipastikan pelaku warga Filipina atau warga asing. Polisi tengah menginvestigasi seseorang yang diduga terlibat dalam perampokan tersebut.
Terkait dengan insiden itu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) belum mendapatkan informasi mengenai ada atau tidaknya WNI yang menjadi korban. Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir menuturkan, hingga saat ini pihaknya masih menunggu perkembangan terbaru dari kepolisian setempat. “Info awal sampai dengan saat ini, belum diketahui adanya WNI yang jadi korban,” kata pria yang akrab disapa Tata itu kemarin.
Kepala Kepolisian Nasional Filipina Oscar dela Rosa mengungkapkan bahwa motif utama aksi itu disinyalir murni perampokan. Sebab, pelaku tidak menembak siapa pun dan langsung menuju tempat penyimpanan chip. “Kita tidak bisa menyebut ini sebagai tindak terorisme,” ujarnya saat diwawancarai radio DZMM.
Gara-gara kasus perampokan tersebut, Australia, Amerika Serikat (AS), dan Inggris mengeluarkan peringatan untuk warganya yang berada di Filipina ataupun yang berencana mengunjungi negara tersebut. “Tetap waspada terhadap sekelilingmu, termasuk di sejumlah event lokal setempat dan terus monitor saluran berita untuk informasi terbaru. Perhatikan instruksi apa pun yang diberikan otoritas setempat.” Demikian bunyi peringatan di website Kedutaan Besar AS.
De la Rosa juga memastikan bahwa aksi tersebut tidak berkaitan dengan konflik di wilayah Filipina Selatan. Tepatnya di Kota Marawi, Kepulauan Mindanao. Militer Filipina masih kesulitan mengambil alih kota yang dikuasai militan Maute dengan dibantu simpatisan ISIS itu.
Kota tersebut menjadi palagan sejak 23 Mei lalu. Kala itu militer Filipina gagal menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok militan Abu Sayyaf yang sedang bersembunyi di Marawi. Militer dan kelompok militan saling serang sehingga membuat ribuan warga Marawi harus mengungsi. (*)
LOGIN untuk mengomentari.