Oleh Zamrony*
Minggu ini, sama seperti dua tahun yang lalu. Sebuah berita dari Rohingya terpampang di media online Indonesia. Kekerasan merebak, Walau media itu tak bersuara, tapi seakan akan saya merasakan desingan peluru dan jeritan ketakutan anak anak muslim Rohingya saat dibantai.
Saya coba cari tentang berita ini di You tube, Ya Allah , ternyata benar, video luar biasa telah diupload di sana dengan durasi lebih 4 menit, terlihat muslim Rohingya berlarian ketakutan tanpa membawa apapun, dan di saat mereka lari rumah rumah mereka di bakar dengan peluncur api dan tembakan senjata.
Sayang, meskipun kebiadaban di pertontonkan di media terbesar, respon negara negara muslim dan negara negara yang mengaku menjunjung tinggi Human Right memilih diam. Semua membisu seperti sedang terlena memandangi sebuah pertunjukan yang dahsyat.
Tak ada yang dapat saya lakukan selain, meng-inbox beberapa teman, memposting berita berita tentang Rohingya, serta mengajak beberapa teman untuk melakukan Gerakan “STOP PEMBANTAI MUSLIM ROHINGYA” dengan cara memasang Profile picture atau Cover Picture dengan teman Penghentian Pembantai Muslim Rohingya.
Hampir dua hari ini, saya bolak balik menghubungi teman mendiskusikan tentang masalah pembantaian ini, serta tentang apa yang harus dilakuka untuk membantu mereka seandainya mereka kembali dating ke Aceh.
Pernah terpikirkan untuk menyurati Gubernur Aceh, MPU Aceh serta pejabat pejabat yang punya potensi untuk menyuarakan Penghentian Pembantaian Muslim Rohingya, tapi saya urung niat itu karena saya takut surat ini hanya akan terabaikan.
Sahabat sahabat ku semua, saya bukan sedang stress. Karena saya tahu Islam melarang itu dan saya mengerti bahwa ini adalah cobaan Allah untuk HambaNya.
Saya bukan sedang kecewa dengan respon muslim dunia yang mengabaikan Rohingya, karena saya tahu kecintaan kita terhadap sesama muslim begitu kuat.
Tapi saya sedang berfikir, kenapa berita yang begitu gencar tentang genoside yang terus berlangsung di dunia terhadap muslim, begitu terpelihara seperti cendawan di musim hujan?
Belum kering airmata kita terhadap peristiwa pembantaian muslim di Poso, Irian Jaya, Libia, Irak, Yaman dan Negara-negara lain di timur tengah. Kini Rohingya kembali bergolak dengan pembantaian yang lebih terorganisir.
Apakah muslim itu lahir memang untuk di bantai…… ?
Apakah muslim selalu harus menjadi object perang, object pemenuhan ambisi dan keserakahan ? Ataukah karena muslim terlalu bersabar?
Semua jawaban ada pada diri kita. dan dengan penuh keyakinan saya percaya bahwa Allah telah memberikan jalan kehidupan ini lebih baik dari yang kita sangka-sangka.
Mari kita rapatkan barisan, kita pupuk kembali nilai nilai ukhwah Islamiyah yang telah mulai layu. Agar kita bisa bersatu dalam bingkai ukhwah dan tak mudah untuk diperangi dan disakiti.
Tulisan ini didasari oleh tragisnya pembantaian Muslim Rohingya serta keprihatinan terhadap muslim dunia yang terus menerus ditindas.[]
*Diaspora Aceh di UEA
United Arab Emirates, 19 November 2016.