Tokoh muda Minang, Yuliandre Darwis mengatakan pendidikan merupakan sebuah proses untuk membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun mampu berpikir secara saintifik (ilmiah) dan filosofis (filsafat) tetapi juga mampu mengembangkan spiritualnya.
Andre begitu Yuliandre disapa, menekankan bahwa anak rantau Minang dimana pun berapa diharapkan menjadi generasi yang berkarakter sangat menentukan kualitas moral, arah pengambilan keputusan dan tingkah laku dari setiap generasi muda.
“Menjadi insan yang kompetitif, karena akan mampu mencapai keunggulan, memiliki daya saing dengan bangsa-bangsa lain dan akan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia. Akan menjadi bangsa dan negara yang besar, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa di dunia,” ungkap pria yang pernah menjabat Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat periode 2016-2019 saat menjadi pemateri dalam diskusi daring yang diselenggarakan Minang Diaspora Network dengan tema “Mempersiapkan Generasi Emas Minangkabau untuk Mengguncangkan Dunia” di Sumatera Barat, Sabtu (27/6/2020).
Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat periode 2013-2017 ini mengungkapkan pemuda Minang yang hidup dirantau dapat dipastikan menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki sifat yang pantang menyerah di setiap kondisi.
Andre memandang, perantau Minang yang tersebar di penjuru dunia dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Dalam hal lain, perantau Minang memiliki kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
“Jika merantaunya ke luar negeri, tentu akan lebih sulit lagi. Namun dengan kesulitan itu pulalah yang menjadikan kita kuat dan bermental baja,” tutur pemenang favorit Uda Sumbar Duta Wisata 2004 ini.
Andre memegang teguh pepatah Minang yang dapat dijadikan dasar hidup perantau dimana pun berada. Ia menegaskan istilah “Alam Takambang Jadi Guru”, menurutnya filosofi ini bermakna bahwa salah satu sumber pendidikan dalam hidup manusia adalah berasal dari fenomena-fenomena alam semesta. “Karena alam itu bersifat dinamis, tidak statis, sehingga selalu ada kemungkinan untuk terjadi perubahan,” papar Andre.
Sementara, CEO Kitabisa.Com, M. Alfatih Timur, mengungkapkan filosofi alam itu sangat luas. Baginya, ketika mendirikan platform amal digital ini melahirkan karya yang beda dari yang lain. Pepatah ini mengajarkan, masyarakat Minangkabau secara umum untuk senantiasa menjadikan alam sebagai guru.
“Pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan dalam bangku pendidikan formal. Hanya dengan mengamati apa yang ada di alam bisa membuat sebuah pembelajaran yang sangat berharga,” jelasnya.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Timmy ini, menjelaskan, pelajaran tidak hanya didapatkan dari pendidikan formal saja. Menurutnya, dengan mengamati alam juga dapat mendapatkan berbagai pelajaran. Sebagai masyarakat Minang dapat mengambil hikmah dari fenomena alam semesta yang banyak melahirkan tokoh besar dari Ranah Minang. “Peribahasa sebagai kumpulan hikmah juga jamak diambil dari fenomena alam semesta, misalnya saja padi yang selalu menunduk mengajari manusia untuk tidak sombong,” tandasnya. (rel)