Menghabiskan waktu lebih sering dengan orang terkasih sepertinya menjadi sebuah kebahagiaan yang diinginkan setiap pasangan.
Dalam menumbuhkan rasa sayang kepada orang yang disayangi terkadang juga memerlukan sebuah pengorbanan yang akan berkesan di dalam hatinya. Namun setiap perjalanan juga tidak selalu berjalan mulus seperti halnya sebuah hubungan.
Ada kalanya sepasang kekasih dipertemukan dengan kesamaan karakter dan minat, dua karakter yang berbeda arus namun bisa saling melengkapi, dan kadang juga ada kalanya sebuah pasangan dipertemukan dengan dua karakter yang saling bertolak belakang dan bahkan alasan untuk saling bertahan pun dengan alasan yang sama bertolak belakangnya.
Pengaruh nafsu pribadi dan ambisi untuk menjalin sebuah hubungan dengan seseorang lah yang sering kali menyebabkan cinta yang mereka temukan tidak mengenali jati dirinya. Layaknya jiwa muda yang masih berapi – api kondisi emosinya dan masih dalam pencarian jati diri. Akibatnya cinta yang mereka temukan pada sebuah ketidak sengajaan dengan mulai mengenalnya di awal pertemuan, membuat cinta itu tidak tumbuh menjadi sebuah alasan berbobot untuk saling bersama dan mempertahankan sebuah hubungan.
Terkadang mereka juga perlu sebuah kebutuhan biologis yang entah kenapa di era modern ini semakin terpompa keras dan seperti tidak tertahan lajunya yang mengena pada remaja – remaja yang terfasilitasi dengan bermacam drama romantis di media elektronik. Kurangnya bimbingan orang tua juga membuat mereka terlalu mudah “menjajal” sebuah hubungan dengan kesenangan sesaat.
Faktor latar belakang keluarga yang kurang baik, juga mendukung mereka untuk mencari kasih sayang dan perhatian yang lebih di luar sana yang tidak mereka dapatkan di rumah. Entah kenapa otak si orang tua di penuhi dengan segala kepentingan pribadinya disaat usia mereka yang harusnya lebih mantap dalam membagi kasih sayang dan perhatian kepada buah hati mereka.
Mungkin sisi buruk dari manusia yang tidak pernah puas akan apa yang telah dikaruniakan kepadanyalah yang meracuni seluruh isi otak para orang tua yang tidak bertanggung jawab atas nama “prestige”, lalu seluruh bagian tubuh mereka terikat dengan tali penggerak yang bisa dikendalikan sesuka hati oleh si dalang kondang “nafsu” seperti layaknya sebuah boneka kayu.
Ketidak siapan atas jalan yang dipilih oleh sepasang kekasih yang tidak tau jalur pasti karena kompas idelogi mereka entah terjatuh dimana, inilah yang akhirnya membuat kedua hati dan karakter yang berbeda itu mulai saling berbenturan sampai salah satu mendapatkan pemenangnya.
Ya, di satu sisi ia memberikan solusi dan di sisi lain yang harusnya melengkapi malah selalu datang dengan masalah baru. Entah karena sebuah kutukan pembawa sial yang sudah terlekat pada salah satu pasangan ataukah pikiran dungunya yang lebih parah dari seekor keledai.
Solusi dan saran yang diberikan seperti hanya pantas untuk numpang lewat di saluran lubang telinganya dan keluar dari lubang satunya layaknya sebuah limbah pabrik yang sering kali tidak diperdulikan. Setelahnya ? Masalah kembali terulang atau bahkan muncul jenis masalah baru yang tidak kalah menjengkelkan.
Ibarat sebuah angin tornado yang berusaha mendinginkan suasana sebauh lava panas dan ingin membawa masalah lava itu jauh – jauh dari peradaban, namun lava itu terlalu cepat membeku di permukaan tanah dan bahkan tidak terangkat sedikitpun oleh angin. Kalaupun lava itu tidak membeku putaran angin bercampur kobaran api yang besar akan semakin menambah parah pemandangan yang ada.
Disini kalian bisa melihat sendiri betapa sia – sianya usaha si angin tornado yang berusaha keras membuat “rumah hati” itu agar tidak terlahap lava panas untuk kesekian kalinya, namun tidak berbuah hasil sedikitpun dan akan selalu berulang dengan hal yang sama meskipun angin tornado itu datang dengan putaran yang lebih besar dengan ketegasannya.
Dua hati yang sama sekali tidak mempunyai sisi dewasa pada masing – masing pribadinya, ataukah sisi dewasa yang sengaja dipertemukan dengan sisi kekanak – kanakan dengan tujuan agar keduanya bisa lebih belajar tentang suatu perjalanan kehidupan ?
Agar tidak sampai terjatuh dalam lubang yang lebih dalam, beri kepercayan penuh pada naluri hati kalian dalam memilih seseorang sebagai yang terkasih dan juga imbangi dengan logika yang ada untuk membantu saat mata melihat dunia dalam keadaan buram dan kurang pencahayaan.
Bagaimanapun jalan hidup yang sudah ditakdirkan kepadamu, cukuplah bersyukur dan apabila itu tidak seperti yang diharapkan setidaknya kalian adalah orang paling tangguh yang kuat untuk melewati itu semua.