in

Nilai-nilai Bela Negara Harus Diimplementasikan

 

YOGYAKARTA – Masyara­kat, termasuk generasi mile­nial khususnya para ma­hasiswa di Tanah Air perlu mengikuti pelatihan bela ne­gara agar nilai-nilai bela nega­ra tertanam dan diimplemen­tasikan oleh setiap individu. Hal itu dilakukan karena da­lam bela negara ada nilai-nilai Pancasila yang harus diimple­mentasikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Siapapun perlu adanya in­ternalisasi nilai-nilai Pancasila. Termasuk yang mau bergabung di Universitas Pembangun­an Nasional ‘Veteran’ Yogya­karta (UPN), harus melalui tes dan pelatihan bela negara tan­pa terkecuali,” kata Rektor UPN Yogyakarta, Muhamad Irhas Ef­fendi pada talk show Pancasila dan Bela Negara, di Yogyakarta, Sabtu (21/12).

Pusat Studi Pancasila UPN Yogyakarta menyelenggara­kan talk show dengan tema Meneguhkan Jati Diri Bang­sa dalam Melawan Radikal­isme dan Intoleransi. Acara ini dihadiri lebih dari 200 peserta yang berasal dari 30 wakil per­guruan tinggi, 10 orgnisasi ma­syarakat, dan mahasiswa UPN Yogyakarta.

Effendi menyampaikan talk show ini sangat relevan da­lam menghadapi era digitalisa­si dan jati diri bangsa. Dengan diskusi ini diharapkan akan di­dapatkan bagaimana cara un­tuk menghadapi era digitalisa­si dan membuat jati diri yang kuat. Dengan semua ini diha­rapkan adanya pegangan nilai-nilai Pancasila untuk bisa ber­tahan dari semua tantangan yang dihadapi.

Ada Batasnya

Sementara itu, guru be­sar Universitas Gadjah Ma­da (UGM), Koentjoro menje­laskan kemerdekaan itu ada batasnya yaitu hak kemerdeka­an orang lain. “Kita harus me­mahami arti kemerdekaan. Se­mua orang itu merdeka tetapi ada batasnya yaitu hak kemer­dekaan orang lain. Harus di­terapkan terlebih dahulu cin­ta, rasa, dan bangga,” tegas Koentjoro.

Koentjoro menjelaskan ma­sih banyak hal yang menjadi musuh besar bangsa. Tidak percaya diri, kebodohan, ke­malasan, intoleransi, radikal­isme, KKN, dan masih banyak lagi. Hingga banyaknya rakyat Indonesia yang lebih bangga menggunakan produk dan ba­hasa asing dari pada asli Indo­nesia menjadi masalah bangsa saat ini.

Hal senada disampaikan Staf Khusus Dewan Pengarah Ba­dan Pembinaan Ideologi Pan­casila (BPIP), Antonius Benny Susetyo. Benny menjelaskan tantangan bangsa saat ini ada­lah penggunaan teknologi tan­pa adanya filtrasi dan edukasi.

“Era digitalisasi menjadi­kan hilangnya kepakaran dan kedalaman. Semua orang da­pat bersuara di media baru tanpa adanya dasar yang kuat. Seringkali hanya sensasi bela­ka,” jelas Romo Benny. YK/Ant/N-3

What do you think?

Written by Julliana Elora

Suasana Haru Khitanan Massal Gratis di Klinik LKC

Pemkot Ikutkan Asuransi Pekerja Informal